EMPAT DELAPAN• untuk Sella

214 21 2
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

"ada apa lagi??" bentak Sella lelah seraya memandangi Marsel.

"Bisa gak kali ini kamu nurut sama aku," Marsel to the point, yang disambut hangat tatapan tajam Sella.

"Hah?!"

"Kita gak akan pernah datang lagi ke kediaman Alvin," Marsel memicikkan tatapannya yang membuat Sella sedikit takut karena ini kali pertama Sella mendapati amarah Marsel seperti ini.

"Aku udah bilang kita bakal tinggal di sana."

"Gak, kita tetap di sini."

"Kamu egois."

Marsel makin memajukan langkahnya menuju Sella, refleks Sella melangkah mundur sehingga badannya mentok di tembok.

Sella menelan ludahnya, tatapan Marsel sungguh tajam, setajam silet.

"Apa salahnya untuk memaafkan papa," tegas Sella kini dia mulai dibuat penasaran, apa alasan Marsel enggan memaafkan papanya.

"Aku udah maafkan dia."

"Yaudah, jadi gak salahkan?? tinggal kembali ke sana."

"GAK MAU!!" Raung Marsel menepuk keras tembok di belakang Sella, membuat jantung Sella kian berdebar takut.

Ya jelas siapa yang tak takut jika di pandang dan dibentak seperti singa tengah kelaparan.

"Papa sekarat, aku mohon," Sella sayunya memohon.

Marsel menjauhkan dirinya dari Sella, cowok itu memilih duduk di kasur sembari menopang wajah gantengnya.

Sella kembali mendekati Marsel bokonya, bagaimanapun caranya dia harus menyatukan Alvin dan Marsel. ya, harus.

Marsel melirik Sella sesekali "Udah aku gak mau bahas ini lagi."

"Oke, terserah, tapi keputusan ku udah bulat," kata Sella penuh keyakinan.

Marsel menarik kasar pergelangan tangan Sella, jelas Sella sangat kesakitan. Cowok itu melepaskan cengkeramannya setelah Sella berada tepat diluar pintu, dan tanpa aba-aba dengan kerasnya Marsel menutup pintu.

Sella terpejam sesekali, dia benar-benar tak percaya Marsel bisa sekasar ini, apa Marsel memang begini?? Kasar, dan kejam.

Sella perlahan tersungkur di belakang pintu, seraya terus menggedor-gedor pintu, dia enggan pergi karena masih banyak yang ingin di bicarakan dengan suaminya.

"Marsel.." panggil Sella kesekian kali dengan suara lemah dan lembut, butiran bening dimatanya perlahan jatuh keudara. 

Tak jauh dari Sella Marsel juga duduk tersungkur di tepi pintu. cowok itu memang sedari dulu cengeng, tapi kali ini dia tak ingin menangis, karena bagaimana pun juga ini demi Sella.

Marsella (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang