"Lo, diem disini." Adiba mengerjabkan matanya beberapa kali.
"Ini lagi! Lo siapa?! Mau jadi jagoan neon lo disini?!" sentak pria bertubuh tinggi.
"Cepet minggir, gue mau bawa ini cewek." pria itu hendak menggapai tangan Adiba, tetapi dihempaskan oleh Artha.
Iya, yang nyelametin Adiba sekarang itu Mas Artha.
"Gak." tandas Artha.
Suaranya begitu dingin dan tajam.
"Gausah sok keren deh lo! Masih bau kencur ngikut aja masalah orang gede. Mending lo balik, terus minta suapin bubur sana sama Emak lo,"
Tanpa babibu, Artha kembali melayangkan tinjuan ke wajah pria itu. Dalam setengah detik, pria yang terbilang memiliki tinggi yang nyaris sama dengan Artha itu tersungkur.
"Omongan doang yang gede, tapi hasil ga ada sama sekali. Itu namanya, munafik apa pengecut?!" desis Artha tajam.
Dua pria berhasil di lumpuhkan dalam sekejab.
"Jangan belagu deh lo!" pria berjaket biru maju.
Artha mencengkeram kuat kerah jaketnya. "Mau apa lo?!"
BUGH
Bogeman mentah dari pria itu sanggup membuat wajah Artha menghadap ke samping, tapi tak membuat cowok bernetra hijau ini limbung.
Adiba mundur beberapa langkah, raut wajahnya berubah ngeri ketika melihat rahang tegas milik Artha mengeras.
Pria itu tertawa miring. "Kenapa? Sakit ya? Mau nangis? Makanya, kalo masih umur setaun itu, jangan belagak mau tarung."
Artha balik menatap pria berwajah cabul ini dengan tatapan mengerikan. Ia mencengkeram kerah jaket dengan satu tangan, lalu mengarahkan tangan yang satunya untuk menghajar.
BUGH BUGH BUGH BUGH
Perut? You got it.
Pipi? You got it.
Dagu? You got it.
Hidung? You got it.Langsung dihempaskan tubuh pria itu ke tanah dengan kasar. "Bacot!"
Pria itu mengerang kesakitan. Ujung bibirnya sobek, dan darah mengalir di hidungnya. Dan kedua pria lain-nya sudah tepar.
Sedangkan Artha? Hanya ujung bibirnya yang sobek, sama pipi lebam doang.
Itung-itung buat hiasan.
Mengusap ujung bibirnya yang dihiasi darah dengan kasar. Meringis pelan, lalu berbalik menatap Adiba.
Adiba yang ditatap dibuat kikuk. "K-kak Ar-artha ga-gapapa?"
Kenapa gue jadi gagap gini? Gue bukan Adiba gagap!
Artha hanya menatap Adiba sekilas, kemudian berjalan mengambil kantung belanjaan gadis itu. Menyerahkan-nya, dengan raut wajah datar.
Adiba menerima dengan tangan gemetaran. "Ma-makasih Kak,"
Artha mengangguk. "Pulang."
"Hah?"
"Mau pulang?"
Adiba mengangguk.
"Gue anter." Artha berjalan ke motornya yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Adiba mendelik. "Hah? Eh? Enggak usah Kak. Gue bisa pulang sendiri kok."
Artha berhenti berjalan. Ia berbalik. Tangannya ia masukkan ke dalam saku. Sambil mengangkat dagu, ia menatap Adiba. "Yakin?"
Adiba meringis kecil.
Setelah menanyakan satu kata dan tak kunjung dijawab oleh gadis itu, Artha melanjutkan langkah.
Aduh, gue harus gimana dong? Masa iya gue pulang sendirian? Ntar kalo tiga orang cabul ini sadar gimana? Iya kalo ada orang yang nolongin lagi, kalo enggak?
Adiba menggelengkan kepala. "KAK ARTHA! TUNGGUIN GUE!"
☠️☠️☠️
seu next chapter!
diketik dengan 460 kata.
![](https://img.wattpad.com/cover/235379981-288-k878929.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...