"Ak-aku orang yang disuruh Tuan Ea untuk menjaga tamannya. Kebetulan aku masih baru, jadi masih belum tahu di mana lokasinya." Pemuda yang sekiranya masih berusia belasan tahun itu berusaha menyakinkan pengawal kediaman Ea dengan kebohongan. Dia tersenyum dan sorot matanya tampak bersinar seperti seseorang yang menyiratkan kejujuran.
"Ternyata itu kau! Aku pikir penyusup. Baiklah, kau tinggal lurus dari arah sini nanti ketemu pintu berwarna emas. Itu jalan menuju taman buah keabadian. Jangan sampai tersesat." Pengawal dengan perawakan tinggi besar—di mana tangannya mencengkeram kuat tongkat yang memantulkan cahaya bila terkena bias—itu menepuk bahu pemuda di depannya.
Dia menunduk hormat kepada pengawal itu kemudian berjalan santai seolah tidak menimbulkan kecurigaan sedikit pun. Saat dirinya sudah sedikit jauh dari bawahan Ea—dia langsung berlari mendekati pintu berwarna emas dengan banyaknya ukiran gambar makhluk mitologi bersama majikannya.
Remaja laki-laki berjubah putih dengan mahkota duri di kepalanya—yang dia curi di dekat portal—seketika menoleh ke sana-kemari untuk memastikan tidak ada orang yang lewat. Melihat ruangan ini kosong dan tak terlihat satu pun yang mondar-mandir dengan segera dia membuka pintu itu. Awalnya dia merasa curiga, kenapa mudah sekali dibuka tanpa adanya mantra atau apa pun?
Namun, dia merasa tidak peduli karena tujuan utamanya mencuri buah keabadian. Senyumnya semakin merekah saat sudah menemukan pohon itu. Tatapannya bersinar terang kala melihat banyaknya buah-buah yang bergelantungan di dahan. Taman ini sangat menyejukan ditambah lagi dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.
Bahkan buah itu mengeluarkan aroma yang memabukkan seperti perpaduan antara buah persik dan green. Pencampuran yang begitu sempurna, pantas saja buah keabadian selalu diagungkan orang-orang. Sebaiknya, dia segera mengambilnya dan kembali ke kerajaan. Namun, saat dirinya sudah berhasil memetik seketika pohon itu mengeluarkan suara kesedihan dan amarah.
Sementara Ea yang sedang berkumpul bersama kawan dan bawahannya, mendadak terdiam sewaktu mendengar nyanyian kesedihan bercampur amarah. "Sial, siapa yang berani memetik buah keabadian tanpa seizinku?" Ea memukul tepian singgasananya kemudian berlari secepat kilat menuju taman Sherwood.
Semuanya ikut menyusul kepergian Ea karena ini juga akan mengancam kediaman mereka, kalau ada penyusup yang berhasil masuk ke sini. Kini mereka sudah berada di Sherwood dengan sorot mata membunuh, saat memperhatian remaja laki-laki yang memegang buah keabadian. Ea menatap garang ketika mengetahui orang di hadapannya lah yang memetik salah satu tanamannya.
"Kau! Siapa kau?! Berani sekali tangan kotor kau itu menyentuh buah keabadian di kediamanan-ku. Dasar manusia biadab!" Ea melangkah menghampiri remaja laki-laki itu dengan kepalan tangan dan tatapan membunuhnya.
Orang yang ditatap itu sedikit gemetaran, tetapi tidak menghalanginya untuk membawa buah keabadian ini. Tiba-tiba angin berembus dengan kencang dan suara bisikan membuatnya tersenyum picik. "Kamu harus memakannya kalau ingin kembali ke tempat asalmu. Buah ini akan membantumu mendapatkan kekuatan dan ambilah serbuk lotus ini lalu taburkan ke mereka. Selamat berjuang wahai anakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Creatures Mythology: The Rise of Thunder Bird (COMPLETED)
FantasyCrescencia, seorang perempuan berparas rupawan, memiliki sifat keras kepala, dan introvert. Dia adalah salah satu perempuan yang sama sekali tidak percaya bahwa mahkluk mitologi itu benar-benar ada di dunia. Namun semua itu berubah ketika dia bermi...