Menjadi anak tunggal dengan keluarga kurang harmonis benar-benar membuat Sinb tertekan.Kehidupannya yang tenang dan penuh kasih sayang kedua orang tuannya seketika hilang. Seolah dirinya ada di atas kapal lalu terombang-ambing tak tau arah karena ayah dan bundanya yang merupakan nahkoda kapal ini sudah tidak ada di kapal itu.
Selama ini Sinb selalu bersikap tenang saat bersama keluarga besar dan teman-temannya.
Tidak pernah ada yang tau saat hatinya hancur karena masalah keluarga ini. Tidak ada yang tau saat dada Sinb terasa sesak karena menangis di malam hari. Tidak ada yang tau betapa rapuh hatinya saat membahas segala sesuatu tentang keluarga.
Sampai akhirnya satu bulan lalu Sinb tidak tahan lagi untuk menyimpan semua itu sendirian. Ia menceritakan semua itu pada Eunseo dan Soojin sambil terisak hebat. Kedua sahabat Sinb ikut terisak merasakan sakit yang dirasakan Sinb selama ini. Rasa sakit yang mati-matian Sinb simpan untuk dirinya sendiri.
🌻🌻🌻
Setelah beberapa kali melakukan konseling dengan dr. Seokjin akhirnya Sinb mau menceritakan semua pikiran dan perasaan yang selama ini ia pendam sendiri. Sinb sudah mau bertemu dengan kedua orangtuanya.
Di sesi konseling hari ini, Sinb mengizinkan bunda dan ayah Hwang ikut masuk. Dokter Seokjin membantu Sinb mengungkapkan semua hal yang selama ini ia pendam sendirian. Bunda Hwang bahkan sampai terisak hebat saat Sinb menceritakan perasaan bersalah, kesepian, dan iri yang selama ini disembunyikan putri kecilnya.
Ayah Hwang juga merasa tertampar akan ucapan Sinb. Ia tidak sadar jika selama ini putrinya menderita karena tindakannya yang egois. Ia tidak ingin Sinb bertemu dengan sang bunda. Tanpa sadar dirinya sudah kehilangan putri kecilnya karena keegoisan dirinya sendiri.
Setelah keluar dari ruang konseling itu Ayah dan Bunda Hwang langsung memeluk Sinb dengan erat. Keduanya meminta maaf kepada putri kecil mereka yang sudah menyimpan semua beban itu sendirian. Sinb terisak kecil merasakan tubuhnya dipeluk oleh dua orang yang sangat disayanginya itu. Akhirnya ia dapat merasakan pelukan hangat ini secara bersamaan.
Dalam pelukan itu Sinb tersenyum kecil. Ia merasa bersyukur karena momen yang selama ini hanya bisa ia bayangkan akhirnya dapat ia rasakan.
🌻🌻🌻
Sinb dan Minghao semakin dekat. Minghao dengan setia menemani Sinb di rumah sakit selama dua minggu sampai gadis itu diperbolehkan untuk pulang. Dan hubungan mereka semakin dekat selama empat bulan ini.
Seperti sekarang, keduanya ada di dalam mobil Minghao yang melaju ke arah kampus mereka.
"Pulang jam berapa?" tanya Minghao sambil menatap gadis cantik yang saat ini duduk di kursi penumpang.
"Gue cuma ada kelas pagi sih"
"Oke nanti gue jemput"
Sinb dengan cepat menoleh menatap Minghao.
"Eh gausah. Gue pulang sendiri aja. Lagian lo kan gak ada kelas pagi"
Minghao menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Sinb. Dirinya memang hari ini tidak ada kelas pagi. Justru malah tidak ada kelas sama sekali karena dosen yang mengisi hari ini mengganti jadwal kelasnya.
"Gak ada penolakan"
"Iyadeh" jawab Sinb pasrah.
🌻🌻🌻
"Kita mau kemana sih?" tanya Sinb saat sadar ini bukan jalan ke arah rumahnya.
"Temenin gue belanja bulanan ya, Bi. Persediaan makanan gue dah abis. Sabun sabun gitu juga dah abis. Biasanya bunda yang nyediain semuanya. Tapi udah sebulan ini bunda di rumah eyang jadi gak ada yang ngurusin kebutuhan gue."