"Sialan aku dimanfaatkan lagi olehnya" gerutu Sinb dengan tangan penuh belanjaan milik bosnya. Bibirnya tidak berhenti untuk mengeluarkan sumpah serapah yang ditujukan pada laki-laki yang dengan seenaknya memerintah ini itu.
Sinb menarik napas panjang, menenangkan diri sebelum membuka pintu di hadapannya. Ia masuk ke ruangan itu setelah mengetuk pintu tiga kali dan akhirnya mendapat perintah masuk dari orang pemilik ruangan ini. Bibir yang tadinya mengeluarkan sumpah serapah itu tertarik ke atas menampilkan senyum lebar. Huh. Fake smile.
"Kenapa lama sekali?"
"Kau pikir apa saja yang kau pesan hah? Gila saja membuatku pergi ke lima butik sekaligus untuk membeli kemeja yang sesuai dengan seleramu. Dan sekarang masih mengeluh karena aku lama. Benar-benar" batin Sinb dengan bibir masih memaksakan senyumnya.
"Maaf bos tadi jalanan macet"
"Alasan"
Sinb memejamkan matanya menahan kesal yang teramat sangat pada laki-laki yang duduk di hadapannya.
"Bawa ini dan pergi ke salon milik Sojung. Nanti aku akan menjemputmu"
"Ya?" bingung Sinb menatap paper bag berwarna pink yang disodorkan ke arahnya.
"Aku tidak terima penolakan" tegas laki-laki itu saat melihat Sinb membuka mulut untuk protes.
"Kim Seokjin sialan. Aku ini sekretaris atau asisten pribadinya. Jika aku ini anak orang kaya yang tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang, sudah pasti aku akan mengundurkan diri. Tapi sekarang aku masih butuh pekerjaan ini. Sial" gerutu Sinb begitu keluar dari ruangan bosnya.
🌻🌻🌻
"Bagaimana?" tanya Sojung ketika Seokjin sedang mengamati penampilan Sinb dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Tidak terlalu buruk. Ayo"
"Terima kasih" ucap Sinb sebelum mengambil sling bag miliknya dan mengikuti langkah Seokjin yang sudah hilang di balik pintu.
"Bos sebenarnya kita mau kemana?" tanya Sinb begitu keduanya sudah ada di dalam mobil lamborghini putih milik laki-laki itu.
"Kau akan tau nanti"
Sinb menghembuskan napas pasrah lalu mengalihkan tatapannya ke arah jendela.
"Tunggu" ucap Seokjin mencegah gerakan tangan Sinb yang akan membuka pintu mobil.
Alis Sinb berkerut bingung dan diam di tempat menuruti perintah Seokjin.
"Ayo"
Sinb menatap Seokjin yang membukakan pintu untuknya dan tangan terulur di depan wajahnya.
"Cepat" perintah Seokjin saat sadar Sinb yang hanya diam menatapnya dengan raut bingung.
Sinb menerima uluran tangan Seokjin dan keluar dari dalam mobil laki-laki itu. Seketika kilatan cahaya kamera membuatnya menyipitkan mata.
"Kau hanya perlu tersenyum dan pura-pura menjadi kekasihku"
"Apa?" kaget Sinb menatap laki-laki yang mengenakan setelan jas berwarna putih, serasi dengan dress putih yang melekat di tubuhnya.
"Senyum atau aku potong gajimu"
Sinb mengerjapkan mata cepat dan segera menguasai ekspresi wajahnya. Keduanya tersenyum ke arah wartawan. Tanpa Sinb sadari. Seokjin sudah melingkarkan tangan panjangnya di pinggang ramping gadis itu.