SEBUAH TAKDIR

336 17 2
                                    


-jodoh, maut, rezeki dan takdir yang telah tertulis. Hanya tuhan yang tau-

***

Aku sedang memakai sepatu saat ibu masuk kedalam kamar.

"udah selesai siap siap nya? " tanya ibu yang berdiri di depan ku.
"udah Mah, Papah mana? " aku balik bertanya.
"Papah udah nunggu di Lobby" jawab nya. Aku mengangguk tanda mengerti.

Aku dan ibu segera menyusul ayah ke Lobby Apartement. Saat sudah sampai di Lobby di sana juga ada Bang Rendra dan Kak Friska.

"Maaf yah Nand, Abang sama Kak Friska gak bisa nganter ke Bandara, takut Ka Friska nya kecapean" ucap Bang Rendra.
"iya gak papa Bang, Abang jagain aja Kakak kesayangan aku ini sama calon Baby abang" jawabku dengan mengelus perut Kak Friska yang membuncit.

"Om, Tante hati hati yah, nanti kabarin Rendra aja kalo udah nyampe bandara" ucap Bang Rendra pada orang tuaku.

Setelah itu kami masuk ke dalam taksi yang sudah di pesan dan menuju Bandara.

Bahagia sekali aku akan pulang ke indonesia dan setelah bertemu dengan Ridho melampiaskan kerinduan.

Aish mengapa aku sebucin ini sekarang, tapi tidak salah nya kan bucin pada calon suami sendiri.

***

*Bandara Soekarno Hatta

Aku dan orang tuaku baru saja tiba di Jakarta setelah perjalanan panjang yang melelahkan.

Kami berjalan keluar menuju pintu kedatangan dan disana sudah ada Ridho yang melambaikan tangan ke arah kami.

Dia menghampiri kami, dan membawakan koper yang di bawa aku dan ibu dengan aku yang melingkar kan tanganku di lengannya seperti anak kecil yang ingin menyebrang jalan bersama ibunya.

"Mah, sejak kapan anak kita jadi bucin gitu" ucap ayah yang menyindir ku dan aku hanya memeletkan lidahku ke arahnya.
"yeh Papah iri aja sama anak, namanya anak muda" ucap ibu membela.

Kami hanya bisa tertawa saat ibu mengatakan itu.

Kami masuk kedalam mobil Ridho.

Selama perjalanan menuju rumah Ridho dan aku tidak pernah melepaskan genggaman kami.

Sesekali Ridho mencium tanganku sambil fokus menyetir namun sesekali ayah juga menyindir kami dengan deheman namun di pukul bahu nya oleh ibu.

***

Aku merasa ada yang membelai pipiku, saat aku membuka mataku ternyata Ridho yang membangunkanku karena sudah sampai di rumahku.

"hei bangun udah sampe rumah" ucapnya dengan mengusap kepalaku.
"Papah sama Mamah mana? " tanyaku
"udah turun dari tadi" jawabnya
"emang kita nyampe nya udah lama? " tanyaku lagi
"udah lima belas menit yang lalu" ucapnya santai.
"loh kok kamu gak bangunin aku" ucapku padanya
"gak tega kamu kayak nya capek banget. Ya udah ayo turun" ajaknya padaku dan keluar dari mobil.

"nyenyak banget Sa" sindir ayah saat aku masuk kedalam rumah.
Namun aku hanya nyegir tak berdosa.

"ya udah Om, Tante. Ridho mau pulang dulu yah" pamit Ridho pada ayah dan ibu.
"iya, makasih ya nak udah repot repot jemput ke bandara" ucap ibu berterima kasih.
"iya tante sama sama" jawab Ridho.
"aku pamit pulang yah" ucapnya padaku
"ikut" jawabku asal
"heh. Belum Sah udah maen ikut ikut aja" celetuk ayah dan lagi lagi aku hanya nyegir tak berdosa.

FRIEND AND LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang