Bagian Empat Puluh Dua

116 10 2
                                    

Sudah beberapa hari ini Sinta dan Ica selalu pulang sekolah berdua saja tanpa sih jelmaan itu, makin kesini Sinta percaya bahwa apa yang di bilang Ica dan alex itu benar adanya sungguh dirinya sangat menyesal sempat tidak percaya dengan Ica.

Baru saja sampai dirumah Sinta dan Ica dikejutkan dengan ajeng yang baru keluar dari rumah. Mereka berdua saja baru sampai di rumah tapi ajeng? Sudah dirumah saja pantesan saat jam sekolah ajeng sudah tidak terlihat lagi.

"Mau kemana"

"Pergi"

"Ya tapi kemana"

"Bukan urusan kamu"

"Lo, kenapa sih jeng berubah banget"

"Udah deh sin, biarin dia pergi bener apa kata dia bukan urusan kita kan" Balas ica yang sudah kesal mendengar balasan singkat dari jelmaan itu.

Ajeng pun melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan mereka.

"Lo nggak curiga ca, kemana ajeng pergi"

"Gue ma bodoamat, buruan masuk ada yang gue mau kasih tau ke lo"

Ica pun masuk dan disusul dengan Sinta di belakangnya.

"Lo pernah ketemu abangnya ipan" Tanya Ica saat mereka sudah sampai dikamarnya.

"Alvian Wijaya dipanggil Vian bukan ipan icaaaaaa" Balas sin

"Sama aja deh"

"Iya gue pernah ketemu sama abangnya vian tapi cuma sekali"

"Sin menurut gue ya jelmaan itu berarti kakak kelas kita dong 3 tahun lebih duluan dari kita jadi abangnya vian pasti tau tu sama sih jelmaan atau mungkin yang difoto di buku itu adalah abangnya vian" Jelas Ica

"Maksud lo foto laki laki di buku itu"

"Iya laki laki itu, nih coba lo liat ini abangnya vian bukan? Ucap Ica yang menunjukan buku itu lagi ke Sinta.

"Bukan ca, gue emang nggak asing sama foto ini tapi ini bukan bang Devin"

"Lo serius, liat lagi deh lo kan cuma sekali liat sih abangnya vian"

"Gue seriuss ca ini bukan bang Devin"

"Yahhh jadi siapa dong"

"Hmm gimana kalo besok kita kerumah vian"

"Ngapaiin kalo harus jadi obat nyamuk lo gue mah ogah"

"Bukan Ica zayengg, ya kita ketemu sama abangnya vian lah"

"Tapi apa kita harus ceritaiin ini semua ke vian"

"Menurut gue kita harus ca, karena vian salah satu orang yang bisa bantuin kita juga"

"Lo bener sin, yaudah suruh vian kesini gih makin cepet makin bagus"

"Wait" Sinta pun menggerakan jarinya dengan cepat untuk mengirim pesan ke vian.

****

"Bang lo mau kemana" Tanya vian yang heran melihat abangnya belakangan ini selalu pergi.

"Ketemu sama pacar lah"

"Sejak kapan lo punya pacar"

"Hemm lama sih sebenernya tapi ahh kepo huh"

"Yaudah havefun bang"

Ting!

From : Gebetan

Van? Gue minta tolong lo bisa kan kesini sekarang ada yang mau kita ceritaiin sama lo

"Mau kemana lo" Giliran Devin yang bertanya pada adiknya itu yang tiba tiba saja ingin pergi.

"Ketemu pacar lah"

"Jomblo gaya gayaan"

"Sirik lo bang, udah ya bye!" Vian pun melesat pergi meninggalkan abangnya.

"Semoga cinta lo nggak seperti gue" Gumam Devin yang sebenarnya sedih membayangkan bahwa hanya dirinya yang mencintai gadis itu.

****

"Gue suruh bebeb juga ah kesini, yakali liatin lo berdua aja huh" Ucap Ica yang mulai fokus mengirim pesan ke alex.

