Jinyoung mengamati Sinb yang sedang berbincang dan sesekali mengelus sayang pucuk kepala murid-muridnya sembari tersenyum lebar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bi" panggilnya yang membuat Sinb menoleh dengan raut terkejut.
"Kok bisa di sini?"
Jinyoung mengelus pucuk kepala Sinb. "Lagi libur pengen jemput kamu. Ayo pulang. Udah selesai kan ngajarnya?"
Sinb mengangguk. "Udah. Tapi tunggu bentar ya. Masih ada yang belum dijemput" ucap Sinb sembari menatap beberapa anak berusia lima tahunan yang masih menunggu orang tua mereka.
"Oke"
🌻🌻🌻
"Ada apa nih? Kok gak ada acara apa-apa kamu ngajak makan malem di tempat kayak gini?" tanya Sinb begitu keduanya duduk di salah satu meja yang ada di restoran mewah.
Jinyoung tersenyum ke arah Sinb. "Lagi pengen aja. Kamu gak suka?"
"Suka"
Keduanya larut dalam pembicaraan ringan sembari menyantap makanan yang mereka pesan.
"Abis ini mau liat bintang?"
Sinb mengangguk antusias. Sudah lama dirinya tidak melakukan kegiatan kesukaannya, melihat bintang.
Lagi-lagi Jinyoung tersenyum kecil melihat apa yang dilakukan Sinb. Menurutnya gadis itu selalu terlihat menggemaskan di matanya.
🌻🌻🌻
"Bi" panggil Jinyoung begitu menghentikan mobilnya di halaman rumah Sinb.
"Hm. Kenapa?"
Laki-laki itu membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa kering. "Aku mau kita putus. Aku gak mau kamu jadi pacar aku lagi"
Ucapan itu membuat jantung Sinb berdebar kencang. Terlalu terkejut dengan kalimat yang baru saja keluar dari bibir pacarnya.
"Kenapa?" tanya Sinb dengan suara bergetar.
"Aku udah bosen jadi pacar kamu"
"A ah. Kamu bosen"
Hening sejenak di antara keduanya.
"Iya aku bosen jadi pacar kamu. Aku ... "
"Oke"
"APA?" kaget Jinyoung menatap Sinb dengan mata membola.
"Oke. Ayo putus" ucap Sinb lalu keluar dari mobil Jinyoung.
Jinyoung dengan cepat menyusul langkah Sinb. "Sinb" ujarnya yang mencekal lengan Sinb, menghentikan langkah perempuan itu yang sudah sampai ruang tamu. "Kenapa?"
Sinb menatap Jinyoung dengan alis berkerut bingung. "Apanya?"
