Welcome to ending guys!!
Dibaca, divote dan dikomen guys🙏
Happy reading.
Setelahnya akan di revisi secara perlahan.Seorang wanita menggunakan dress merah sedang menikmati makan siangnya di restoran bintang lima siang ini. Sesekali matanya menatap ke arah pintu restoran, menanti seseorang yang sudah dihubungi sejak semalam.
Senyumnya nampak saat seorang gadis dengan pakaian santai menghampiri dan duduk berhadapan dengannya.
Canggung, itulah suasana yang menggambarkan kedua wanita tersebut. Pertemuan pertama yang diawali dengan kesan buruk, salah satunya menjadi penyebab putusnya sebuah hubungan dan sekarang dipertemukan dalam satu meja yang sama.
"Apa kabar?" tanya Stella wanita dengan dress merahnya.
"Baik," jawab Tea datar.
Tea sebenarnya merasa bingung dengan Stella yang menghubunginya semalam dan mengajak bertemu siang ini. Gadis itu sudah menolak, tetapi Stella memaksanya agar bertemu.dengan dalih ingin meminta maaf. Entah darimana wanita itu mendapat nomornya, Tea tak perduli.
"Mau pesan makan?" tawar Stella lembut .
Dahi Tea berkerut bingung dengan sikap Stella yang berubah lembut seperti ini. Saat Stella menikah, ia memang hadir tapi tak berniat mengucapkan selamat secara langsung pada wanita itu. Sedikit kelegaan yang ia rasakan saat tahu, kalau Stella akhirnya tak menikah dengan Daffa.
"To the point aja, Mbak! ketus Tea.
Stella berdehem pelan, ia tahu gadis cantik di hadapannya memang sangat tidak menyukai dirinya. Memangnya siapa yang mau bertemu dengan seorang perempuan yang merusak hubungan orang? Justru ia sedikit lega saat Tea mau menerima ajakannya.
"Aku mau minta maaf soal semuanya," ujar Stella tulus.
Tea menaikkan alisnya, lalu tertawa mengejek.
"Setelah semuanya terjadi, baru sekarang Mbak berniat minta maaf? Terus selama ini kemana aja? Saat hubunganku dan Kak Daffa masih baik-baik saja, Mbak kemana?" tanya Tea geram."Untuk itu aku ke sini sekalian mau bicarakan semuanya sama kamu. Aku tahu kesalahan aku, nggak bakal dapat maaf dari kamu, hanya saja di sini aku berusaha untuk menjelaskan semuanya."
Tea berdecih, wanita di depannya ini memang benar-benar tak punya malu. "Mbak itu merusak hubungan aku dan Kak Daffa!" desis Tea emosi.
"I know," lirih Stella.
"Lantas, apa yang ingin Mbak jelaskan?!"
"Aku dan Daffa udah putus sejak hubungan kalian berakhir. Di sini Daffa tak pantas disalahkan, melainkan diriku. Aku yang terus memaksa Daffa agar kembali denganku, dengan memanfaatkan sifat cengeng dan manja yang menjadi kelemahan Daffa." Stella bercerita sambil memandang Tea yang masih setia mendengarkan meski gadis itu bersikap tak acuh.
"Padahal aku sendiri tahu kalau percuma kami menjalin hubungan, kalau pada akhirnya tak akan mendapatkan restu juga dari papa dan mama. Daffa sudah berulang kali mengatakan hal itu, tetapi aku dengan keras kepalanya tetap mempertahankan hubungan ini."
"Daffa dipukul Papa bahkan mama pun ikut kecewa karena kesalahan kamu berdua. Papa maksa Daffa agar memperjuangkan kamu, tetapi kamu tetap tak mau kembali pada Daffa." Stella tersenyum tipis saat mendapati wajah Tea yang terkejut.
"Akhirnya Daffa ikut aku ke Jepang. Di sana kehidupan Daffa lebih hancur. Daffa lebih banyak sibuk bekerja bahkan tak memperdulikan kesehatannya. Dia hanya ingin mencari kesibukan agar bisa melupakan kamu, walau aku tahu tidak akan mudah buatnya. Keadaan Daffa saat kehilangan kamu, sepertinya lebih hancur saat Ia kehilangan Ibu dan calon adiknya. Itu pun aku tahu dari cerita mama."
"Kalau kamu pikir Daffa bahagia, kamu salah! Daffa menderita dan hidup dalam penyesalan, Tea!" Stella bercerita tanpa menyadari jika ia sudah berurai air mata.
Sedangkan Tea, gadis itu membeku di tempatnya. Kenyataan baru ini membuatnya semakin berada pada kebimbangan soal perasaan.
"Kemarin undangan pernikahan kamu sudah sampai di tangannya. Kamu tahu apa yang Daffa lakukan?" tanya Stella parau.
"Dia menangis, Tea! Bahkan dia memilih meninggalkan kota ini dan memulai hidupnya di Jepang. Awalnya Mama aku nggak setujui, tetapi melihat keadaan Daffa akhirnya Mama dan Papa terpaksa mengijinkannya."
"Maksud kamu?" lirih Tea dengan pandangan yang sudah memburam.
Stella tersenyum. Ia senang kalau Tea masih perduli dengan Daffa. " Sebentar malam keberangkatan Daffa ke Jepang. Kemungkinan besar dia akan menetap di sana."
Mendengar itu Tea hanya bisa diam sambil menahan tangis. Tidak bisa menutup kemungkinan kalau pria itu masih memiliki tempat di hatinya.
"Bukannya Daffa sudah punya calon istri?" tanya Tea ketika mengingat wanita yang bersama Daffa saat malam resepsi pernikahan Stella.
"Calon istri?" tanya Stella heran, Tea mengangguk.
"Mungkin itu hanya akal-akalan Daffa saja, agar terlihat bahagia di depan kamu! Akan tetapi sebenarnya dia rapuh, Tea." jelas Stella.
"Aku cerita begini, bukan berarti maksa kamu buat kembali pada Daffa. Hanya saja aku berusaha menceritakan agar kamu tak salah paham terus nantinya."
Stella dapat melihat cinta yang tulus pada mata hitam Tea. Ia menyesal pernah menjadi orang ketiga dalam hubungan Daffa dan gadis baik ini.
"Ikuti kata hati kamu! Aku tak ingin kamu menyesal nantinya!" Stella tersenyum manis, sebelum berpamitan dan meninggalkan Tea dengan segala pikiran yang menggelutinya.
Sepeninggal Stella, Tea tertunduk dengan bahu yang bergetar. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah harus kembali mengejar Daffa di saat besok adalah hari pernikahannya?
Tanpa Tea sadari, ada seseorang yang sedari tadi mendengar pembicaraan Ia dan Tea. Orang itu hanya diam tanpa bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi tak ada yang tahu, kalau hatinya terluka saat ini.
Orang itu mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada gadis yang dicintainya. Setelahnya dirinya melirik ke arah Tea dan segera keluar dari restoran dengan luka yang kian menganga.
🔥🔥🔥🔥🔥
"Loe yakin, nggak mau bertemu Tea dulu?" Itu pertanyaan Aron yang ke- 10 kalinya membuat Daffa hanya menatapnya tajam. Keduanya baru selesai mengurus keberangkatan Daffa beberapa jam lagi dan sekarang sedang berada di rumah baru Aron.
"Gue takutnya loe nyesal nantinya," celetuk Aron.
Daffa mendesah pelan. " Gue udah ikhlas. Mungkin gue emang nggak jodoh sama dia."
"Kalau gue jadi loe, gue udah culik tuh si Tea!"
"Tetapi sayangnya gue bukan loe!" balas Daffa ketus.
Aron berdecak. " Kisah cinta loe rumit amat, Bro! Kakaknya nggak bisa loe dapatin, sekarang adiknya juga akan berakhir di pelaminan dengan pria lain!" ejek Aron.
"Namanya juga nasib. Gue udah terima semuanya. Lagian besok adalah hari pernikahan Tea dan gue nggak mau merusak pernikahan mereka."
Aron menepuk pundak Daffa memberi semangat. " Sebaiknya loe pulang dan istirahat! Malam loe udah berangkat dan akan memulai semuanya dari awal. Gue dan istri mungkin bantu doa agar loe segera dapat jodoh terbaik selain Tea." ujar Aron tulus.
Daffa mengangguk dan berpamitan pulang ke rumah Darman. Sebaiknya ia menuruti perintah Aron untuk beristirahat daripada memikirkan sesuatu yang sudah menjadi tak mungkin untuk diraihnya.
Endingnya gantung kan guys?
Nggak nyangka sampai ending guys, sedikit lagi tamat dan kita akan berpisah, readers😭😭😭
Btw, menurut kalian siapa pria yang mendengar pembicaraan Stella dan Tea??
Komen tembus 100, author up extra part 1🙏😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...