Pagi ini tak ada mentari yang menyerobot dedaunan. Hanya ada semilir angin yang membawa hawa dingin dan juga awan kelabu.
Adiba memasuki kelas sambil memasukkan tangan-nya dalam-dalam ke dalam saku jaket yang ia kenakan.
Bukan. Ini bukan jaketnya Abang Artha, tapi murni jaket pribadi milik Adiba.
"Tumben Dib, lo pake jaket. Kedinginan?" tanya Hilwa.
Adiba menaruh tas, lalu duduk di samping Hilwa. "Berasa di Antartika gue. Hufffttt dingin banget brrrr,"
Hilwa menggosok daerah lengan-nya. Agar terasa hangat. "Iya sih, mau turun hujan kali ya?"
"Yee mana gue tau. Emangnya gue Tuhan?"
Hilwa nyengir, ia lalu mengeluarkan buku paket dari loker meja, kemudian membukanya.
Adiba juga melakukan hal yang sama.
Sedang asyik membuka lembar perlembar buku, Adiba teringat sesuatu. Ia lantas menoleh ke Hilwa yang tengah sibuk membaca.
"Eh, Hil." Hilwa menoleh.
"Apaan?"
Adiba menghadap ke Hilwa agar leluasa bercakap. "Gue tadi malem di follow sama Kak Artha, Anta, Aksa, sama Kak Ardan. Lo juga di follow nggak?"
Refleks Hilwa menjatuhkan rahang bawahnya. "SUMPE LO?!"
Akibat suara cempreng sekaligus cetar Hilwa, seluruh pandangan anak kelas auto berpusat padanya.
"Hilwa jangan berisik dong."
"Masih pagi woy, jangan jadi Tarzan."
"Si Tarzan girl nyasar,"
"Kagak usah tereak juga kali, Mbak." cibir Adiba.
"Sumpah demi apapun?!" Hilwa memperkecil suaranya.
Adiba mengangguk.
"Seumur-umur ga ada tuh yang di follow sama empat pangeran entuh, mentok-mentok sama Kak Anta. Itu pun cuma dipilih yang cantik-cantik."
"Masa sih?"
Hilwa mengelus dagunya sambil menatap selidik Adiba. "Atau jangan-jangan.."
Adiba menatap bingung. "Jangan-jangan apanya?"
"Lo udah jadian ya sama Kak Artha?" tembak Hilwa.
Adiba menjiwit paha Hilwa. "Pala lo! Yakali gue jadian sama es batu. Dia buka tipe gue la yaw,"
Hilwa meringis. "Hilih sekarang aja ngomongnya kagak suka. Gatau deh kalo besok-besok,"
"Gue emang gasuka sama Kak Artha! Ngenyel banget jadi perawan."
Hilwa menuding Adiba dengan pensil. "Kalo lo gasuka sama Kak Artha, berarti Kak Artha yang suka sama lo."
Adiba membulatkan matanya. "Suka apanya? Orang gue aja baru kenal sama dia. Itu aja kenalnya gegara lo yang heboh soal kapten basket ples soal kaos basket waktu itu."
"Jangan ngeles neng, kesian sandalnya ntar copot."
Adiba berdecak. "Ga nyambung lo!"
Hilwa bersesis.
☠️☠️☠️
Bel pertanda istirahat begitu nyaring. Suara deringan ini adalah suatu surga dunia bagi kalangan pelajar.
Lihat saja sekarang, para murid langsung kocar-kacir ke luar kelas. Kemana lagi kalau bukan ke kantin, dan makan?
Seperti dua gadis cantik yang sedang membawa mangkuk bakso ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Jugendliteratur"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...