Segerombol anak murid menyambut kedatangan Adiba dan juga Renol. Berita tentang hilangnya ia dan juga Artha sudah tersebar.
Eits, mungkin mereka tidak begitu peduli dengan Adiba, melainkan kepada sang idola sekolah. Siapa lagi kalo bukan Artha.
Mendengar berita tentang Adiba kembali, membuat anggota regu empat yang lain dapat bernapas lega.
Mereka langsung menghampiri gadis itu. "Lo gapapakan, Dib?" tanya Sevan.
"Maafin kita ya, tadi ninggalin lo sama Kak Artha." ujar Angitta.
Adiba tersenyum. "Iya gapapa,"
"Itu kaki lo kenapa?" tanya Gilang ketika mengetahui kaki gadis itu terbalut kain yang ternoda darah.
Adiba menunduk melihat kondisi kakinya. "Ohh gapapa. Ini tadi kaki gue kegores ranting terus berdarah."
Jawaban Adiba membuat bibir Gilang membentuk huruf O.
"Tapi untungnya ada Kak Artha yang nolongin gue." lanjutnya.
"Jangan bilang itu sobekan kaosnya Kak Artha?" Dewi bertanya.
Adiba menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil nyengir. Ingatan nya kembali pada roti sobek milik Artha.
"Ya gitu dehh." jawab Adiba sambil nyengir.
"Terus sekarang suami gue kemana? Dia gapapa kan?!" ujar Jesica heboh. "Kok dia ga barengan sama lo?"
Mendengar pertanyaan Jesica, Adiba menepuk keningnya. "Dia tadi jatuh kegelincir ke jurang!"
"HAH?!" ujar mereka spontan.
"Gue harus selametin dia," Adiba berbalik, hendak kembali ke dalam hutan untuk mencari keberadaan cowok itu, tapi lengan nya di tahan oleh Renol.
"Mau kemana?" tanya nya.
"Bantuin Kak Artha, kasihan dia."
"Udah gausah, pasti ga lama lagi dia bakal balik kesini."
"Tapi barang-barang gue ada sama dia semua," kata Adiba beralasan.
"Lo tau dari mana kalo barang-barang lo ada sama cecunguk itu?" Adiba memukul dada Renol keras.
Jarinya menunjuk wajah Renol. "Jangan pernah panggil Kak Artha dengan sebutan cecunguk."
Renol memutar bola matanya malas. Ia memicing. "Kenapa? Lo suka sama dia?"
Adiba hendak menjawab, tapi terlebih dulu ia menatap sekitarnya. Ada Sevan, Devan, Gilang, Jesica, Dewi, dan Angitta yang menunggu jawaban darinya.
"E-enggak. Siapa yang suka sama dia? Yakali gue suka sama makhluk es." Adiba berujar, "Yang ada kalo pacaran suasana nya pasti akward."
"Hemeh. Jangan ngomong kayak gitu, ntar lu jilat air liur sendiri." Adiba menoleh ketika mendapati suara Hilwa.
Matanya membola saat melihat Ardan, dan Aksa membopong Artha yang keadaan nya sudah tak karuan.
Dibelakang ketiga cowok itu ada Anta yang membawakan ransel Artha, sedangkan Hilwa membawakan ransel Adiba.
Mendapati Artha terluka, ia langsung menghampiri. "Lo kenapa, Kak?"
Artha melepaskan lengan nya yang bersender di pundak Ardan, dan juga Aksa, lantas ditatapnya Adiba dingin.
"Ga," Adiba berdecak, ia mengulurkan tangan untuk melihat luka di wajah cowok itu.
"Ga gimana? Ini muka lo berdarah, harus diobatin." Artha memalingkan wajah ke samping.
Tangan nya menurunkan jemari Adiba dari wajahnya. "Ga perlu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...