Selamat malam readers 😁
Daffa menggeram tertahan, mendapati Tea yang belum berada di rumah.Padahal hari sudah mulai malam, bahkan jam pulang kantor sudah selesai beberapa jam yang lalu.
Ia sudah bertanya pada pak Wayang,tapi pria yang sudah mengabdi beberapa tahun di bersama Tea,mengatakan kalau majikan mudanya itu belum pulang hingga saat ini.Daffa sudah beberapa kali menelpon Tea,tapi ponsel gadis itu dalam keadaan tak aktif.Ia juga sudah mencoba menelpon Ara,mungkin Tea berada di rumah kakaknya,tapi lagi-lagi jawaban Ara yang mengatakan sang adik tidak singgah ke rumahnya seharian ini membuat Daffa kalang kabut setengah mati.
Ia berjalan mondar-mandir bak setrikaan di depan teras Rumah.Pria itu bahkan masih menggunakan pakaian kerjanya,dengan jas yang sudah ia lepaskan dan diletakan di atas kursi.Sebenarnya Daffa mencurigai Tea yang mungkin masih bersama pria yang berada di kantornya kemarin.Dan kecurigaannya terjawab sudah,saat mobil Honda hitam berhenti tepat di depan gerbang rumah Tea.Sosok Tea turun dari mobil sambil melambaikan tangannya kepada pria itu.
Sebisa mungkin Daffa menahan emosinya,untuk tidak menghampiri Tea dan memberi pelajaran pada pria yang berada di dalam mobil itu.Apalagi Tea yang masih belum menyadari keberadaannya,karena terlalu asyik memandangi mobil itu hingga hilang dari pandanganya.
"Darimana kamu?" Tanya Daffa dingin
Tea yang sudah menyadari keberadaan Daffa hanya mengedikan bahunya acuh.Bahkan ia berjalan masuk ke rumahnya tanpa memperdulikan Daffa yang bertanya kepadanya.
"Tea kamu nggak bisa jawab pertanyaan kakak?" Daffa menarik tangan Tea membuat Tea berbalik dan menatapnya heran
"Darimana kamu?" Tanya Daffa mengulang kembali pertanyaannya
"Bukan urusan kakak." Jawab Tea acuh
"Kamu itu kekasih kakak, jadi semua tentang kamu adalah urusan kakak.Termasuk keluyuran nggak jelas sama pria yang kemarin."
Tea tersenyum remeh,lalu bersedekap dada "Kekasih? Apa aku nggak salah dengar?"
"Iya Tea.Kamu nggak salah dengar."
Tea tertawa mengejek lalu menggelengkan kepalanya.Menurutnya ucapan Daffa yang mengatakan dirinya sebagai kekasih adalah hal yang sangat lucu dan menggelikan di telinganya.
"Perlu Tea tekankan sekali lagi, sekaligus garis bawahi yah kak.Kekasih yang diduakan." Balasnya lantang
"Maksud kamu apa?Kakak nggak pernah dua'in kamu yah Tea." Kata Daffa berusaha menutupi kegugupannya sekarang
"Kak Daffa nggak pernah akan jujur sama aku.Dan aku yakin nantinya,suatu saat aku bakalan tau sendiri."
"Terserah kamu.Dan sepertinya disini kamu yang akan duain kakak." Ujar Daffa
"Jaga bicara kakak yah! Asal kakak tau,aku nggak pernah main belakang sama kakak."balas Tea marah.
Ia tidak terima,Daffa malah menuduhnya melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan.Bahkan meskipun nantinya Daffa ketahuan bermain belakang,ia juga tidak berniat membalas perlakuan Daffa kepadanya.Dan itu memang bukan tipenya sama sekali.Daffa memasukan tangannya ke dalam saku celana kainnya.
" Mungkin belum Tea.Dan itu nggak bakal tutup kemungkinan bukan,kamu akan melakukannya.Lagipula keluyuran nggak jelas sampai malam seperti ini,apalagi kalau bukan untuk berselingkuh." Ucap Daffa lalu tersenyum remehPlakkkk
Tamparan dari tangan kecil Tea mendarap tepat pada pipi Daffa.Daffa hanya bisa memegang pipinya lalu menatap ke arah Tea yang sepertinya terkejut dengan perlakuannya barusan.
"Kamu nampar kakak karena kakak mengatakan kamu selingkuh?" Tanya Daffa menahan amarahnya
Tea terdiam,masih dengan raut terkejutnya sambil melihat ke arah tangannya yang baru saja menampar pipi kekasihnya.
"Jawab Tea ! Apa alasan kamu menampar kakak,karena kakak menuduh kamu?"
Tea mendongak lalu menatap tepat ke arah iris Daffa.Dapat Ia tangkap,ada amarah yang yang nampak dalam tatapan Daffa.
"Iya kak.Aku nggak terima kakak nuduh aku selingkuh sama Arland.Dia teman aku kak,bukan selingkuhan aku." Teriak Tea
"Jangan berbohong Tea.Kalian berselingkuh di belakang kakak." Balas Daffa
Tea menggeleng dengan mata yang sudah berair.Demi apapun Pria yang harusnya dia yang dicurigai,malah mencurigai dirinya yang melakukan hal yang tak pernah sedikitpun terlintas di otaknya.
"Tea nggak pernah selingkuh! Harusnya Tea yang menuduh kak Daffa selingkuh dibelakang Tea.Karena kak Daffa selalu membuat Tea mengalah hanya demi mbak Stella."
"Jangan bawa-bawa Stella,Tea!"
"Kenapa? Aku benarkan kalau kakak selingkuh di belakang aku?Dan lebih menyakitkan kalau pasangan selingkuh kakak adalah sepupu kakak sendiri." Tea sengaja menekankan kata sepupu di balik ucapannya
Daffa membatu di tempatnya.Ketakutannya perlahan kembali hadir.Apa Tea sudah mengetahui semuanya.Apa gadis didepannya ini sudah mengetahui hubungan terlarangnya dengan Stella?
"Kenapa Diam? Takut ketahuan yah?" Tea mencibir lalu kembali tertawa.Tawa sakit hati yang terdengar memilukan
"Silahkan bermain di belakangku sepuasnya.Aku nggak akan ngelarang.Dan asal kak Daffa tau aja, semuanya punya titik jenuh.Dimana ada saatnya aku memilih ngalah,dan mengikhlaskan."
"Dan disaat itu pula,aku berjanji tak ada kesempatan kedua untuk sebuah pengkhianatan.Karena Aku seorang gadis yang benci akan hal itu." Kata Tea menatap sekilas ke arah Daffa lalu berlalu ke kamarnya.
Daffa terhenyak mendengar ucapan Tea.Ia tak bisa berbicara apapun lagi untuk sekedar pembelaan.Ia hanya bisa menatap punggung Tea yang menaiki undakan tangga menuju kamarnya.
Pria itu hanya bisa duduk lesu di sofa panjang yang terletak di ruang tamu.Pikirannya sudah kacau sekarang bahkan tak bisa diajak lagi untuk berpikir dan menemukan titik temu atas permasalahan keduanya.
Daffa mengambil ponselnya menelpon seseorang yang sangat dibutuhkannya saat ini.
"Halo.Ngapain loe....,.
"Ke apartemen gue sekarang!Nggak pakai lama!" Perintah Daffa tegas,lalu mematikan ponselnya sebelum suara dari seberang menyelesaikan ucapannya.
Daffa beranjak bangun,melihat sebentar ke arah pintu kamar Tea lalu beranjak keluar.Ia akan pulang ke apartemennya sekarang,karena dirinya membutuhkan saran sepupu sialannya itu.Siapa lagi kalau bukan Aron.Meskipun saran dari Aron lebih banyak memberatkannya atau Dirinya akan kembali mendapatkan pukulan telak dari Aron.
Berbeda dengan Daffa,Tea terduduk di pinggir kasurnya sambil menangis.Untuk pembicaraan malam ini,ia sendiri tak menyangka bisa membuat Pipi Daffa mempunyai bekas telapak tangannya.
Mungkin dirinya sudah terlalu kecewa, apalagi Daffa balik menuduhnya yang berselingkuh.Jujur Tea sudah lelah,bahkan rasa lelahnya sudah mencapai titik yang ia sendiri bingung untuk membandingkan dengan apa.Ia ingin segera permasalahan ini selesai,tapi dirinya juga tidak tau harus memulai darimana.
Ia ingin Daffa sekedar jujur dengan kecurigaannya,tapi Yang pria itu lakukan malah sebaliknya.
Daffa hanya menarik ulur hubungan keduanya,yang sudah berada di ujung tanduk.Tea ingin melepaskan Daffa,tetapi hatinya begitu berat.Ia sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Daffa,bahkan hatinya sudah sepenuhnya menjadi milik Daffa.Jadi,sangat susah untuknya kehilangan Daffa.
Tea hanya menunggu waktu,agar semuanya terjawab sudah.Dan disitu meksipun harus berat untuk sebuah kata kehilangan, setidaknya rasa sakit tidak ia rasakan lagi.
Dan masalah hati?
Mungkin Tea akan mati rasa setelahnya.Gimana sama part ini guys?
Ada yang kurang sreg atau?
Atau ada yang mau Tea segera putusin Daffa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...