34. Tenggelam

5.6K 691 18
                                        

Angin sepoi-sepoi menerpa kulit wajah putih nan bersih milik seorang gadis bersurai cokelat alami.

Ia begitu sangat menikmati pemandangan di hadapan nya ini. Deburan ombak, dan juga laut. Dari atas kapal sewaan yang beberapa menit yang lalu disewa Renol, Adiba dapat menyentuh dingin nya air laut.

Iya memang. Saat ini, Renol dan juga Adiba tengah berada di tengah laut. Sebenarnya, Adiba tak begitu menyukai laut, namun atas paksaan Renol, akhirnya ia menurut.

Sesuai janji cowok itu kemarin, Renol datang ke-kediaman Artha, untuk menjemput Adiba pulang.

Setelahnya, mereka berdua bercakap di atas motor untuk merencanakan hari ini.

"Gimana? Kamu suka nggak?"

Menoleh ke belakang. "Lumayan."

"Kok lumayan?"

Salah satu tangan Adiba beralih ke depan wajah, membentuk sikap hormat guna menghalangi terik matahari yang mulai menyilaukan mata.

"Iya, soalnya gue ga terlalu suka sama laut."

"Kenapa?" Renol bertanya sembari mendayung.

"Panas soalnya,"

Terkekeh pelan. "Pakai sunblock dong."

"Udah tadi."

Selanjutnya hening. Mereka berdua sama-sama menikmati pemandangan hamparan laut yang seperti tak ada ujungnya.

Luas, dalam, dan besar. Tak terbayang jika sampai ada yang tenggelam, kemudian tak terselematkan. Pasti jasadnya kalo tidak menurun ke dasar laut, akan mengapung ke permukaan.

Dan itu, membuat Adiba bergidik ngeri.

"Oiya, kamu gimana sama cecunguk itu?"

Alisnya terangkat satu. "Cecunguk siapa?"

"Artha." jujur, Adiba sedikit tak suka jika Artha dikatai cecunguk oleh makhluk sialan di belakang nya.

"Ga, gimana-gimana. Kita cuma temenan,"

"Yakin?"

"Iya lah!"

"Emangnya kenapa?" pancing Adiba.

Renol kini beralih duduk di kursi kayu depan Adiba, dan pergerakan Renol, hampir membuat sampan mereka limbung.

"Heh! Hati-hati dong! Lo gila apa?!"

Sementara Renol hanya mengeluarkan kekehan, yang malah membuat Adiba tambah kesal. Berbeda jika Artha yang melakukannya.

"Santai dong."

Saat ini, ia mulai malas dengan Renol. "Ngapain sih, pindah ke depan segala? Siapa yang bakal dayung sampan nya?"

"Bentar doang kok. Aku cuma mau ngelihat wajah cantik kamu,"

Cih!

Putaran bola mata malas, diiringi dengusan kasar yang menjadi respon Adiba.

Tatapan Renol yang memandangi dirinya intens, membuat ia risih. "Lo ngapain sih, ngelihatin gue mulu?"

"Ya, soalnya kamu cantik."

"Baru sadar? Dulu-dulu kemana?"

Tangan Renol perlahan meraih kedua tangan Adiba. Membuat sang pemilik memandang aneh.

"Mau ngapain lo?"

Jujur, ia mulai kesal dengan cowok didepan nya ini. Ia juga merutuki kebodohan dirinya sendiri, kala itu langsung memeluk Renol dan memaafkan dirinya secara gampang.

Dalam benaknya ia sempat berpikir. Kenapa bukan Artha yang menolong nya kala itu? Kenapa juga luka di wajah Artha lebih parah ketimbang luka di wajah Renol?

Kala itu, baju Renol hanya lusuh, lalu sedikit luka di bibir, lebam di pipi, dan juga sedikit tangan yang tergores.

Berbanding terbalik dengan Artha. Wajah cowok itu lima puluh persen dipenuhi luka lebam, tangan nya terluka, begitu juga kakinya.

Tapi saat ini, Artha kian membaik.

