Adiba membenarkan letak tas ransel nya yang sudah terisi banyak barang yang akan ia gunakan untuk acara camping sekolah nanti.
Pagi ini, terpatnya pukul setengah enam, ia sudah harus berangkat ke sekolah sesuai apa yang diberitahukan wali kelas lewat grub sekolah yang ada di grup chat tadi malam. Mendadak memang, tapi yah, sudahlah.
Sekarang Adiba berjalan ke depan mobil dan membuka pintu kiri mobil, lalu masuk. Adiba membuang napas lega saat ia sudah duduk dengan nyaman di samping mobilnya. "Capcus, Ma!"
Mobil mulai berjalan membelah jalan raya yang masih terlihat lenggang oleh kendaraan yang berlalu lalang.
Adiba menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil. Matanya terasa berat, karena tadi malam, ia masih sempat-sempatnya maraton drama China favoritnya.
"Diba, kamu ngantuk?" tanya Avanya, seraya fokus menyetir.
Adiba hanya menjawab dengan gumaman. "Nanti kalo disana kamu jangan pecicilan, ikuti kata gurumu. Dan, kamu harus ada di samping Artha terus."
"Adiba udah besar, Maaa. Ga perlu lah dititipin ke Kak Artha segala. Lagian nanti juga ada Hilwa,"
"Mama nggak mau tau." perkataan Avanya, membuat bibir Adiba tertarik ke depan.
Dua puluh menit kemudian, tak terasa mobil yang dikendarai Avanya sudah berhenti di depan sekolah Adiba. Adiba segera turun dari mobil. Kaca pintu mobil itu menurun dan muncul wajah Avanya.
"Hati-hati ya, Boo. Inget, jaga diri baik-baik! Jangan ceroboh! Nanti ilang lagi kayak dulu." Avanya menatap garang Adiba.
Adiba nyengir. "Iya-iyaa, nanti Adiba ga bakal ilang lagi kok, janji."
Avanya tersenyum. "Yaudah, Mama mau balik lagi ke Bogor. Kasihan Nenek sama Papa kamu sendirian disana,"
Adiba mengangguk. "Asiap santuy, Ma."
Lalu Adiba beranjak dari tempat untuk memasuki lingkungan sekolah. Tapi, sebelumnya, Adiba menoleh ke arah Avanya dan berteriak. "DADAH MAMA!"
Tak lama dari itu, Adiba berjalan menuju lobi sekolah sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. Waktu hampir mendekati angka 06.15 tetapi keadaan sekolah sudah ramai.
Bus Pariwisata yang akan mengantar murid-murid angkatan sebelas dan dua belas bercamping pun sudah berjejer rapi di lapangan upacara sekolah.
"Adiba!" seseorang memanggil, memberi perhatian kepada Adiba.
Terlihat seorang gadis mengenakan sweter abu-abu dengan celana jeans panjang robek sebagai fasion berjalan mendekat sambil terus tersenyum lebar.
Bersama keempat cowok yang mengikuti langkahnya dari belakang.
"Hilwaa!!" Adiba berlari menghampiri kelima orang itu, yang membuat kuncir kudanya bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Cantik amat, Hil." puji Adiba kepada sahabatnya.
"Sendirinya juga gitu, lebih lagi." timpal Hilwa tertawa ringan.
"Ck, apaan sih." Adiba tertawa.
"Yee, tanya aja sama sama keempat pengawal gue tuh." Adiba spontan melirik Artha, yang berada tepat di samping Hilwa.
Melihat mata elang tajam namun terkesan aesthetic itu membuat pipi dan jantungnya seakan tak beres. Penampilan cowok jakung ini cukup bahkan sangat menyita perhatian kaum hawa.
Bagaimana lagi, Artha saat ini tengah memakai kaos hitam polos yang mungkin ehh kekecilan yang berakibat menyetak sedikit roti sobeknya yang tersembunyi. Ditambah, celana jeans berwarna hitam, dan juga sepatu converse yang menyelaraskan penampilan. BADASSS!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...