Tea mengetuk pintu cokelat di depannya dengan pelan. Setelah pulang dari interview, Tea memutuskan untuk mengunjungi Ara terlebih dahulu, ia tak ingin omelan dari Ibu beranak dua itu membuat gendang telinganya pecah.Pintu terbuka menampilkan sosok wanita tua berdaster yang kemungkinan besar pelayan di rumah Kakaknya ini.
"Ini adiknya Nyonya Ara, bukan?"
Tea mengangguk, merasa canggung.
"Walah, ternyata cantikkan pas lihat langsung, ya daripada dilihat dari foto," ucapnya dengan semangat.
"Hehehe, iya," ujar Tea sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mari, Non, mari masuk! Nyonya sama anak-anak ada di dalam," ucapnya lalu berjalan diikuti Tea dari belakang.
Tea mengamati rumah Ara yang begitu besar, luas dan mewah. Setiap dindingnya dipajang foto-foto pernikahan Kakaknya beserta foto kedua keponakannya.
Tea mengembangkan senyumannya, melihat kedua keponakannya yang sedang asyik dengan kegiatan mereka di ruang keluarga.
Dio dengan posisi berbaring sambil menonton, sedangkan bocah perempuan berambut kepang, sedang mewarnai diatas karpet berbulu.
"Halo ponakan Aunti," sapa Tea membuat Dio dan April menoleh.
Dio hanya menatap Tea sekilas, membuat Tea mendengkus sebal.
Tea memilih mendekati si April yang sedang menatapnya sambil mengerjapkan mata membuat Tea begitu gemas dan ingin mencubit pipi tembem April.
"Aunti!" ucap April langsung berlari memeluk Tea yang sudah merentangkan tangannya.
"April rindu Aunti," ucapnya.
"Aunti lebih rindu April," balas Tea sambil mengecup kedua pipi April secara bergantian.
"Dio nggak pingin peluk atau cium Aunti?" tanya Tea kepada Dio yang lebih asyik dengan acara kartun Spongebob yang ditontonnya.
Dio menggeleng. "Dio sudah besar, nggak mau cium-cium aunti," jawab Dio membuat Tea terkekeh geli.
"Masih ingat kalau punya kakak sama keponakan?" suara berisi sindiran itu berasal dari Ara yang muncul dari arah belakang.
Tea memutar bola matanya malas, dirinya baru saja datang bukannya disambut malah disindir.
"Baru saja datang langsung disindir," cibir Tea yang duduk si sofa sambil memangku April.
"Kamu sudah pulang selama seminggu, ngapain nggak pernah datang?"
"Aku lagi sibuk cari pekerjaan, Kak."
"Makanya nggak usah pake nolak segala, disuruh kerja di perusahaan Kak Rian atau lanjutin ngurusin Ara cakes," ujar Ara menatap sang adik yang sudah tumbuh menjadi gadis dewasa sekarang.
Tea menggeleng. "Sudah pernah aku bilang kalau, aku nggak mau bekerja di perusahaan Kak Rian. Soal Ara Cakes, aku belum yakin."
Ara menghela napas lelah, Adiknya itu memang benar-benar keras kepala. Sudah berulang kali Suaminya meminta untuk menjadi sekretaris Rian dan Tea selalu menolak. Alasannya cuman satu, tak ingin dianggap memanfaatkan jabatan sang ipar hanya untuk kedudukannya.
"Kamu benar-benar keras kepala!"
"Lalu kamu habis dari mana dengan pakaian formal begini?" Ara meneliti pakaian yang digunakan Tea. Ia bahkan baru menyadari adiknya menggunakan pakaian seperti pekerja kantoran.
Tea menurunkan April yang meminta untuk diturunkan dari pangkuan. "Tea baru selesai wawancara.",
"Memangny kamu lamar di mana?" tanya Rian yang muncul dari lantai atas dengan pakaian rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...