Suara gelak tawa begitu menggema di sebuah ruang tamu yang terkesan mewah. Di atas sofa berbulu itu nampak seorang wanita sedang bergelayut manja pada lengan seorang pria bule yang merupakan calon suaminya.Sedangkan di sofa sebelahnya ada sosok Aron bersama Mira, yang dua Minggu lalu baru menggelar pernikahan. Sepasang pengantin baru itu, sekarang lagi sibuk dengan bulan madu keduanya.
"Ayolah, pokoknya kamu harus ikut kita balik!" ucap wanita yang sedang bersandar pada dada bidang sang calon.
"Gue setuju. Ini udah setahun loh, masa loe belum move on aja," timpal Aron kepada pria yang lebih sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Benar,Daff. Bukannya gue nggak mau ikut campur, hanya saja loe punya kehidupan yang harus loe jalani. Bukannya malah menghindar seperti ini," ujar Mira bijak.
"Lagian aku mau nikah, Daf. Aku maunya kamu juga hadir nantinya ke acara sakralku," rengek Stella pada pria yang dipanggil Daffa itu.
Wanita yang sedang bersandar pada pria bule tadi adalah Stella dan Alex. Keduanya akan menikah di Jakarta Minggu depan, setelah melangsungkan pertunangan beberapa hari yang lalu.
Dan sekarang mereka sedang di penthouse Stella yang dijadikan tempat tinggalnya selama di Jepang. Keempatnya memang sedang berusaha membujuk Daffa, agar kembali pulang bersama.
Setahun memang sudah berlalu tanpa terasa, dan sosok Daffa memang berubah menjadi pria yang bertambah dingin dan selalu sibuk dengan kerjaanya. Daffa bahkan mengikuti Stella ke Jepang untuk mengurus cabang perusahaan yang baru dibuka di sana.
"Udah setahun, Daff, dan loe nggak mau balik hanya karena masalah asmara seperti ini." Aron berdecak sambil menggeleng kepalanya.
Daffa menatap keempatnya dengan tatapan datar. "Gue tetap nggak mau balik," ujarnya.
Stella beranjak bangun dan menatap Daffa dengan tajam." Demi Aku, Daf. Aku ingin sekali kamu hadir ke pernikahan aku dan Alex," lirih Stella, matanya berkaca-kaca.
Stela tau Daffa sangat mencintai gadis itu. Tetapi, apakah hanya karena Tea, Daffa sampai tak mau kembali. Stella bukannya cemburu, hanya saja menurutnya Daffa harus bangkit dan kembali. Bukan stay di Jepang dengan kesibukannya dan menghindari masalahnya.
"Aku mohon ikut kami kembali." Stella kembali memohon membuat Daffa tak tega melihatnya. Pria itu beranjak bangun dan langsung mendekap erat Stella. Wanita yang pernah menjadi pengisi hatinya yang berbuntut kesalahan.
"Aku akan ikut kalian balik, tetapi setelah pernikahan selesai aku akan kembali ke sini," ujar Daffa.
Stella mengangguk senang, lalu memberikan kecupan kecil pada pipi kiri Daffa dan langsung berlari ke arah Alex.
"Gue pingin istirahat dulu," pamit Daffa lalu beranjak naik ke kamarnya.
Keempatnya memandang punggung Daffa lalu menghela nafas berat. Daffa yang sekarang benar-benar sangat berubah. Secara fisik, tubuh Daffa memang lebih kurus dari biasanya. Daffa lebih banyak menyibukkan dirinya di kantor, daripada menghabiskan waktu hanya untuk berbenah dirinya sendiri. Keadaan Daffa jauh lebih buruk saat kenyataan yang baru diterimanya, sehingga membuat dirinya meninggalkan Indonesia hanya untuk melupakan masa lalunya dengan Tea.
"Loe yakin, Tea benaran udah tunangan sama kekasihnya?" Stella bertanya karena ia juga penasaran dengan berita yang beredar. Terlebih saat kedatangan Daffa setahun lalu, dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.
Aron mengangguk lemah. " Gue sendiri yang nemanin Daffa datang ke rumah Rian,dan gue sendiri yang menjadi saksi pria itu memasangkan cincinya pada jari Tea," ucap Aron lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something(Sekuel you Are Mine)
ChickLitSTORY 2 Bisakah kamu membedakan mana yang harus jadi prioritas? Aku yang sebagai kekasihmu? Atau dia yang hanya merupakan sepupu angkatmu? Kenapa harus selalu aku yang mengalah Sedangkan dia selalu diutamakan Apakah ada sesuatu yang tak pernah kutah...