Bagian Tiga Puluh Sembilan

114 12 0
                                    

"Gue.. Percaya sama kalian besok kita harus cari tahu siapa wanita ini dan kenapa bisa ada di sekolah kita" Balas sinta yang melenggang pergi meninggalkan sepasang kekasih itu.

"Pasti Sinta masih nggak percaya" Gumam ica.

"Maafin gue ya selalu nyusahin kalian" Balas roh ajeng.

"Nggak kok jeng, lo kan sahabat kita" Ucap ica yang mencoba menenangkan ajeng.

"Kalian sabar aja pasti semua ini ada jalan keluarnya" Balas alex.

"Kamu sudah terlalu jauh mencampuri urusanku, mari kita bermain ica!" Ucap wanita itu yang sedari tadi mendengar semua yang dibicarakan mereka.

********

03.00

Tidur Ica terganggu saat mendengar bel rumahnya yang terus saja berbunyi, sudah berapa kali ia terbangun karena bel itu awalnya ia hanya menganggap itu hanya perbuatan orang iseng saja yang sengaja mengganggu orang tidur , lagian kalo tamu sangat tidak masuk akal siapa yang akan bertamu di tengah malam seperti ini dasar mengganggu orang saja.

"Issss siapa sih gak tau ya kalo ini masih jam 3, ini juga dasar kebo bel dari tadi bunyi tapi gak bangun bangun"

"Iya woooii tunggu" Teriak ica yang berlari menuju pintu.

Sinta terbangun saat mendengar teriakan Ica, dan benar saja Ica tidak ada di sampingnya kemana anak itu malam malam seperti ini.

"Aaaaaaaaaa"

Suara itu suara ica, sinta pun langsung berlari mencari Ica.

"Ca lo kenapa" Tanya sinta bingung saat menemukan Ica yang sudah terduduk sambil membenamkan wajahnya.

Ica yang mendengar suara sinta pun langsung memeluknya.

"Lo kenapa disini"

Ica hanya menggeleng dengan badan yang gemetar.

"Tunggu disini gue mau tutup pintu dulu"

Ica semakin erat memeluk Sinta.

"Jangan" Lirih Ica.

"Bentar doang ca, lo tunggu disini nnti kita balik ke kamar sama sama Oke" Ucap Sinta yang mencoba menenangkan ica.

Niat ingin menutup pintupun terhenti saat dirinya melihat sebuah kotak hitam yang tidak jauh darinya.

Sinta pun mengambil kotak itu dan langsung saja membukanya.

Hampir saja ia menjatuhkan kotak  itu karena sempat terkejut melihat isi didalamnya ternyata ada seekor hamster kecil yang sudah dibunuh dengan sengaja dirinya tentu tidak takut sama sekali tapi lain lagi dengan Ica yang memang dari kecil sangat takut dengan hewan kecil yang lucu ini menurutnya.

Tunggu, tunggu, seperti ada surat yang jatuh bersamaan kotak tadi.

"LAT'S PLAY ICA!!!" Apa maksud dari surat ini, Ohhh dirinya mengerti sekarang kenapa Ica terlihat sangat ketakutan tadi bukan karena hamster itu saja pasti karena Ica yang sudah membaca surat ini juga Gumam Sinta.

"Ayo kita kekamar" Sinta pun menuntun Ica ke kamar.

"Nih minum dulu, abis itu lo tidur lagi ya"

Ica pun hanya mengangguk.

"Udah tidur gih nanti besok di sekolah ngantuk"

Sinta pun menyelimuti Ica dan mengusap rambutnya.

Ica merasa tenang jika Sinta sudah memperlakukannya seperti ini, biasanya jika ia sedang ketakutan seperti sekarang selalu ada mamanya yang akan menenangkannya seperti ini.. Tapi semua itu berubah Ica kecil mulai mandiri saat tiba tiba mama dan papanya pergi dengan alasan pekerjaan Ica kecil tau apa hanya menurut saja dan sampai sekarang mama papanya tidak pernah lagi datang setiap bulannya hanya mengirim uang saja padahal Ica tidak mengharapkan semua itu yang dia harapkan hanya sebuah kasih sayang dari orang tuanya, tapi sekarang ia bersyukur kasih sayang itu ia dapatkan dari kedua sahabatnya Sinta dan ajeng., usapan tangan Sinta sudah tidak terasa dikala mata itu mulai terpejam dan memasuki alam mimpinya....

Jam sudah menunjukan pukul setengah 5 pagi tapi Sinta sudah terbangun karena ica yang terus saja mengigau memanggil mamanya..

"Ma, Ica takut" Kalimat itu saja yang keluar dari tadi Sinta merasa iba melihat Ica seperti ini ia sangat tahu jika Ica sudah seperti ini hanya mamanya yang bisa menenangkannya  sudah lama sekali Ica tidak mendapatkan kejadian menakutkan seperti tadi, terakhir kali kejadian itu saat dirinya sendiri yang menjahili Ica dengan sengaja memasukan hamster itu ke tasnya Ica niat nya hanya ingin menjahili Ica dia tidak tahu bahwa dampak setelah kejadian itu Ica demam tinggi dan tidak sama sekali menegurnya dari situlah dirinya merutuki dirinya sendiri untunglah Ica memaafkannya sekarang.

Sinta mengambil tisu saat melihat keringat Ica yang sangat banyak padahal di jam seperti ini sangat dingin yakan tapi tidak dengan Ica yang seperti kepanasan.

"Aww" Ringis Sinta yang menyentuh dahi Ica yang sangat panas.

Buru buru sinta meletakan handuk kecil yang sudah ia bilas dengan air di dahi ica.

"Semoga lo cepet sembuh ca"...

Sinta pun pergi ke dapur untuk membuatkan Ica bubur setidaknya jika ia pergi sekolah Ica sudah sarapan...

08.00 am

Ica terbangun saat merasa risih dengan benda yang berada di dahinya.

"Apa gue semalem manggil nama itu lagi" Gumam Ica yang sudah tau dengan kebiasaan nya sendiri jika sudah seperti ini pasti dia memanggil nama itu, nama yang sampai sekarang tidak pernah menemuinya.

"Makasih sin, tanpa kalian mungkin gue nggak sekuat sekarang"

Ica tersenyum saat di atas nakas sudah ada bubur dan notes kecil yang bertuliskan "Dimakan ya onyet, kalo nggak enak tetep makan jangan dibuang lo nggak tau dibalik semangkok bubur itu ada perjuangan yang sangat besar"

"Gimana nggak berjuang lo aja nggk bisa masak tapi maacih"

******

GhostFriend {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang