Happy reading guys 🙏
Tea mengempaskan tubuhnya di atas kasur kamar. Badannya terasa remuk sejak kemarin hingga sore ini, akibat menjaga kedua keponakannya yang berakhir dengan ia harus merelakan punggungnya demi ditunggangi oleh April.
Tea menepuk jidatnya pelansaat baru teringat sesuatu. Dengan cepat ia menuju meja, mengambil laptop lalu membuka email-nya. Astaga ia hampir saja lupa mengecek email-nya di mana kelulusan interviewnya sudah diumumkan pagi tadi.
Ada sebuah email masuk dari Erlangga corp yang langsung dibacanya. Matanya melotot bahkan Tea meloncat kegirangan karena dirinya dinyatakan diterima bekerja dan besok adalah hari pertama dirinya mulai bekerja.
"Akhirnya bukan pengangguran lagi,"batinnya senang.
Ia segera berlari keluar kamar, melupakan laptopnya yang masih dalam keadaan menyala dan menghampiri Bi Iyem yang sedang memotong sayur di dapur.
"Bi Iyem!" panggilnya.
Tea duduk di kursi meja makan, mengambil sebuah apel lalu menggigitnya.
Bi Iyem menoleh. "Ada apa, Non?"
"Tea bawa kabar gembira, loh."
"Kabar apa, Non? Apa ada hubungannya sama non Ara?" tanya Bi Iyem.
Tea menggeleng kembali menggigit apelnya yang tersisa setengah. "Tea diterima kerja sama perusahaan yang Tea interview kemarin."
Bi Iyem tersenyum, mendekati Tea lalu mengelus pundak sang majikan yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.
"Bibi ikutan senang, semoga pekerjaan Non sukses selalu dan cepat dapat jodoh."
Mendengar kalimat terakhir bi Iyem, Tea tertawa bahkan sampai mengeluarkan air matanya.
"Astaga Bi, aku masih muda. Lagian soal jodoh belum kepikiran sampai situ," sahut Tea di sela-sela tawanya.
"Nggak apa-apa, Non. Lagian cari pacar dari sekarang 'kan tinggal nikah saja." celetuk bi Iyem santai.
Tea hanya bisa menggelengkan kepalanya, mendengar ucapan Bi Iyem yang menurutnya ada benarnya juga. Diusianya seperti ini ia belum pernah merasakan hal berbau pacaran bahkan dari masa putih abu-abunya. Sekalinya jatuh cinta pada pria yang hanya menganggapnya sebagai adik, miris bukan?
"Non, kok diam?" tanya Bi Iyem membuat Tea terkejut karena terlarut dari lamunannya.
"Non nggak apa-apa 'kan?"
"Aku nggak apa-apa. Aku ke atas dulu, ya mau mandi sekalian siapin keperluan buat besok," ucap Tea.
"Ya sudah, nanti sebentar turun makan, ya non. Tadi pak Wayang ada tanyain, Non kirain nginap tambah sehari di rumah Non Ara."
"Nggak, ah Bi. Bakalan remuk, nih punggung akibat ulahnya si April."
"Emangnya masih sakit, ya, Non?"
Tea mengangguk. "Masih pegal, Bi."
"Nanti biar setelah makan malam biar bi Iyem pijitin," kata Bi Iyem dibalas anggukan dari Tea.
**********
Tea sudah berada di ruangan milik Darman, pemilik perusahaan yang menjadi tempat wawancaranya saat itu.
Gadis itu merasa aneh dengan tangannya yang begitu berkeringat, padahal ruangan ini ber-AC.
Ia juga merasa gugup dan duduknya pun terlihat gelisah.Suara pintu dibuka membuat ia menoleh. Ia segera bangun dari tempat duduknya, lalu membalas senyuman pak Darman yang pagi ini menggunakan kacamata.
"Maaf saya terlambat," ucap Darman yang sudah duduk di kursi kebesarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...