Di lapangan basket indoor, tampak empat cowok ganteng sedang main basket. Tapi bedanya, dari keempat cowok itu, hanya satu yang tidak memakai kaos basket.
Ya. Siapa lagi kalau bukan Artha?
"Lagian lo taruh mana sih Tha, tu kaos?" tanya Ardan untuk ke sekian kalinya.
"Atas kursi, depan ruang ganti." Artha menjawab dengan nada datar.
"Jangan ditanyain mulu napa Mas Artha-nya! Kasihan tau, ntar dia ngomongnya jadi panjang-panjang," Anta menyahut.
Aksa menoyor pelan kepala Anta. "Ye.. si goblok!"
"Udah sana, samperin orangnya!" pandangan mereka berempat beralih ke pintu masuk utama, saat mendengar suara perempuan.
"Aa nggak mau," Adiba menarik tangan Hilwa untuk balik, "balik aja yuk!"
"Heh! Terus, kalo kita balik, ni kaos nasibnya bagemane?"
"Dibuang aja nanti," Hilwa mendelik.
"Eh, ada cewek cantik kesini. Ada perlu apa neng geulis?" Anta mendekat seraya bertanya dengan kedua alis yang dinaik-turunkan beberapa kali.
"Anu Kak, ini, si Adiba mau balikin kaosnya Kak Artha." kata Hilwa mantap.
Anta beralih pandang ke kaos yang ada di tangan Adiba.
"Ini kaosnya Artha?" tudingnya.
Hilwa mengangguk.
"Ada apaan Ta?" Aksa mendekat, di susul Ardan di belakang.
"Ini, ada Adek kelas mau balikin kaosnya Artha."
"Ohhh, ternyata kaosnya Artha ada di lo?" Aksa menunjuk Hilwa.
Ardan memutar bola mata malas. Ia arahkan telunjuk Aksa yang mengarah ke Hilwa jadi mengarah ke Adiba.
"Katarak lo?" celetuk Ardan.
"Canda dikit, biar kagak tegang, ya nggak?"
"Iya, kalo tegang waktu dipaksa masuk, malah ga bisa masuk," sahut Anta.
"Ambigu anjrit!"
"Dasar cabe kecombrang!"
Hilwa terkikik geli mendengar celotehan dari ketiga cogan yang sayangnya berotak rada-rada gimana gitu.
Sedangkan Adiba, matanya tak beralih dari sosok laki-laki berperawakan tinggi yang sibuk bermain basket di belakang sana.
Kalo diliat-liat, tu cowok ganteng kuadrat emang. Tapi kalo gue keinget waktu di rental, pingin gue semekdon tu muka datar!
"Woy Dib! Kesambet lo?!" Hilwa mengguncang lengan Adiba.
"Hah? Ya? Apaan?" Adiba ngelantur.
Anta menoleh ke belakang, ke Artha. Kemudian beralih ke Adiba. "Lo lagi liatin Artha maen ya?"
"Hah? E-enggak! Gue tadi liatin ring basket kok." kilah Adiba.
Hilwa menyeringai jahil, sambil menyikut lengan Adiba. "Gausah malu kali,"
"Mau gue panggilin anaknya?" tawar Ardan.
"Udah panggilin aja Dan," celetuk Aksa.
Adiba melotot. "Eh eh nggak usah Kak, aduh."
"THA! ARTHA!" yang dipanggil noleh.
"Ups, terlanjur." Ardan menutup mulutnya, seakan-akan ia baru keceplosan.
Artha mendekat sembari memantulkan basket di tangan kanan-nya. Seragam putih yang ia kenakan sudah basah kuyup oleh keringat.
"Apa?" tanya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha [Completed]
Teen Fiction"Dalam lakuna, aku mencari kamu yang menyebutku renjana." -Artha Bramansyah *** Artha Bramansyah, seorang siswa sekaligus pria tampan yang paling digandrungi di SMA nya. Sifatnya yang cuek, suka berubah-ubah, dan juga dingin, secara tak sengaja dipe...