65

152 33 4
                                    

"Berhenti disana!"

Baru saja Wooseok dan Yuto melewati gerbang yang sepi karena sedang pergantian penjaga, sebuah suara tegas terdengar. Dari jarak yang tidak bisa dibilang jauh.

Padahal mereka sudah mengendap endap, berusaha untuk tidak terlihat mencolok. Menghindari keramaian.

Wooseok tidak berani menoleh. Tangannya menepuk pundak Yuto dua kali. Mengisyaratkan untuk bersikap tenang, seakan tidak terjadi apa apa.

Seseorang berseragam prajurit menghampiri mereka dengan langkah terburu buru, seakan takut mereka akan kabur.

"Siapa kalian? Rasanya aku tidak pernah melihat kalian di sekitar istana," ternyata tidak hanya satu orang yang menghampiri mereka, orang itu bersama temannya.

Yuto menepuk lengan kanan Wooseok, mengisyaratkan kalau Yuto yang akan menangani ini.

Yuto berbalik, memasang muka datar "Maaf, anda prajurit kerajaan ini?" tanyanya dengan sopan.

Kedua prajurit itu saling berpandangan sebelum keduanya mengangguk.

Yuto tersenyum singkat "Saya prajurit dari kerajaan Pangeran Juyeon, baru datang tadi pagi. Saya mengantarkan sesuatu dari raja, kurir sedang bermasalah. Jadi saya yang mengantarkannya,"

Entah karena Yuto yang terlalu pintar berbohong atau prajuritnya yang mudah diperdaya, akhirnya kedua prajurit itu mempersilahkan mereka melanjutkan perjalanan.

"Tunggu," salah satu dari mereka menahan Wooseok "Aku sedikit tidak percaya dengan yang satu ini,"

Yuto ikut berhenti, memikirkan bagaimana caranya melindungi Wooseok. Kalau mereka tertangkap, keadaan menjadi berbahaya. Bisa jadi mereka semua akan tertangkap.

"Ah, dia temanku. Awalnya aku tidak tahu jalanan di sekitar sini, lalu dia menawarkan bantuan,"

Wooseok tersenyum kaku "Iya, aku hanya membantunya menunjukkan jalan. Kebetulan tadi dia bertanya jalan kepadaku, jadi aku tunjukkan kepadanya, sekaligus mengantar,"

"Maaf, anda ikut dengan kami," kata keduanya sambil memegang tangan Wooseok. Menahannya.

"Kenapa?" Wooseok memberontak, berusaha melepas cengkraman di tangannya.

"And tidak memiliki izin resmi, lagipula anda bisa mengantar sampai gerbang saja," kata salah satu dari prajurit itu.

"Aku tahu seluk beluk istana," kata Wooseok berusaha membela diri.

Yuto melirik Wooseok, seperti memberitahu kalau Wooseok melakukan kesalahan.

"Nah, barusan anda mengatakan bahwa anda mengetahui seluk beluk istana. Secara tidak langsung anda adalah penyusup," kata prajurit itu, tersenyum licik lalu menoleh ke arah Yuto "Tuan, lanjutkan saja perjalanan anda. Beruntung anda tidak diperlakukan tidak baik oleh penyusup ini,"

Karena tidak ingin mencolok, Yuto terpaksa melanjutkan perjalanannya. Sebelum itu, dia memberi sebuah isyarat pada Wooseok yang sudah digiring entah kemana.


Ah, kalau begitu Yuto harus mencari letak penahanan Wooseok.

Menyusahkan saja. Mungkin Yuto baru bisa menjemput Wooseok beberapa hari lagi, setelah dia meminta bantuan kepada Yeo One, atau Shinwon. Mungkin Hongseok atau Hyojong juga bisa.

Bawa saja semuanya, seluruh amunisi.

Tunggu. Seluruh amunisi mungkin tidak cukup.

Yuto yakin, banyak warga yang tidak setuju dengan meninggalnya Pangeran Hyunjoon. Pasti juga banyak yang menentang kekuasaan Pangeran Juyeon maupun Pangeran Hyunjae. Karena sudah bertahun tahun, mungkin rasanya tidak pernah terjadi dalam sejarah, tahta kerajaan diduduki oleh orang yang tidak memiliki jabatan apapun.

Memangnya siapa itu Pangeran Juyeon dan Pangeran Hyunjae? Mereka hanya menikah dengan putri Sungkyu. Menikah dengan seorang putri akan menjadikanmu pangeran, namun tahta tidak akan jatuh ke tanganmu.

Yuto hanya tersenyum memikirkan hal itu. Liar juga imajinasi otaknya. Mungkin dia akan mengusulkan ini ke Jinho. Mengajak warga untuk memberontak.

***


"Eric?" Changmin terkejut melihat Eric yang datang dengan wajah lusuh. Buru buru dia mengambilkan air minum, dia tahu pasti Eric kelelahan.

Perlahan, Changmin menuntun Eric untuk duduk di sampingnya.

"Bagaimana?"

"Apanya?" Eric mengerutkan kening.

"Pedangnya, sudah hancur?"

Eric mengangguk sekilas sebelum menjelaskan semuanya "Tidak mudah mendaki gunung sendirian, tanpa membawa apapun kecuali sebuah pedang yang besar dan berat,"

"Aku berusaha bertahan hidup, berubah menjadi vegetarian. Aku tidak mau memulai kutukan itu, jadi aku tidak berburu hewan, atau pedang ini akan berbalik membunuhku,"

Changmin tertawa mendengar cerita Eric.

"Sudahlah, aku mau jalan jalan," Eric bangkit, berjalan menuju pintu.

"Hei, kau tidak mandi?" Changmin sedikit berteriak karena Eric sudah keluar dari ruangan.

"Nanti saja!"


"Ada ada saja anak itu," gumam Changmin, membereskan gelas yang sudah kosong itu.


"Kau sudah kembali rupanya,"

Eric menoleh, mendapati seseorang sedang berbicara kepadanya. Eric pernah menemuinya, namun dia lupa namanya.

"Kau yang membunuh Kevin, kan?"

Ah, dia Bae Jacob. Orang kepercayaan Sangyeon.

"Iya, memangnya kenapa? Aku harus mengganti darahnya begitu?"

Memang Eric suka mencari masalah. Untung Eric mengatakan hal itu kepada Jacob. Coba kalau dia sedang berbicara dengan Chanhee. Bisa bisa Eric sudah tidak berbentuk lagi.

"Aku tahu tentang Kevin yang membunuh Pangeran Hyunjoon, maksudnya kau yang membalaskan dendamnya?" tanya Jacob pelan.

Eric menggangguk.

"Apa hakmu untuk hal itu?"


Eric menghela napas kasar. Dia mungkin bisa dibilang anak kemarin sore karena usianya masih belia, namun dia tidak suka diremehkan.

"Dengar. Aku membalaskan dendam Sunwoo, bukan Pangeran Hyunjoon. Sebenarnya aku ingin membunuh Pangeran itu, namun terima kasih, Kevin telah mewakilkannya,"

Setelah berkata seperti itu, Eric pergi. Meninggalkan Jacob yang berapi api, tersinggung dengan perkataan Eric.

***

Ini bukan double up.

Nganu, ada yang punya fancam pas RTK? Katanya semua fancam bakal dihapus, ada yang sempet nyelametin nggak? Mau minta, hehe.

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang