Kita berada pada bagian akhir cerita "Something"
Meski belum sampai target 100 komen😭, author tetap update karena bakal ada cerita yang lebih seru!!!Tentang ending akhirnya author putusan untuk kembali mengambil seperti keputusan semula, saat cerita ini dibuat. Silahkan dibaca, kalau kepo!
Mohon maaf jika kurang berkenan dengan keinginan readers🙏. Dan sebagai part akhir maka author menuliskan hingga 1000 lebih katanya, agar tidak tergantung lagi.Silahkan membaca! Tinggalkan vote sekali lagi dan komen terakhir sebelum kita berpisah, ea,😂😂.
Ruangan keluarga Rian berubah mencekam, setelah datangnya Gerald beberapa saat yang lalu. Wajah pria itu terkesan datar dan hanya mengulas senyum tipis saat ditanya Rian ataupun Ara.
"Semua urusan pernikahan kalian sudah rampung. Harusnya saat ini, kamu tidak di sini Gerald," kelakar Rian berusaha mencairkan suasana. Ia merasa aneh saat melihat kedatangan Gerald di malam sebelum pernikahan yang di gelar besok. Apalagi tatapan calon adik iparnya itu terasa kosong.
"Tea di mana?" tanya Gerald.
Ara melirik Rian lalu beranjak ke lantai atas untuk memanggil, Tea. Sejak kemarin, Tea memang menginap di rumah Rian dan Ara.
Ara memasuki kamar Tea, menemukan sang adik yang sedang duduk gelisah di atas ranjang. Beberapa Tea menghela napasnya berat, seolah-olah sedang ada beban yang menimpanya. Padahal besok adalah hari bahagia bagi seorang calon pengantin.
"Tea!" panggil Ara.
Tea tersentak lalu menoleh. Sedikit terkejut saat mendapati Ara yang berada di kamarnya.
"Ada apa, Kak?" tanya Tea.
"Gerald mau bertemu di bawah."
Tea terdiam. Ia mengingat lagi pesan yang dikirimkan Gerald siang tadi. Gadis itu mengangguk dan memilih keluar bersama Ara.
"Tea! Gerald ingin berbicara denganmu," ucap Rian saat Tea telah duduk di samping Ara.
Tea memandang Gerald yang menatapnya dengan pandangan terluka. Entah kenapa, Tea merasa ada yang aneh dengan Gerald sekarang.
"Aku ingin membatalkan pernikahan kami besok!" ujar Gerald santai, nada suaranya terdengar dingin.
Rian dan Ara terkejut, begitupula dengan Tea yang memandang Gerald tak percaya.
"Jangan bercanda, Gerald!" Rian tertawa pelan menganggap ucapan Gerald barusan adalah candaan, meski dirinya tahu jika Gerald tak mungkin melakukan candaan seperti itu.
"Aku serius. Aku tak bisa menikah dengan seorang gadis yang mencintai pria lain."
Lagi, ucapan Gerald membuat tiga orang itu saling berpandangan. Tea meneguk salivanya kasar dan memilih menunduk, menghindari tatapan terluka dari Gerald. Ia tahu maksud Gerald dan dirinya merasa bersalah sama sekali.
"Maksud kamu?" Kali ini Ara yang bertanya.
Gerald tersenyum tipis. "Aku tidak bisa memaksakan perasaan cinta padaku. Aku menyerah terlebih Tea masih mencintai Daffa. Aku yang terlalu berharap jika bisa menggantikan posisi Daffa, nyatanya takkan pernah bisa."
Tea tertegun di tempatnya. Pengakuan Gerald seolah-olah menjadi tombak yang menusuk hatinya hingga ke berdarah. Bahu gadis itu bergetar tanda Tea memang telah menangis.
"Tea, apa itu benar?" tanya Ara pada adikknya.
Tea mendongak, ia langsung bersimpuh di kaki Ara sambil menunduk dan kembali terisak.
"Maaf, Kak! Maafin aku! Aku udah berusaha untuk mencintai Gerald, tetapi tetap tidak bisa. Hatiku susah untuk menerima Gerald. Hiks..hiksss."
Ara membatu di tempatnya, ia melirik Rian yang memijit pelipisnya. Ia tahu suaminya pasti sedang pusing sekarang. Berbeda dengan Gerald yang kembali terluka terlebih saat pengakuan dari gadis yang dicintainya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
Chick-LitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...