Crescencia, seorang perempuan berparas rupawan, memiliki sifat keras kepala, dan introvert. Dia adalah salah satu perempuan yang sama sekali tidak percaya bahwa mahkluk mitologi itu benar-benar ada di dunia.
Namun semua itu berubah ketika dia bermi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crescencia merasakan tubuhnya seakan mati rasa. Dengan perlahan-lahan, dia mencoba membuka kedua mata dan melihat ke arah sekelilingnya. Tampak, wajah Grizelle di sebelah kanan dan wajah ayahnya di sebelah kiri. Raut kekhawatiran mereka berdua yang pertama kali ditangkap oleh iris gadis itu, setelah siuman.
"Kamu baik-baik saja, nak? Apa ada yang sakit?" tanya ayah Crescencia yang begitu khawatir dengan keadaan anak semata wayangnya.
"Kamu hampir tiga jam tidak sadarkan diri, Cres. Kami berdua panik luar biasa," cemas Grizelle sambil mengelus surai cokelat terang milik gadis itu.
"Ha-haus...." Mendengar Crescencia ingin minum dengan cepat ayahnya memberikan air putih. Kerongkongan gadis beriris hazel keemasan itu mengalami dehidrasi parah, saat terbangun dari pingsan. Kini, sudah jauh lebih baik setelah dia merasakan aliran air membasahi tenggorokannya.
"Sudah jauh lebih baik? Apa masih haus? Mau minum lagi?" Beribu pertanyaan dilontarkan ayah gadis itu melihat kondisi Crescencia. Sewaktu dia terbangun mendengar teriakan Grizelle. Betapa dirinya luar biasa panik, menyaksikan anak kesayangannya jatuh tergeletak tidak berdaya di depan rumah.
"Dad, aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Crescencia menggenggam tangan ayahnya. "Bagaimana ayah tidak panik, nak. Kamu baru pertama kali pingsan. Masalah apa yang sedang kamu alami, sampai seperti ini?" Sorot mata ayahnya memancarkan kesedihan, melihat anaknya sedang dalam kondisi tidak sehat.
"Tidak ada, Dad. Aku hanya kelelahan saja, karena baru pertama kali mengikuti pembelajaran lagi," bohong Crescencia, dia tidak mau ayahnya mengetahui perihal hal ini. Tanpa terasa, sebulir air mata jatuh membasahi pipi gadis itu.
Ayah Crescencia diam membisu. Ketika, kedua matanya menangkap gadis bersurai cokelat itu menangis. Jujur saja, hatinya ikut merasakan perih. Lagi-lagi dia gagal menjaga buah hatinya, sedangkan Grizelle berusaha menenangkan sahabatnya.
"Ada apa dengan anak saya?" tanya ayah Crescencia.
Grizelle kini sangat kebingungan, saat ditanya ayah sahabatnya. Apa dia harus memberikan jawaban atau tidak? Tiba-tiba sebuah keberanian muncul di dirinya. Ayah Crescencia harus mengetahui kebenaran yang baru saja menimpa anaknya. "Sebenarnya begini om. Cres—" Belum sempat melanjutkan perkataannya, sahabatnya sudah memberikan ultimatum melalui matanya.
"Teruskan saja, Griz," perintah ayah Crescencia.
Kini, Grizelle serba salah harus melanjutkan perkataannya atau tidak sama sekali. "Apa yang kamu tunggu, teruskan saja!" Ayah Crescencia sudah benar-benar dibuat penasaran. Jauh lebih baik, kalau memang diteruskan. Urusan Crescencia marah besar padanya, belakangan saja baru dipikirkan.