57. Benar Benar Pergikah??

4.1K 234 24
                                    

Maaf typo bertebaran
Jangan lupa vote dan comment
Follow akun author yak 🙏
Jangan lupa vote+comment yak
Jangan lupa follow akun author
@pejuangpeka







안녕하세요.....





Happy Reading.

Tadi Lano berniat mengantarkan Rasya membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang besok, tapi ditengah jalan dia melihat Devi dan Vano duduk di halte. Dia menepikan mobilnya dan menyuruh Rasya menemui mereka..

Entah apa yang dikatakan Rasya hingga Devi dan Vano mau bareng dengan Lano. Mereka masuk kedalam mobil.. Suasana di dalam mobil bermacam-macam.. Lano dengan hati antara senang dan sedih.. Senang karena bisa bertemu lagi dengan Devi dan sedih karena mendapat tatapan benci dari Devi..

Walaupun Devi sudah memaafkannya bukan berarti kebenciannya hilang begitu saja.. Begitu besar luka yang dia torehkan pada Devi, sampai dirinya sendiri tak mampu untuk mengatakan semuanya..

Entah mengapa Lano menanyakan sesuatu yang seharusnya dia tahu apa itu jawabannya.. Tak seharusnya dia menanyakan itu pada Devi.. Seharusnya dia tahu dengan menanyakan itu membuat kebencian Devi padanya semakin besar.. Tapi jika tak menanyakan langsung ke Devi hatinya semakin dilanda kebimbangan..

Mendapat jawaban dari Devi membuat Lano sakit.. Hatinya seperti ada tangan tak kasat mata meremasnya.. Seharusnya dia tahu dan tak menanyakan itu agar hatinya baik-baik saja, tapi nyatanya dia tetap menanyakannya.. Salahnya sendiri yang menanyakan pertanyaan yang jelas dia tahu jawabannya..

Mungkin kata menyerah adalah jalan satu-satunya sekarang.. Kehadirannya tak dianggap, tak ada yang mengharapkan dia lagi.. Lantas untuk apa dia berjuang jika sebelum berjuang saja dia sudah mendapatkan penolakan di depan matanya...

Entah kenapa dia sedih, kecewa, sakit hati.. Semua rasa menjadi satu dalam dirinya.. Dia merutuki kebodohannya di masa lalu.. Kenapa dia sebodoh itu melakukan perbuatan tercela seperti itu.. Jika dia tak melakukan itu pastinya hidupnya tak akan seperti ini.. Dia pasti sudah bahagia bersama Devi dan juga anak-anaknya..

Setelah menurunkan Devi di depan butiknya, Lano langsung meninggalkan Devi tanpa menunggu jawabannya... Hatinya terlalu sakit mendapatkan penolakan itu.. Beginikah rasanya dulu ketika dia menolak mereka..

Lano menjalankan mobilnya ke pusat oleh-oleh di kota ini.. Dia hanya diam mengikuti kemana perginya Rasya.. Dari tadi Rasya pun juga diam.. Karena dia tahu Papanya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.. Dia hanya membeli yang dirasa penting untuknya.. Setelah membayar semuanya mereka pulang.




********




Setelah pertemuannya dengan Lano tadi Devi tak baik-baik saja.. Dia melamun memikirkan sikap Lano tadi.. Dia tak seperti Lano yang dia Kenal.. Kemana Lano yang dia kenal dulu, kenapa sekarang Lano seperti orang frustasi saja, bahkan dia hanya menuruti apa yang di ucapkan Devi...

Di dalam ruang kerjanya Devi melamun memikirkan Ucap Lano tadi.. Toh kehadiranku juga tak diharapkan.. Kata kata itu terngiang di pikiran Devi. Apa ucapannya terlalu kasar dan menyakitkan hingga Lano mengucapkan itu...

Lano seperti tak semangat dan ada nada kecewa ketika mengucapkan kata itu.. Devi jadi merasa bersalah membuat Lano seperti itu.. Sekeras apapun perbuatanmu ketika menyakitinya dengan perbuatan akan lebih menyakitkan ketika menyakitinya dengan ucapan.. Mulutmu adalah harimaumu.. Itulah kata-kata yang di ingat Devi..

Mistake My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang