Daffa memasuki ruang kerja pamannya dengan gontai. Ia sudah menghubungi sang paman ingin bertemu malam ini, lantaran kemarin ia tak bisa bertemu soalnya Stella mengajaknya untuk menginap di apartemen wanita itu.
Daffa tersenyum tipis, saat melihat sang paman yang sedang asyik dengan buku di tangannya.
"Paman," panggilnya membuat pria berubah itu mendongak.
Darman tak berekspresi apapun, ia menutup buku yang dibacanya lalu memandang Daffa tajam.
"Apa yang ingin paman bicarakan?" tanya Daffa bingung, apalagi mendapatkan sang paman yang terasa beda malam ini. Aura yanh terpancar pun mengatakan kalau sang paman dalam keadaan marah saat ini.
"Jelaskan ini!" perintah Darman sambil melemparkan beberapa lembari foto di atas meja, yang baru saja diambilnya dari laci meja.
Mata Daffa membulat, ketika satu persatu tangannya mengambil foto yang berisi Ia dan Stella. Foto dimana keduanya terlihat mesra apalagi saat keduanya di Italia beberapa saat yang lalu.
"Apa kamu menjalin hubungan dengan Stella?" Suara Darman begitu datar, ada amarah yang terselip di setiap kata-katanya.
"Jawab Daffa!" teriak Darman, pria itu sudah berdiri di hadapan Daffa yang terlihat masih syok dengan kedok yang selama ini ia sembunyikan bersama Stella.
"Iya paman aku berpacaran dengan Stella," tutur Daffa membuat Darman melayangkan pukulan ke arah pipinya.
"Kurang ajar kamu Daffa, paman tak pernah menyangka kamu melakukan hal memalukan seperti ini,"
Daffa meringis, mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Apa kamu tau, Stella itu sepupu kamu walau Stella hanya anak angkat paman?" geram Darman.
"Maafkan aku paman, aku khilaf,"
"Khilaf katamu?" Darman tertawa mengejek lalu kembali menatap tajam Daffa.
"Kalian bahkan berhubungan sudah bertahun-tahun, tanpa pengetahuan paman,"
"Maaf paman,"
"Kamu pasti bertanya bukan, darimana paman tau soal ini?"
Daffa menatap Darman lalu mengangguk pelan.
"Paman menyewa mata-mata untuk memantau kehidupan Stella. Karena, paman sudah terlanjur curiga dengan kedekatan kalian yang tak masuk akal."
"Kamu bahkan menghancurkan hati kekasih kamu, hanya karena Stella dan hubungan terlarang kalian berdua. Hebat sekali kamu Daffa," Darman bertepuk tangan mengejek sifat Daffa yang begitu mengecewakan ia dan istrinya.
Syukurlah hal ini tidak ia ceritakan pada istrinya Ratna. Ia tak mau sang istri kepikiran dan akhirnya berimbas pada kesehatan Ratna.
"Paman tau juga soal Tea?" tanya Daffa lirih.
Darman berdecih, lalu kembali memukul Daffa sehingga terjungkal ke belakang.
"Kamu benar-benar brengsek Daffa, paman tak pernah mendidikmu seperti ini. Kau pria pengecut yang menghancurkan dua hati sekaligus."
"Putuskan Stella saat ini juga, atau paman akan melakukan hal yang lebih daripada ini."
"Stella sangat susah mengerti paman. Aku udah berulang kali memberi pengertian padanya soal hubungan ini, tapi Stella menolak untuk putus," kata Daffa akhirnya memilih mengungkapkan semuanya pada Darman.
"Apa kau mencintai Stella?"
"Awalnya aku mencintai Stella tapi itu dulu saat kami baru berpacaran. Setelah akhirnya ia memilih putus, menjalin hubungan baru dengan kekasihnya. Tapi, Stella memilih mengajakku kembali saat aku sudah bersama Tea."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...