35. Khawatir

5.5K 687 26
                                    

Terlihat seorang cowok yang masih memakai seragam biru putih, nampak terburu-buru turun dari sepeda motornya.

Sampai-sampai, ia lupa untuk melepas helm. Raut wajah cemas, dan gelisah juga tercetak jelas.

"KAK! KAK ARTHA! BUKAIN! ASSALAMUALAIKUM!" Agil berteriak sembari menggedor pintu rumah utama.

Tak berselang lama, muncul sang pemilik rumah, lengkap dengan baju rumahan. "Kenapa?"

"Ayo!" Agil langsung menggeret tangan Artha.

"Ngapain?"

"Itu, temenin gue jemput Adiba!"

Mengangkat satu alis. "Kemana?"

"Jadi gini, dia tadi pagi pamit mau berangkat main sama Renol. Katanya dia bakal pulang cepet, tapi sampe sekarang kaga balik." jelas Agil. "Gue takutnya, Adiba di apa-apain sama Renol."

"Mereka pergi kemana?"

"Laut."

Mendengar penuturan saudara kandung dari gadis yang ia sukai, membuat Artha langsung berlari kecil ke garasi untuk mengambil motor.

Jangan lupakan kaos oblong, dan juga celana training yang masih melekat di tubuh proporsional nya. Tapi ingat, walaupun pakaian yang ia pakai tergolong nganu, rupa cowok itu tak pernah cacat.

"Cabut!" titahnya.

Menancap gas membelah jalanan, tak lupa kecepatan yang terus kian bertambah. Di belakang Artha, sudah ada Agil yang sama seperti dirinya.

Ngebut, dan tak mau disalahkan.

Bolak-balik, pengguna jalan memaki Artha, dan Agil, tapi mereka tak menghiraukan.

Terlebih Artha. Cowok itu hanya fokus pada jalan, dan juga bagaimana nasib Adiba sekarang.

Entah, ia hanya takut singa betinanya dilukai oleh Renol. Terlepas kejadian kemarin waktu kemah belum sirna dari pikirannya.

Motor besar kedua lelaki tampan tersebut berbelok. Bukan aspal lagi yang menjadi pijakan ban besar dari motor mereka, melainkan hamparan pasir berwarna putih bersih.

"Lo bayar parkir!" Artha merogoh saku, dan memberikan uang lima ribu.

"Oke," Agil menerima, kemudian cowok itu berlari kecil ke arah loked parkir.

Tanpa menunggu Agil, Artha mulai mencari Adiba ke sana-kemari. "ADIBAA!!"

Beberapa pengunjung menoleh karena teriakan keras yang ia lontarkan. Tak jarang, ada yang memuji ketampanan Artha, walau ia hanya memakai baju rumahan.

"Gimana? Udah ketemu, Kak?" Agil bertanya.

"Belom. Lo coba cari disini, biar gue yang cari ke laut."

Agil mengangguk, menepuk pundak Artha dua kali sebelum berlalu. "Hati-hati, Kak."

Mereka berdua berpencar. Dengan Agil yang menelusuri pantai, dan sekitar. Sedangkan Artha, cowok itu mencari di laut.

Berlari ke Bapak-bapak yang menyediakan watersport, bercakap sebentar guna menanyakan harga sewa, kemudian merogoh saku, mengambil dompet dan ia keluarkan selembar uang berwarna merah.

"Makasih, Pak." Artha langsung menaiki wahana air tersebut.

Ingat! Berbeda dengan pengunjung yang memakai pelampung, cowok itu nekat tak memakai apa-apa. Dan bayangkan! Hanya menggunakan celana training, dan kaos oblong.

Artha ngebut. Baik di darat, maupun di laut, cowok itu sama saja.

Ia menyetir sembari berdiri. Sekali lagi ingat! Hal ini hanya dilakukan oleh profesional.

Artha [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang