Sinb termenung di kursi taman menatap kumpulan bunga berwarna putih yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. Sesekali terdengar helaan napas kasar keluar dari bibir mungilnya. Dadanya terasa sesak. Makin terasa sesak.
Gadis itu mendongak ketika merasakan tetesan air hujan yang mulai turun. Bibirnya tersenyum tipis seolah menyapa hujan yang turun semakin deras. Ia tidak peduli bajunya mulai basah. Ia juga tidak peduli dianggap aneh oleh orang-orang yang berlarian mencari tempat berteduh karena betah di posisi itu.
"Terima kasih karena sudah mengerti isi hatiku" gumamnya pada hujan.
Bersamaan dengan itu air matanya mulai mengalir deras tanpa diketahui siapapun karena turun bersamaan dengan air hujan yang membasahi tubuhnya.
🌻🌻🌻
"Ingat pulang?" pertanyaan bernada sindiran langsung terdengar begitu Sinb masuk rumah. Seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu tiri dari gadis itu berdiri dengan tangan bersedekap. Matanya menatap tajam ke arah Sinb.
Sinb bersikap acuh tak acuh dan berjalan lurus menuju tangga.
"DASAR ANAK TIDAK SOPAN"
Sinb tidak peduli. Ia terus berjalan menaiki tangga tanpa mengindahkan teriakan dan makian dari wanita itu.
Sekarang dirinya terlalu lelah, ia hanya ingin mandi air hangat dan bergelung di dalam selimut.
"Selamat malam" gumamnya dengan tangan memeluk boneka beruang besar sebelum terlelap ke alam mimpi.
🌻🌻🌻
Suara dentingan sendok dan garpu mengisi suasana meja makan yang saat ini terisi lebih banyak orang dibanding biasanya.
Ayah Sinb berdehem singkat sebelum membuka pembicaraan. "Jadi, bisa kita mulai pembicaraan tentang perjodohan ini?"
Sinb tidak peduli dengan pembicaraan para orang tua itu dan masih fokus dengan makanan yang ada di piringnya.
Gadis itu mendongak ketika namanya dipanggil oleh ayahnya. "Sinb. Kau harus berkenalan dengan calon suamimu"
Tenggorokan Sinb terasa tercekat mendengar kalimat yang membuatnya terkejut. "A apa maksudnya ayah?"
"Kau akan dijodohkan dengan anak dari investor ayah"
"Aku tidak mau" tegas Sinb yang membuat ayah dan semua orang yang ada di ruangan itu terkejut.
Ayah Hwang menatap Sinb dengan wajah sedikit merah. Merasa malu sekaligus marah karena ucapan putrinya.
"Ikut ayah" ujar ayah Hwang menarik Sinb menjauh dari meja makan menuju sebuah ruangan dan langsung menutup pintu ruangan itu.
Adu mulut kedua orang yang ada di dalam ruangan terdengar sampai ke telinga tamu yang ada di ruang makan.
Sinb keluar dari dalam ruangan dengan wajah merah padam karena pembelaannya tidak didengarkan sedikitpun oleh ayahnya. "Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini" perintah ayah Hwang begitu melihat Sinb berjalan menuju pintu utama.
Tangan gadis itu dicekal kuat oleh ibu tirinya. "Lepas" ujar Sinb sembari berusaha melepaskan diri.
"Kau memang tidak sopan. Tidak lihat ada tamu di sini dan kau malah mempermalukan ayahmu"
"Sepertinya ibumu tidak pernah mengajarkan sopan santun. Oh aku lupa. Jika ibumu sudah pergi selama-lamanya karena depresi"
KAMU SEDANG MEMBACA
story of hwang eunbi / sinb gfriend
Fiksi PenggemarJust random story about my sinbe