Adiba tengah membongkar tasnya, mencari barang yang dibutuhkan Sevan untuk menyalakan kayu bakar. Karena, korek Sevan tadi hilang, jadi Adiba berniat meminjamkan.
"Kok nggak ada?" Adiba masih berusaha menemukan benda itu.
"Ada nggak, Dib?" tanya Sevan. "Kalo nggak ada, biar gue pinjem sama yang lain gapapa,"
"Ehh, jangan Kak, nanggung." Adiba masih mencari.
Sampai tangannya menggapai benda yang ia cari berada di dasar tas. Korek itu keselip di antara pakaian Adiba.
"Nah ketemu," seru Adiba. "Nih, Kak."
Tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Adiba, Sevan mengambil korek api yang dijulurkan gadis itu kepadanya.
"Gue pinjem dulu ya?" Adiba mengangguk.
Ia kembali merapikan barang-barang di tas yang tadi ia bongkar.
"Ck, Artha mana sih?! Disuruh setor lama banget." oceh Devan dengan muka kesal.
"Tunggu napa, Kak. Mungkin Kak Artha lagi jalan kesini," sahut Jesica yang asik berdandan di belakang.
"Dih, sok simpatik." gumam Adiba.
"Tuh orangnya, dah balik." kata Gilang.
Benar saja, cowok jakung itu tengah berjalan mendekat, sambil membawa dua pasang tenda.
"Buat apa tuh, Kak?" tanya Adiba saat Artha sudah sampai.
"Mesjid," jawab Artha ngaco.
"Ngadi-ngadi kalo ngomong."
Artha lalu menyerahkan satu tenda kepada Adiba, dan satu tenda nya lagi berniat ia pasang.
"Tenda punya siapa, Tha?" tanya Gilang.
"Dikasih pinjem." Artha menjawab sambil meletakkan tas ransel yang sedari tadi ia gendong, ke tanah.
"Sini gue bantu," Devan menawarkan diri.
"Gue juga ikut," Adiba bangkit.
"Gausah, lo bantu Sevan aja." tolak Artha. Ia melirik ke tiga cewek yang tengah duduk manis di dekatnya. "Lo kalo nggak ada kerjaan, gue saranin pulang."
Merasa tersindir, ketiga cewek itu langsung sibuk sendiri. "Kita kerja kok dari tadi,"
Artha berdecih. Lalu ia kembali melanjutkan memasang tenda dibantu Devan dan juga Gilang.
"Tha, lo punya palu nggak?" tanya Gilang.
Artha menggeleng. "Ga,"
"Nih, gue punya." Adiba mengacungkan sebuah palu ke arah Gilang.
"Makasih," Gilang tersenyum manis seraya mengambil palu yang di berikan Adiba.
Sedangkan Artha yang melirik interaksi keduanya, berdecak malas. Caper.
"Dib, tolong pegangin ini dong." pinta Devan.
"Okeh, ntar." Adiba yang semula duduk manis di dekat tenda bersama Sevan, hendak bangkit menuruti permintaan Devan.
Tapi, dicekal oleh Artha. "Lo duduk."
"Kan Kak Devan butuh bantuan gue, Kak." jawab Adiba heran.
Artha menatap Devan, lalu kembali menatap Adiba yang ada di depannya dengan datar. "Pegangin ini,"
Artha menarik Adiba agar melakukan hal yang barusan ia lakukan. "Apaan sih tu orang. Gajelas banget," gumamnya.
Setelah dipastikan Adiba menurut, ia berjalan mendekat ke Devan. "Mana yang dipegangin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...