Motor Artha berhenti di depan rumah Adiba yang nampak sepi. Di depan gerbang rumah Adiba, ada sebuah motor putih yang terparkir tanpa ada pemiliknya. Artha ingat, motor itu adalah motor yang sama seperti yang ia lihat tadi sore.
Memastikan bahwa cowok ini sudah mematikan motor, Adiba langsung turun dari boncengan. Setelah kedua kakinya menapak aspal jalanan, Adiba memandang Artha. "Makasih, Kak."
Artha bergumam.
"Langsung pulang, apa ngeteh dulu?" tanya Adiba yang langsung Artha balas dengan gelengan.
Tetapi, sorot matanya tak luput dari motor yang ada di depannya sekarang. Penasaran apa yang dilihat sedari tadi oleh Artha, Adiba pun mengikuti arah pandang mata Artha.
"Cowok itu dateng lagi?" tanya Artha to the point.
Adiba menghela napas, seraya mengangguk malas. "Iya."
"Kalo ada apa-apa, telfon gue." kata Artha seakan perkataan nya barusan wajib dilaksanakan.
Adiba mengangguk. "Udah lo tenang aja, ntar kalo dia macem-macem, gue tendang tu burung."
Mendengar ucapan Adiba, Artha tersenyum samar di balik helm. "Gue balik."
Kemudian, motor Artha langsung melesat meninggalkan tempat yang semula ia pijak.
Memastikan bahwa Artha sudah pergi, Adiba segera masuk ke dalam rumah dan langsung bertemu dengan cowok yang tadi sore hendak berbuat nakal terhadap dirinya. Adiba melirik sinis cowok itu, dan mendumel kesal.
"Ngapain lo kesini lagi?" tanya Adiba sinis.
Renol bangkit dari sofa, menghampiri Adiba dengan senyuman manis. Senyuman yang sama, yang dulu berhasil membuat dirinya terpedaya. "Cuma mau bertamu aja kok. Emangnya ga boleh?"
"Gak! Rumah gue terlalu bersih buat orang kotor kayak lo!" ujar Adiba dengan nada tinggi.
"Gue kangen sama lo, Dib. Kenapa sih lo harus pindah sekolah?" Renol mengaku. "Gue kesini, cuma pengen minta maaf sama lo, jalan bareng sama lo kayak dulu, main, dinner, traveling, dan masih banyak lagi hal yang gue pengen kita berdua lakuin Dib. Emangnya lo nggak kangen sama gue?"
Adiba tertawa sampai matanya berair. "Heh tai kingkong! Sebelumnya gue minta maaf sama lo karena gue pernah suka sama lo, dan gue pernah ngebuat hati gue ini sakit. Dan, asal lo tau, kenangan dan hal yang lo omongin barusan itu cuman sandiwara. Sandiwara, supaya lo diakui hebat sama temen-temen lo yang gak ada gunanya itu!" tegas Adiba dengan suara menggema sampai ke sudut ruangan.
"Terus lo tadi bilang apa? Gue kangen sama lo? Helloooo, gak ada ceritanya manusia kangen sama kotorannya sendiri. Dan sekarang, gue minta, lo pergi dari sini!"
"Tapi gue bisa jela-"
"PERGI GUE BILANG!" jerit Adiba sembari menuding ke arah pintu. Dan jangan lupakan matanya yang mulai berair.
"Dib, kenapa sih?" Renol maju selangkah ke arah Adiba. "Kenapa lo segitu bencinya sama gue?"
"Lo tuli apa gimana sih? Bukannya gue udah jelasin tadi? Kalo gitu, biar gue perjelas, GUE GA SUKA SAMA LO! DAN GUE MINTA SEKARANG LO ANGKAT KAKI DARI RUMAH GUE! Cepetan." Adiba membentak, napasnya memburu.
Renol tertawa sumbang. "Oh gue tau kenapa lo segitu bencinya sama gue sekarang. Apa ini karena cowok tadi sore?"
Adiba mendekat ke arah Renol dengan sorot mata menyeramkan. "Ini gak ada hubungannya sama Kak Artha ya. Gue tekanin sekali lagi, ini gak ada hubungannya sama Kak Artha."
Renol menyeringai. "Oh jadi nama tu cowok Artha, dikasih apa lo sama dia, sampe ngebela dia? Uang? Atau?"
Adiba menampar pipi Renol, sampai membuat kepala cowok itu miring ke kiri. "Jaga ya omongan lo! Pergi dari sini bangsat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...