"Iya serah lo"

Ica pun berlari membukan pintu saat mendengar suara motor ah pacarnya itu selalu tepat waktu padahal kan baru saja dirinya mengirim pesan.

"Yahh kirain bebeb gue yang bukain pintu" Ternyata orang itu adalah vian huhh kalo taunya ini vian dirinya tidak akan repot repot lari lari seperti ini.

Sinta pun menahan tawanya saat melihat raut masam di wajah ica.

"Hahah mangkanya jangan centil, salah orang kan kasian" Ejek Sinta.

"Ihh kalian sama sama ngeselin sana masuk gue mau disini tungguin pangeran gue"

"Iya pasangan alay" Balas Sinta.

"Dari pada kalian yang satunya nggak pernah nyerah ngejer ngejer eh satunya gengsi padahal kan sayang" Balas Ica yang tidak mau kalah dengan sinta.

Sinta yang mendengar itupun langsung saja masuk dasar Ica mulut lambe .

"Ngapaiin lo senyum senyum masuk sana" Ucap Ica yang heran melihat vian senyam senyum sedari tadi.

"Jadi menurut lo Sinta suka sama gue"

"Ohh jadi lo mau tau nih"

"Iya ca, please ini penting banget buat masa depan gue"

"Sok punya masa depan ulangan aja nilai selalu kosong"

"Jangan gitu dong ca, nilai itu tidak menjamin masa depan yang terpenting itu kita harus punya skil"

"Kalo yang bilang gini alex gue percaya pan, tapi kalo lo yang bilang gini sory banget ya gue nggak percaya sana masuk ngerusak suasana"

"Mulut lo ca pedes amat, yaudah gue masuk jangan rindu ya"

"Kurang kurangin tu sikap lo yang suka godain anak gadis orang Sinta suka curhat dia nggak suka" Teriak ica

"Makasih ca sekarang gue tau kalo Sinta sebenarnya suka sama gue, bener kata lo gue harus ngerubah sikap gue" Batin vian.

****

Devin tersenyum saat melihat gadis yang selama ini ia impikan sudah menunggunya.

"Hai lama ya nunggunya?"

Gadis itu menggeleng dan tersenyum senyum yang membuat Devin sulit melupakan gadis ini.

"Lain kali aku jemput ya, jadi kamu nggak perlu nungguin aku seperti ini" Ucap Devin yang sudah berada di samping ajeng.

"Dimana rizal?"  Devin memaksakan senyumnya saat mendengar nama laki laki itu yang keluar dari mulut gadisnya, kenapa nama itu yang selalu gadisnya ucapkan apakah setelah 3 tahun gadisnya menghilang nama itu tetap saja ada di hatinya.

"Rizal udah lama meninggal ra, emangnya kamu nggak tau?"

"Kenapa"

"Kamu beneran nggak tau ra"

Ajeng pun hanya menggeleng.

"Aku juga nggak tau gimana kronologinya seakan akan keluarga rizal menutupi kematian anaknya"

Ajeng yang mendengar itu tersenyum sinis.

"Kamu ngakpapa kan" Devin takut setelah ara tau rizal telah tiada ara akan menyakiti dirinya mengingat betapa ara sangat mencintai rizal sahabatnya itu dan memilih menjauhinya saat ara tau bahwa ia juga mencintai ara.

Lagi lagi ajeng tersenyum.

"Ra aku mohon beri aku kesempatan buat jagain kamu, kamu jangan pergi lagi aku janji aku nggak bakal ngungkapin cinta aku lagi aku nyesel ra akibat keegoisan aku kamu pergi" Sungguh Devin sangat menyesal setelah malam dimana ia mengungkapkan semua isi hatinya ke ara, ara pergi begitu saja tanpa sepatah katapun sekarang dirinya tidak akan mengulangi hal itu lagi, dia tidak akan membiarkan ara meninggalkannya lagi.

"Aku juga menyesal Dev" Batin ajeng.

*****

GhostFriend {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang