39. Lagi

5.8K 724 38
                                    

Tiga pemuda, beserta motor besar yang mereka kendarai melaju membelah jalanan kota yang lenggang, dan juga sepi.

Mereka mengebut gila-gilaan. Dengan Artha yang memimpin. Cowok berjaket levis, lengkap dengan helm fullface nya itu, tengah dirundung rasa amarah.

Bukan apa-apa. Ini soal Adiba. Adiba Salsabila. Seorang gadis dengan tingkah absurd nya, yang telah berhasil memporak-porandakan hati Artha, tengah diculik untuk yang kesekian kalinya.

Ia tak tau siapa yang menculik Adiba. Ia juga tak tau dimana penculik sialan itu menyekap Adiba dimana.

Artha memberhentikan laju motornya. Menepi ke pinggiran, sembari memukul setir motor.

"Woy! Lo kenapa?" Ardan membuka kaca helmnya. Ia memposisikan motornya di samping motor Artha.

"Dan, lo bisa lacak dimana penculik itu nyekap Adiba nggak?" tanya Artha.

"Bisa aja," Ardan membuka helm, lalu ia letakkan di depan dadanya.

"Yauda cepet lacak! Daritadi kek, cape gue muter-muter." sahut Anta yang entah kapan terduduk di depan motor Artha.

"Sabar dulu. Masalahnya, gue ga punya nomer Adiba. Dia juga bawa hp nggak tadi? Kalo dia ngga bawa, bakal susah lacaknya." jawab Ardan.

Artha melepas helm, kemudian mengambil ponsel di saku jaketnya. "Telfon siapa, lo?"

"Adiba." Anta menganggukkan kepalanya.

Ketuka jari Artha di tangki bensin mendominasi suasana. Alis cowok itu juga beberapa kali mengkerut. Hal itu, mengundang Ardan, dan Anta untuk bertanya.

"Gimana? Diangkat nggak?" Artha menggeleng.

"Yahhh, terus kita harus cari dimana dong?" tutur Anta.

"Sabar dulu napa, nyet! Gasabaran banget si, lo?" kesal Ardan.

Anta menanggapi dengan desisan samar.

Berulang kali Artha mencoba, sampai untuk yang ke sekian kalinya, Adiba akhirnya mengangkat telfon. "Halo, Diba?"

Ardan, dan Anta langsung mendekat sembari menguping.

"Halo, sayang?" kening Artha mengkerut. Ini bukan suara Adiba, melainkan suara perempuan lain.

"Kenapa, Tha?" tanya Ardan.

"Yang ngangkat bukan Adiba."

"Coba idupin speaker nya, biar kita bisa denger dia ngomong apa."

Sesuai dengan usulan Ardan, Artha menghidupkan speaker. "Lo, siapa? Adiba mana?"

"Sabar dulu, Adiba ada kok lagi sama aku. Kamu gimana kabarnya, sayang? Baik kan? Kok nomer aku nggak di save sih, ish!"

"Ni cewek apaan sih?! Gelay banget kalo ngomong. Gedeg gue!" ujar Anta berbisik.

"Gausa banyak bacot, lo! Adiba mana?!" suara Artha meninggi satu oktaf.

"Ahaha, segitu khawatirnya ya kamu sama jalang ini? Yauda deh, kalo kamu maksa, nih aku kasih ke pacar kamu. Ups, salah, mantan calon pacar kamu."

Cewek yang ada di sebrang telfon terdengar memanggil anak buahnya untuk membawa Adiba mendekat kepadanya. "Gurl, bawa cewek murahan itu kesini!"

"Kak Artha, tolong kesini cepetan! Makhluk sialan ini nggak waras! Bantuin gue!" terdengar suara Adiba bergetar menahan tangis.

"Diba? Lo nggak papa kan? Tu cewek siapa? Lo dimana sekarang? Cepet ngomong! Gue, Ardan, Anta mau kesana sekarang!"

"Dia Kei-" sebelum Adiba menjawab siapa perempuan yang telah menculiknya, handphone miliknya diambil paksa oleh perempuan tersebut.

Artha [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang