Jeon Jungkook II

921 124 8
                                    

Setelah pulih, pagi ini Sinb mulai berangkat ke sekolah. Setelah siap dengan seragam yang melekat di tubuhnya, Sinb keluar kamar menuju dapur untuk membuat sarapan. Ia mengeluarkan 2 butir telur dari dalam kulkas berniat membuat menu sarapan sederhana. Tangannya dengan cekatan menuang telur orak-arik buatannya di atas piring, dalam diam mulai menikmati makanannya. Matanya kembali terasa panas menatap kursi di seberangnya yang saat ini kosong. Ia mengusap air matanya kasar dan mulai fokus memakan sarapannya dengan cepat.

Sinb turun di halte bus dekat sekolah setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari rumahnya. Kakinya melangkah pelan menyusuri jalan yang di kanan kirinya ditanami berbagai macam bunga. Rasanya baru dua minggu ia tidak masuk, tapi keadaan sekolah seakan berbeda dengan bunga-bunga yang kini bermekaran.

Sinb menghentikan langkahnya tiba-tiba. Ia memutar kepalanya ke arah belakang, menatap siswa seumurannya yang memakai hoodie berwarna hitam.

"Jeon Jungkook"

Laki-laki yang namanya disebut mendongakkan kepalanya, melepas sebelah headset yang menyumpal telinganya dengan alis berkerut bingung.

"Makasih udah nolong gue waktu itu. Anggep aja kita gak saling kenal kayak sebelumnya"

Setelah mengatakan hal itu, Sinb melanjutkan langkahnya seperti biasa. Diikuti tatapan Jungkook yang menatap kepergian Sinb dengan tatapan datar. Laki-laki itu mengangkat bahunya acuh, kembali memasang sebelah headset yang tadi ia lepas.



🌻🌻🌻



Jungkook sebenarnya sedikit penasaran dengan Sinb yang saat di rumah sakit menangis sambil menyesali dirinya yang masih hidup. Tapi Jungkook berusaha tidak ingin tau akan hal itu. Toh itu bukan urusannya.

Sejak bertemu dengan Sinb saat berangkat sekolah, Jungkook tidak pernah bertemu gadis itu lagi. Selain mereka beda kelas, Sinb yang masuk dalam kelas unggulan lebih sibuk dengan pelajaran sedangkan Jungkook sibuk membolos di rooftop sekolah.

Setelah merasa pikirannya cukup jernih, Jungkook mematikan puntung rokok yang sejak tadi dihisapnya dengan cara menginjak batang itu. Laki-laki itu menuruni tangga, berjalan santai ke arah kelasnya untuk mengambil tas miliknya.

Suasana sekolah sudah sepi karena bel pulang sudah berbunyi sekitar satu jam yang lalu. Langit mulai terlihat berwarna jingga di arah barat.

Jungkook mengendarai motor besar miliknya seperti biasa. Ia memelankan laju motornya ketika mendapati segerombolan siswa sekolah lain yang menghadang jalannya. Jungkook tersenyum miring di balik helm full face yang ia gunakan. Laki-laki itu menatap sekitar 10 orang yang ada depannya masih di posisi duduk di atas motor.

"Kenapa? Masih gak terima sama kekalahan kemarin?" tanya Jungkook dengan nada meremehkan yang membuat salah seorang dari orang itu tertawa keras.

"Muka lo ngeselin banget minta ditonjok. Gak perlu banyak bacot. Maju" ucapnya mengomando orang-orang itu untuk menyerang Jungkook secara bersamaan.

Jungkook tersenyum tipis, dengan cepat turun dari motornya dan mulai menyerang orang-orang itu. 1:10 tapi Jungkook dapat dengan mudah memukul mundur mereka semua. Laki-laki yang menjadi rivalnya saat pertandingan balap motor kemarin mengusap sebelah bibirnya yang berdarah karena tekena pukulan Jungkook. Laki-laki itu tersenyum miring dan memberi aba-aba agar kembali menyerang Jungkook.

Kali ini Jungkook kewalahan. Rivalnya menyewa beberapa orang berbadan besar untuk menyerangnya. Laki-laki itu tersenyum puas melihat Jungkook yang terkena pukulan dan terjatuh masih dipukuli oleh orang-orangnya.

Orang-orang itu membubarkan diri begitu mendengar suara sirine mobil polisi mendekat. Meninggalkan Jungkook yang meringkuk dengan napas tidak beraturan. Wajah dan badannya sudah babak belur karena orang-orang tadi.

"Jungkook"

"Jeon Jungkook"

"Jangan tidur dulu"

"Jungkook"

Samar-samar Jungkook dapat mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Pandangannya yang mulai kabur tidak dapat melihat orang yang ada di hadapannya. Laki-laki itu memejamkan mata saat merasa sudah tidak sanggup lagi untuk terjaga. Mengabaikan panggilan namanya yang semakin kencang.



🌻🌻🌻


"Kenapa kita selalu ketemu waktu salah satu dari kita masuk rumah sakit kayak gini? Kemaren gue dan sekarang lo" ucap Sinb yang masih ada di kamar rawat Jungkook, menemani laki-laki itu yang sudah sadar sejak satu jam yang lalu.

"Lo. ssh yang tadi nolong gue?" tanya Jungkook sambil menahan perih di ujung bibirnya yang terluka. Ia menatap Sinb yang duduk di kursi sebelah ranjangnya.

"Gue abis dari rumah temen yang ada di sekitar sana dan gue liat lo dikeroyok. Gue telpon polisi waktu liat lo udah gak sanggup ngelawan" ucap Sinb yang diakhiri helaan napas panjang.

"Sebenernya lo ada masalah apa sih sama mereka? Gue tau mereka geng motor sekolah lain kan?"

"Makasih" kata Jungkook tanpa mau menjawab pertanyaan Sinb.

Sinb menarik napas pasrah mendengar Jungkook tidak mau menjawab pertanyaannya.

"Sinb"

"Hm"

"Lo ternyata cerewet juga ya"

Alis Sinb terangkat sebelah mendengar pertanyaan Jungkook barusan.

"Maksud lo?"

Jungkook terkekeh kecil. "Lo yang ngomong kita gak saling kenal tapi sekarang lo nolongin gue dan nanya-nanya tentang gue"

"Terserah lo mau mikir gimana. Setelah ini gue harap gak perlu ketemu lo lagi" ujarnya sebelum memundurkan kursi yang didudukinya dan keluar dari ruang inap Jungkook.

"Gue harap juga gitu. Semoga kita gak ketemu lagi dalam keadaan salah satu dari kita terluka" batin Jungkook menatap punggung Sinb yang menghilang di balik pintu.




🌻🌻🌻

Labil banget aku ni, pake lo gue atau aku kamu wkwkwkwk maklumin ya gaissss

🌻🌻🌻

story of hwang eunbi / sinb gfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang