Tea melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam.Ia juga sudah rapi dengan gaun pemberian Daffa serta highless hitam yang nampak indah menutupi kaki jenjangnya.
Rambutnya ia Cepol sedemikian rupa, menyisakan beberapa helai di bagian telinganya.Tea juga menyulap wajahnya menjadi sedikit dewasa dan terkesan natural.Tea beranjak keluar, ia akan meminta pak Wayang mengantarnya ke alamat yang sudah dikirimkan Daffa siang tadi.
"Wah non Tea cantik sekali." Puji Bi Iyem saat melihat Tea yang baru saja turun dari tangga
"Ah Bu Iyem biasa aja.Pak Wayang mana bi?" Tanya Tea
"Sudah di depan Non.Non langsung aja kedepan,udah ditungguin."
"Oh gitu.Ya udah bi,aku jalan dulu ya." Kata Tea sambil mencium punggung tangan Bi Iyem
"Hati-hati di jalan non.Bibi doakan semoga non bahagia selalu."
"Makasih bi.Aku berangkat."
Perjalanan ke restoran yang menjadi tempat janjian keduanya tak memakan waktu cukup lama.Selama perjalanan Tea merasa gugup,jujur ia sendiri bingung apa yang akan terjadi malam ini.Dan apa Yang akan Daffa lakukan kepadanya.Mengingat pria itu melakukan hal yang begitu manis,sejak kemarin.
Tea turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih pada Pak wayang.Matanya memandang ke arah restoran yang terlihat penuh malam ini.Ia memilih masuk dan sedikit terkejut saat seorang waiters perempuan tersenyum dan memintanya mengikutinya ke salah satu private room yang terletak di lantai dua.
"Mbak ini private room yang sudah dipesan pak Daffa.Silahkan menunggu." Ucapnya yang dibalas anggukan Tea
Sepeninggal si waiters,Tea memilih duduk dan sesekali memandang ke arah luar yang dilapisi kaca transparan.Pemandangan jalanan yang begitu macet,dengan keindahan lampu-lampu ibukota yang terasa temaram.
Hampir setengah jam menunggu,Belum ada tanda-tanda kedatangan Daffa.Ponselnya pun belum ada pesan sama sekali yang masuk dari pria itu.Tea berpikir positif mungkin pria itu sedang terhalang macet.
Mengusir bosannya,Tea mulai berselancar di dunia Maya.Sesekali membalas pesan Rumi yang begitu terkejut saat,ia menceritakan Daffa yang tiba-tiba mengajaknya ngedate malam ini.
"Maaf mba,apa mba mau pesan minum dulu?" Waiters yang tadi kembali datang dan bertanya
"Ah ya boleh mbak.Jus Apel aja." Jawab Tea
"Baik mba.Permisi."
"Iya."
Waktu berlalu begitu cepat,Tea mendesah pelan.Sudah pukul sembilan malam lebih,itu artinya sudah dua jam ia menunggu Daffa yang tak kian muncul.Jus apelnya bahkan sudah ia pesan untuk kedua kalinya.Berapa kali juga waiters menawarkan dirinya untuk memesan makanan,tapi Tea menolak dengan alasan menunggu Daffa yang hilang entah kemana.
Berulang kali Tea mencoba menghubungi Daffa,berulang kali juga panggilannya dijawab oleh operator.Tea ingin menangis saat ini,apalagi saat waiters yang sama menghampirinya
"Maaf mbak, restoran kami sudah akan ditutup.Apa mbak masih menunggu?" Tanyanya sopan
"Bisa kasih waktu tambahan setengah jam lagi mbak.Saya yakin kekasih saya akan datang sebentar lagi." Jawab Tea meski dirinya yakin Daffa tak akan pernah menemuinya
Sang waiters hanya mengangguk lalu memilih pergi meninggalkan Tea yang sudah berurai air mata.
Entah kemana Daffa,kenapa dirinya tega sekali melakukan hal seperti ini Tea.
Tea menelungkupkan wajahnya di atas meja dan terisak.Rasa kecewanya pada Daffa sepertinya sudah diujung batas.Harusnya ia tak gampang masuk pada perlakuan manis Daffa.Kalau pada akhirnya ia sendiri yang terluka disini.Tea mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan meletakkan di atas meja dan memilih pulang.Meskipun Ia tau Daffa yang membooking tempat ini, setidaknya ia harus membayar dua gelas jus apel yang menjadi temannya sedari tadi.
Tea melangkah cepat,ke luar restoran yang ternyata sudah sepi pengunjung.Jalanan masih terlihat ramai,dan tak ada niatan gadis itu untuk mencari taksi agar mengantarnya pulang.
Tea memilih berjalan kaki, merenungi nasib percintaannya yang begitu miris.Ia berjalan dengan tak ada semangat sama sekali.Ia juga sudah melepas highless yang dipakainya lalu ditentengnya.Pikirannya kacau saat ini,Ia benci Daffa.Ia benci pria yang sudah membuatnya sakit seperti ini.Perlakuan manis Daffa kemarin,Tea kira Karena pria itu akan menyesal dan memulai hubungan yang baru antar keduanya.Tapi itu hanya kesenian belaka bagi Tea.Daffa pria terjahat yang pernah ia kenal.Pria yang berulang kali membuat luka di hatinya,dan Tea bahkan Tak pernah tau kapan luka itu sembuh.
Masih dengan air mata yang mengalir di wajahnya,Tea berjalan gontai tak tentu arah.Hingga suara yang tak asing menyapa indera pendengarannya.
"Tea." Suara halus nan lembut itu membuat Tea menoleh.Ia sedikit terkejut dengan cepat tanyanya mengusap Air matanya lalu tersenyum tipis . Sejujurnya ia sedikit terkejut mendapati Mira kekasih Aron yang baru keluar dari minimarket dua puluh empat jam di depannya sekarang.
"Mbak Mira darimana?" Tanya Tea dengan suara serak
"Aku baru habis beli minum buat Aron." Jawab Mira sambil menunjuk kresek yang berisi dua botol air mineral
"Kamu habis darimana?" Tanya Mira meneliti penampilan Tea yang sedikit kacau
"Aku ada reunian sama Teman." Alibi Tea menutupi kesedihan yang sedang ia alami saat ini
"Oh iya Aku sama Aron Habis dari bandara sih."
"Oh ya.Ngapain kak?"
"Ngantarin Daffa sama Stella liburan ke Italia.Katanya Stella ada Job disana."
Deghhh
Tea terpaku di tempatnya.Ucapan Mira seakan membuatnya akan mati saat ini juga.Disaat dirinya sedang menanti Daffa,Pria itu memilih liburan bersama Stella.
"Kamu nggak tau?" Tanya Mira membuyarkan lamunan Tea
Tea tersenyum kikuk " Ah aku nggak tau mbak."
"Oh gitu.Mau pulang bareng?" Tawar Mira
"Nggak usah mbak.Rumah aku udah dekat kok." Jawab Tea berbohong.Rumahnya masih snagat jauh dari tempatnya berdiri saat ini.Ia hanya tak ingin satu mobil dengan Aron,dan Mira.Bukannya tak nyaman,hanya saja Tea merasa ia sudah tak punya urusan lagi dengan Daffa dan semua hal tentang Daffa
"Mbak Mira.Tea duluan ya " pamit Tea berlalu meninggalkan Mira yang menatapnya bingung
Tea sampai di rumah dengan keadaan yang sangat kacau.Tanpa membangunkan bi Iyem ia langsung ke kamarnya dan mengunci pintunya.Tubuhnya lirih di atas lantai dengan mata yang kembali berlinang air mata.Kali ini dirinya menangis sehisteris mungkin, melupakan kesakitannya selama berpacaran dengan Daffa.Ia tak menyangka Daffa melakukan hal yang lebih menyakitkan baginya.
Dan lagi alasan semuanya adalah Stella, perempuan yang sudah masuk dalam daftar orang yang dibenci Tea.Bahkan Daffa tak berniat mengabarinya pesan sekalipun, setidaknya memberitahukan kalau memang keduanya tak jadi ngedate malam ini.
Apa alasan Daffa sebenarnya?Apa Daffa tak puas membuatnya selalu terluka seperti ini?
Apa Daffa memang sengaja menerbangkannya dan membuangnya seperti ini?Arghhh
Tea berteriak sekencang mungkin.Ia benci percintaan yang seperti ini.Ia benci hanya menjadi pihak kedua yang seharusnya menjadi pihak pertama.Ia benci Daffa.
Tea terus menangis, sampai dirinya kelelahan dan tertidur di lantai.
Wkwkwkwkwk
Daffa oh Daffa😭😭😭😭😭
Kejam Skali kau😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...