"Em.. kamu mau nggak balik sama aku?" Renol memandang harap.

Sedikit terkejut, tetapi ia berusaha menetralkan raut wajahnya. Dengan perlahan, Adiba menarik kembali kedua tangan nya, yang digenggam Renol.

"Kenapa? Kamu nggak mau?" Adiba bingung mau menjawab apa.

"Maaf. T-tapi gue masih trauma sama lo,"

Renol memutar bola matanya malas. Jari telunjuknya terangkat ke depan wajah Adiba. "Ga percaya gue."

"Yaudah, kalo ga percaya. Mending kita pulang sekarang!"

"Gak! Lo harus balik sama gue, baru kita bisa pulang."

Amarah Adiba terpancing. "Lo, gila ya?"

"Cepetan! Lo harus ngomong, kalo lo mau balikan sama gue lagi!" Renol mencengkeram kuat lengan Adiba.

"Kok lo maksa sih?!"

"Cepetan, Adiba!"

"GAKMAU! LEPASIN!"

Bibir Renol terangkat sebelah. "Balikan sama gue, atau lo gue ceburin ke bawah?"

Spontan mata Adiba mendelik. "GILA LO?! LEPASIN! TOLOOONGGG!!"

Renol mencondongkan tubuh Adiba ke samping. Secara otomatis, membuat Adiba menjerit keras.

Berharap ada yang mau menolong, tapi naas tak ada orang, ataupun nelayan yang melintas.

Melihat ekspresi ketakutan Adiba, membuat Renol merasa puas. "Gimana?"

"GAK MAU! LO, UDAH GILA!"

Jeritan Adiba yang tepat di depan mukanya, berhasil membuat Renol naik pitam. Ia semakin mencondongkan tubuh Adiba ke samping.

Hingga, pegangan Adiba di lengan Renol terlepas, tak lupa tubuhnya yang ikut limbung ke bawah.

Berhasil membuat kedua orang di atas sampan itu tercebur ke laut.

"Renol! Renol! Tolongin! Gue, ga bisa berenang!" Adiba panik. Bayangan tentang orang yang tenggelam beberapa menit tadi, seakan menjadi kenyataan.

Bukan orang lain yang tenggelam. Melainkan dirinya sendiri.

"Ahahaha! Makanya, kalo dikasih tau itu nurut! Sekarang, mati dah lo disini." Renol berenang menuju ke arah sampan.

"Oiya, sekedar pengakuan, sebenarnya kejadian waktu kemah kemarin, gue yang suruh orang-orang itu buat culik lo."

Adiba hanya bisa mendengar penjelasan Renol. Jikalau ia tengah berada di darat sekarang, pasti cowok itu sudah ia pukuli habis-habisan.

"Dan asal lo tau, Artha yang berusaha nolongin lo waktu itu, bukan gue. Kenapa dia ga berhasil masuk ke dalam gudang? Ya soalnya dia udah gue ancem, kalo sampe dia masuk dan selametin lo duluan sebelum gue, nyawa lo yang akan jadi taruhan."

"Lagi, cecunguk itu memberontak. Dan yahh, dia langsung dihajar habis-habisan sama bawahan gue. Dengan alasan, kalo dia ngelawan, Simba yang ada di dalem gudang, bisa habisin lo kapan pun dia mau."

Setelah mengucapkan kalimat tadi, Renol mulai mendayung, dan pergi menjauh. Meninggalkan Adiba yang berusaha bertahan.

"Arghhh!! T-tolongg!!" gadis itu masih berusaha bertahan, tetapi, ombak terus-terusan menggulung dirinya dari belakang.

Siapapun, tolong! Tuhan, tolongin Adiba! Kak Artha, Agil, Hilwa, Mama, Papa, tolongin gue.

Dan, di detik itu juga, tubuh Adiba tenggelam.

☠️☠️☠️

update lagi nih!
ahaha, lagi rajin ngetik soalnya.
part ini agak pendekan ya,

diketik dengan 900 kata.

Artha [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang