Serpihan jiwa Crescencia membentuk sebuah kilauan bola yang mirip dengan batu permata. Terdapat cairan berwarna putih bersih layaknya kapas yang mengalir di setiap denyutan tubuh Thunder Bird. Seketika tangan Crescencia menyentuh kepala makhluk itu untuk memberikan jiwanya.
Tak lama cahaya itu telah memudar dan menghilang. Kini Thunder Bird sudah terikat sampai kapan pun dengan Crescencia. "Mari kita berteman dan meneruskan petualangan kita dalam memberantas kejahatan di muka bumi ini."
Thunder Bird mengepakkan sayap lalu berdiri dengan gagah seolah mengerti dengan perkataan majikannya. Burung itu tidak bisa membantah titah mutlak Crescencia kalau tak mau mendapatkan hukuman yang setimpal.
Sebaiknya, Crescencia pamit undur diri kepada Enlil karena Tuan Agung sudah pasti menunggu dirinya. Bahkan tanpa disadari waktu di dunia manusia telah seminggu berlalu walaupun di sini baru sehari. Perbedaan dimensi yang membuatnya terlihat begitu transparan.
Mungkin di dunia Enlil waktu tidak berjalan sama sekali dan bisa dikatakan kekal. Semua orang yang berada di Ozaretta Forest rata-rata hidup abadi. Selain ada makhluk mitologi seperti Thunder Bird dan Achiyalabopa terdapat juga peri hutan. Seluruh penghuni di sini tunduk di bawah perintah mutlak Enlil sebagai penguasanya.
"Sudah waktunya saya undur diri. Terima kasih sudah bersedia menyembuhkan saya dan menunjukkan di mana letak Thunder Bird melalui orang kepercayaan Anda. Kini saya harus balik ke dunia saya bersamanya." Crescencia mengulum senyum sembari mengelus bulu halus burung di sampingnya.
Entah hanya perasaan Crescencia saja atau memang tampaknya Enlil tak ikhlas melepaskan dia pergi. Lebih baik tak perlu dibawa pusing sendiri. Mungkin ini hanya karena faktor dirinya kelelahan. Udara tiba-tiba terasa berat saat Crescencia ingin beranjak keluar dari kediaman dewa angin itu.
Sesaat aura mencekam melingkupi Crescencia, membuat bulu kuduknya berdiri. Matanya menengok dengan gelebah tepat ke arah Enlil yang terus menatap serius ke arahnya. Berusaha mencari sesuatu yang ingin disampaikan oleh dewa angin dengan paras rupawan itu.
Namun, netra silver grey Enlil melunak setelah melihat ketakutan di wajah Crescencia. Memang tak bisa dipungkiri dia memiliki sedikit rasa kepada gadis manusia di depannya. Entah kenapa perasaan yang tak boleh dirasakan oleh dewa sepertinya justru harus dia rasakan.
Enlil yakin ini perasaan kagum bukan suka sebagaimana mestinya. Suara tapak kaki membuyarkan ketakutan Crescencia. Dia menoleh ke samping kanan dan mendapati dewa angin berambut perak itu sudah berdiri di sana.
"Pergilah! Anda sudah menyelesaikan misi Anda." Setelah mengucapkan perkataannya, Enlil berjalan meninggalkan Crescencia. Gadis itu melongo melihat kepergian dewa angin yang sedikit membuatnya tak habis pikir.
Estavas langsung menghampiri Crescencia. "Sebaiknya, Anda segera pergi. Tuan Enlil sedang dalam suasana hati yang buruk kalau dirinya masih melihat keberadaan Anda. Takutnya dia akan mengamuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Creatures Mythology: The Rise of Thunder Bird (COMPLETED)
FantasíaCrescencia, seorang perempuan berparas rupawan, memiliki sifat keras kepala, dan introvert. Dia adalah salah satu perempuan yang sama sekali tidak percaya bahwa mahkluk mitologi itu benar-benar ada di dunia. Namun semua itu berubah ketika dia bermi...