SULIT

357 25 1
                                    


Hari kedua dari hari perjanjian aku dan Ridho. Aku tidak bisa menebak kemana Ridho akan mengajak pergi hari ini, tapi aku rasa seperti tak enak badan.

Ting...

Ada pesan masuk di ponselku.

Ridho :

Gua tunggu di bawah.

Aku tidak membalas pesan tersebut, aku keluar dan turun untuk menemui nya.

Aku tersenyum namun sedikit ku paksakan karena aku sepertinya tak enak badan, dia membawa sepeda yang terdapat boncengan di belakang.

"kok lo lemes banget Sa, lo gak suka yah naik sepeda atau lo gak suka karena gua maksa lo buat minta tiga hari lo bareng sama gua? " tanya nya beruntun.
"bukan gitu Dho. Ayo jadi gak mau kemana? " ucapku karena ia sudah salah paham.
"ya udah ayo naik. Kita keliling taman pakek sepeda" ucapnya dan aku pun naik ke boncengan sepeda nya.

Ia terus mengayuh sepeda keliling taman.
"lo berat banget Sa, kayak kebo" ucapnya yang terus mengayuh sepeda.
"enak aja. Lo aja yang gak kuat, gak punya tenaga" ucapku membela diri.
"yeh enak aja, tenaga gua kuat. Mau gua buktiin?" ucapnya dan iya mengayuh dengan cepat dan aku memeluk pinggangnya karena takut terjatuh
"Dho, udah Dho, jangan cepet banget" ucapku takut.
"ya udah deh iya" ucapnya lalu memelankan kembali sepeda nya.

Tiba tiba sakit menyerang kepalaku hingga aku tak sanggup menahan sakit yang kurasakan.

Aku menyenderkan kepalaku di punggung Ridho. Dan memejamkan mataku.

"loh Sa, lo kenapa? " tanya nya yang berhenti.
"gak tau Dho, tiba tiba pala gua pusing" ucapku jujur.

Iya dan aku turun dari sepeda, namun  aku rasa aku tidak bisa berdiri dengan benar dan aku langsung bertumpu pada tubuh Ridho. Dan sekarang berada dalam pelukannya.

"ya ampun Sa. Badan lo panas" ucapnya panik.
"kita pulang yah Sa, Lo kuat gak kalo pakek sepeda" tanya nya namun aku menggeleng karena aku benar tidak kuat.
"ya udah kita cari taksi aja" ucapnya.

"sini naik ke punggung gua" ucapnya dan aku hanya menurutinya dan Ridho segera mencari taksi.

Setelah mendapatkan taksi aku dan dia langsung naik, aku hanya bisa menyenderkan kepalaku di bahu Ridho.

***

Taksi berhenti di depan Apartement dan Ridho lagi lagi menggendong ku sampai masuk ke kamar.

Dia menaruh ku di atas kasur dengan perlahan, di Apartement hanya ada aku dan dia karena Bang Rendra sedang keluar bersama Kak Friska, sedangkan ayah dan ibu sudah pulang.

"tunggu sini dulu yah, gua telepon dokter dulu" ucapnya dan hendak pergi namun ku cegah.
"gak usah Dho, di diemin biasanya aja udah sembuh kok" ucapku padanya.
"ya udah kalo itu mau lo, gua kompres aja biar panas lo turun yah" ucap nya dan iya keluar dan kembali lagi dengan air untuk mengompres.

"lo tidur aja kalo pusing" ucap Ridho sambil menempelkan handuk basah di dahiku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan aku benar benar tertidur karena pusing.

***

Aku bangun saat ku rasa pusing di kepala ku tidak sesakit tadi. Aku terkejut karena melihat Ridho yang tertidur di lantai sebelahku dengan memegang tanganku.

Saat aku melihat jam aku kembali lagi terkejut karena sudah tengah malam, jadi Ridho dari siang berada disini.

Aku perlahan melepas tangan Ridho karena takut iya terbangun, aku ingin mengambil air minum karena haus.

FRIEND AND LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang