31. Si kulkas cemburu

6.1K 719 13
                                    

Acara camping sekolah telah usai sejak sejam yang lalu. Saat ini, semua siswa telah memasuki bus masing-masing.

Seperti sebelumnya, ketiga cowok berotak tipis itu tengah berebutan masuk ke dalam bus.

Hilwa yang berada di belakang mereka bertiga, berdecak muak. "HEH! KALIAN BISA GA SIH KALO JADI KAKAK KELAS ITU GAUSAH BIKIN MALU?!"

Sentakan Hilwa berhasil membuat ketiga cowok tampan itu berhenti bertengkar.

"Dia yang mulai," Aksa menunjuk Ardan.

Ardan mendelik. "Heh! Anda jangan mengadi-ngadi ya?!"

Mendengar ucapan Ardan barusan spontan membuat Anta menoleh kilat. Jari telunjuknya ia tempelkan ke bibir Ardan.

"Kamu bicara apa barusan?" tanya Anta sambil mendekatkan wajah.

Ardan menyingkirkan telunjuk Artha dari bibirnya secara kejam. "Telunjuk lo asin, Tapir!"

Tak merespon ucapan Ardan, ia malah sibuk mensearch sesuatu di google. Hal itu membuat Hilwa, Ardan, dan Aksa penasaran.

Mereka bertiga melongok ke ponsel Anta. "Lo ngesearch apaan sih?!"

Setelah dapat, Anta mendekatkan ponselnya ke depan wajah Ardan.

"Lihat ini Miska!" teriaknya, berhasil membuat ketiganya terlonjak kaget.

"MANA BISA GUE LIHAT TOLOL! JAUHIN DIKIT PONSEL LO!"

Anta menjauhkan sedikit ponselnya. "Tuh baca!"

"Ngadi-ngadi adalah kata lain dari manja dan desahan montox. ARTIKEL APAAN INI ANJENG?!" gumam Ardan yang diakhiri dengan umpatan kasar.

"Jangan mengadi-ngadi berarti kata lain nya jangan mendesah-ndesah?" kata Aksa menyimpulkan.

"Anjayani Gunawan Sari," timpal Anta.

"Si koplak!" Hilwa memukul lengan Anta.
"Artikel paan tuh, kaga jelas."

"Ye mana gue tau, orang gue aja taunya dari tiktod." jawab Anta.

"Mau masuk?" tiba-tiba Artha menyembulkan kepalanya keluar dari jendela.

"Sebentar, ini lagi rundingan." sahut Anta.

Artha menoleh ke depan. "Pak, kita langsung jalan aja."

"Loh itu masih ada empat orang lagi di luar. Mau ditinggal, Mas?" tanya Pak supir.

"Tinggal aja," ucapan Artha yang sengaja di keraskan spontan membuat ketiga cowok, dan satu cewek buru-buru masuk ke dalam bus.

"Jahat lo, Tha." Ardan menepuk pipi Artha.

"Sshhh perih ego!" sentaknya yang dibalas cengiran Ardan.

"Kita duduk dimana nih?" Anta mengedarkan pandang.

"Ya di tempat kita duduk pertama kali lah," sahut Aksa.

Ardan mendekat ke arah Anta, kemudian berbisik dengan intonasi lumayan keras. "Hilih kinthil, palingan si curut mau PDKT an sama Hilwa."

Anta geleng-geleng kepala seraya berdecak. "Ck ck ck, tak patuttt."

"Heh! Ngomongin apaan lo berdua?!" teriak Aksa yang secara samar dapat mendengar perkataan kedua sahabatnya itu.

"Kaga ngomongin apa-apa, itu tadi ada buaya laut lagi terbang melintasi awan. Ya nggak, Dan?" Anta menyikut siku Ardan agar cowok itu mau sependapat dengan nya.

"Nice." Ardan mengacungkan jempolnya.

Sementara itu, Hilwa yang sudah duduk manis dengan Aksa merasa ada yang ganjil. Ia bangkit, kemudian melongok ke kursi sebelah Artha yang masih kosong.

Artha [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang