37. Mulai menyadari

5.8K 712 26
                                    

"Eh, mana sini minumnya!" Hilwa merebut minuman yang tengah dicoba Aksa. Jus mangga. Kesukaan nya.

"Ya allah, Hil.. minuman kesukaan gue itu. Baru juga gue bikin,"

Hilwa mengarahkan kelima jarinya di depan wajah Aksa. Mengisyaratkan agar cowok itu diam. Setelah meneguk jus mangga hasil rampasan nya, Hilwa bersendawa.

"Hahh, segerrr. Nih, makasih ya, Kak!" dengan santai, Hilwa mengembalikan jus mangga yang tersisa setengah itu ke tangan Aksa.

"Gausah cemberut gitu. Di kulkasnya Artha banyak noh mangga. Tinggal lo jus lagi," sahut Ardan yang baru saja menempelkan bokongnya di samping Anta yang tengah serius bermain PS.

"Ya tapi kan-" Anta menempelkan jari telunjuknya di depan mulut Aksa, agar cowok itu diam.

"Stttt, gue lagi main ini, gausa berisik. Mending lo bantuin Hilwa, Adiba, sama Artha masak di dapur sana! Syuh.. syuhh!" Anta mengusir Aksa dengan pandangan yang masih mengarah ke layar televisi.

Aksa berdesis. Ia bergeser turun ke karpet yang ditempati kedua sahabatnya. Merampas stick permainan yang tengah di mainkan Ardan.

"Eh, eh, apaan ni?"

"Gue mau main, lo aja sana yang bantuin Om."

Anta menoleh. "Om siapa, anjir?"

"Om Artha.."

Pletak.

"WOY! SIAPA SI ANJ-" perkataan Aksa terhenti tatkala melihat wajah garang Artha dari dapur.

Wortel yang barusan dilayangkan oleh cowok itu di raih, dan dikunyah Aksa sembari nyengir. "Becanda, Moms. Jan galak-galak napa!"

Melihat itu, tawa mereka meledak. Tak kecuali Artha tentunya. Cowok itu kembali sibuk mengiris wortel.

"Ahahaha, rasain lo!" ledek Hilwa.

"Heh! Calon bini, diem ya!"

Hilwa mengangkat sawi. Hendak ia lempar juga. "Gue tampol, lo!"

"Boleh, asal ditampol sama kasih sayang kamuu.."

Anta meraup kasar wajah mengerikan Aksa. "Kalo punya wajah pas-pasan itu dikondisikan!"

"Buehh!! Apaan sih lo?! Tangan lo bau, anjing!" teriak Aksa sebal.

"Enak aj-"

"Aduhhh!! Kalian berdua bisa diem ga sih?! Kalo masih berantem, mending pulang sono!" usir Adiba.

"Hayolo, Bu negara ngamok." Ardan yang sedari tadi sibuk bermain game di ponsel menyahut.

"T-tapi itu makanan nya sayang, Dib." Anta menunjuk makanan yang dimasak Adiba sudah hampir matang.

"Iya, Dib. Kan kalo ga kita-kita, siapa yang bakal habisin?" Aksa menimpali.

Adiba mengarahkan pisau yang ia pegang ke arah pintu utama. "Tuh,"

Menoleh ke belakang, sesuai yang ditunjuk Adiba dengan pisau barusan. "Assalamualaikum, ya ahli langit. Agil yang ganteng dengan ketampanan di atas rata-rata ini, come back!!"

"Ohh si curut," Anta mengangguk.

"Widih, rame amat." Agil menghempaskan bokongnya di samping Ardan.

"Ada acara apaan ni?" tanya Adek kandung Adiba tersebut.

"Itu, gue sama anak-anak ngunjungi Adiba. Eh, taunya dia udah sehat walafiat. Yaudah, sekalian aja deh, masak-masak." jawab Hilwa dari dapur.

Bibir berbentuk O adalah jawaban Agil. Ia beralih menatap Ardan, Aksa, dan Anta yang heboh sendiri bermain game, dan PS.

Artha [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang