Berasa lebih semangat kalau readers ninggalin jejak vote and comment 😁
Lengkungan senyum kecil terbit pada bibir Daffa. Arah pandangannya pada meja tengah kantin, di mana sosok Tea sedang asyik bercerita bersama Rumi.
Saat ini ia memang juga sedang di kantin, duduk pada sebuah meja di dekat pintu, sambil menunggu Aron sepupunya yang merupakan garis keturunan dari sang Ibu.
Daffa memang sengaja meminta Rumi untuk mengajak Tea ke kantin, setelah melihat dari kamera yang sengaja ia pasang, gadis itu tak bergerak sedikit pun ke kantin.
Daffa sedikit geram ketika Tea sibuk menonton drakornya dan hanya menikmati sebungkus roti serta sebotol air mineral.
"Woi sorry bro, gue lama," kata seorang pria yang baru saja datang.
Daffa memutar bola matanya malas, menatap tajam Aron yang usianya di bawah dirinya setahun.
"Gue habis ngantar Fanya ke salon. Lo tahu sendiri 'kan bagaimana manjanya Fanya kalau lagi rewel," ujar Aron dramatis ketika menceritakan sang adik yang begitu manja.
"Nggak usah ngarang cerita kalau Fanya manja! Lo saja yang lelet!" ketus Daffa.
Aron mendengkus, mengambil buku menu dan mulai membaca pesanan yang cocok disantap untuk siang terik ini.
"Lo sudah pesan?" tanya Aron.
"Gue nggak lagi mood buat makan," jawab Daffa tanpa melepas tatapannya pada wajah Tea yang kelihatan bingung. Entah apa yang Rumi ceritakan sehingga Tea terlihat bingung seperti itu.
"Lo lihatin apa, sih? Serius benar."
Aron mengikuti arah pandang Daffa dan seketika dirinya tersenyum jahil ketika tahu apa yang membuat Daffa betah sekali memandang ke arah tengah kantin.
"Ternyata sudah move on, loh!" ejek Aron.
"Move on dari siapa?" tanya Daffa berpura-pura, padahal ia tahu maksud dari sepupu tengilnya itu.
Aron berdecak. "Stella, memangnya siapa lagi?"
Aron termasuk orang yang mengetahui hubungan backstreet Daffa dan Stella, sekaligus termasuk orang yang sangat menentang hubungan keduanya.
"Kok gue kayaknya baru lihat, tuh cewek. Kalau sebelahnya gue sudah hafal, itu 'kan, sih Rumi," ujar Aron.
Daffa meneguk air mineralnya. "Dia asisten barunya gue."
"Kok bisa?" tanya Aron dengan raut wajah yang ingin sekali Daffa benturkan ke tembok.
"Jijik gue, lihat wajah lo kayak begitu."
"Habisnya gue kaget saja, akhirnya lo mau juga cariin pengganti posisi Mbak Nita. Gue kira lo mau tetap sama Mbak Nita hingga mbak Nita lahiran," kata Aron sambil terkekeh geli.
"Ya setelah gue pikir-pikir sebaiknya gue penuhin permintaannya untuk resign, kasihan juga kalau lagi hamil sambil kerja."
"Yaelah harusnya dari awal, bukannya pas udah mau lahiran." Aron hanya bisa menggelengkan kepalanya mengingat keras kepalanya Daffa untuk mempertahankan Mbak Nita yang sudah hamil besar.
"Memangnya namanya siapa? Kok cantik begitu."
Daffa memberikan tatapan tajam pada Aron yang dibalas kedipan mata.
"Jangan macam-macam! Gue bakal lapur Mira!" peringat Daffa.
"Pake ngancem segala.Gueemang playboy tetapi kalau dengan Mira, gue benaran serius. Akhir tahun gue bakalan lamar dia," ujar Aron bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...