"Aduh Hil, ini gimana? Gue harus pinjem kaos basket ke siapa dong?"
Hilwa tak kalah paniknya. "Gue juga gatau! Lagian lo juga sih, pake lupa bawa tu kaos lagi! Udah tau hari ini ada ujian praktek basket! Oon lo Dib."
Adiba menggigit kuku jarinya. Pertanda bahwa ia sedang kebingungan sekaligus ketakutan.
Benar apa yang dikatakan Hilwa barusan. Hari ini, hari Senin siang, kelas Adiba sedang melakukan ujian praktek bermain basket.
Alih-alih memakai seragam olahraga, SMA BS malah mewajibkan setiap anak murid harus memakai kaos basket.
Entah itu laki-laki, atau perempuan sama saja.
Kaos basket yang dibeli, sepaket dengan seragam sekolah.
Tapi, kaos basket itu hanya dipake saat ujian praktek saja. Dan untuk selebihnya, memakai seragam olahraga.
Lalu, bagaimana dengan regu basket sekolah? Nah, untuk yang ini beda lagi. Setiap anak murid yang ingin masuk eskul atau regu basket, diperkenankan juga untuk membeli kaos basket khusus regu. Beda motif tentunya.
"Lo tunggu sini, biar gue liat Pak Aldian udah di lapangan apa belum." Adiba mengangguk pasrah.
Hilwa berjalan mengendap ke pintu kelas, membuka, lalu menyembulkan kepala ke luar. Dilihatnya sekitar lapangan, apakah ada Pak Aldian—guru pengajar olahraga— atau tidak.
Dirasa guru ganteng itu tidak ada, Hilwa balik ke Adiba.
"Pak Aldian belum dateng, mending sekarang lo cari pinjeman kaos basket ke kelas sebelah, atau Adkel, Kakel, sama aja pokoknya terserah! Yang penting lo harus dapetin tu kaos. Ayo cepet!"
Hilwa mengait lengan Adiba memintanya berdiri dari bangku. "Aa gue malu Hil,"
Hilwa berdecak. "Emang lo mau nilai ujian praktek lo kosong, gegara ga bawa kaos basket hah? Kalo lo ikhlas sih gapapa."
Adiba menggeleng.
"Yaudah ayo cepet sana pinjem!" Hilwa menarik tangan Adiba untuk keluar kelas.
Adiba memberatkan badan, agar Hilwa tak kuat. Tak mau kalah, akhirnya Hilwa berhasil mendorong Adiba keluar kelas.
"Sana cepet! Mumpung masih ada waktu." Adiba memberengut.
Gue malu anjir, kalo harus minjem.
Dengan berat hati, buru-buru Adiba ngacir agar teman-teman-nya yang sedang bermain di lapangan tidak melihat dirinya.
Melangkah cepat, hingga langkahnya terhenti di depan ruang ganti olahraga. Ia melirik ke kursi di depan ruangan itu. Alisnya tertaut.
"Loh? Kok, ada kaos basket disini?" Adiba melangkah mendekat.
Sekelebat ide muncul.
"Gue pinjem gapapa kali ya?" Adiba ragu. "Tapi, yang punya kemana?"
Adiba bangkit, melihat ke pintu ruang ganti olahraga yang tertutup rapat.
Adiba mengetuk pintunya. "Hello, siapapun yang ada di dalam, gue minjem kaos basket nya ya?"
"Hah? Oke, makasih ya." padahal juga nggak ada yang nyaut di dalem.
Buru-buru Adiba mengambil salah satu kaos, karena di situ ada empat kaos basket yang ditumpuk. Merengkuhnya, lalu ngacir kembali ke kelas.
"Yang punya nggak marah kan? Ah, enggak lah. Orang gue pinjem bentaran." Adiba bermonolog.
☠️☠️☠️
"Udah dapet nggak kaosnya?" Adiba menyodorkan kaos basket yang barusan ia dapat.
Hilwa menerimanya, melihat dengan seksama. "Loh ini bukan-nya punya Kak Art—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...