10(Revisi)

9.1K 426 1
                                    

Maaf karena semalam tidak publish
Terlalu sibuk,smpe tdk sempat hehehe🤣

Dibaca yah guys

Tea menahan kantuk, saat menatap layar komputer di depannya ini. Beberapa kali dirinya menguap seraya menggeleng mengenyahkan rasa kantuk yang begitu mendera.

Ucapan Daffa kemarin membuat Tea semalaman tak bisa tidur. Dirinya selalu kepikiran sehingga memutuskan untuk menonton drakor yang tersisa sepuluh episode hingga jam tiga pagi.

Sungguh hebat bukan? Rekor pertamanya setelah menjadi gadis pecandu drakor sejak zaman kuliah.

Tanpa Tea sadari Daffa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat dari kamera kecil, Tea yang seringkali menguap dan mengusap matanya.

Sudah bisa ia tebak, gadis itu pasti menghabiskan waktunya menonton drakor. Hal ini biasa ia temukan saat Keduanya di London dulu dan akibatnya gadis itu selalu terlambat ke kampus.

Daffa menghubungi Tea lewat interkom agar gadis itu menemuinya di ruangan.

Pintu terbuka menampilkan sosok Tea dengan kantung mata yang terlihat hitam. Tea berjalan lunglai lalu duduk di kursi berhadapan dengan Daffa.

"Apa jadwal Kakak hari ini?" tanya Daffa.

Ia memang sudah tak ingin bersikap formal di depan Tea, karena menurutnya sudah saatnya ia menunjukkan pada gadis cantik ini bahwa Ia sudah jatuh cinta pada Tea.

"Ada pertemuan dengan klien untuk pembahasan soal pembangunan mall terbaru," jawab Tea.

"Di mana lokasinya?  Lalu kapan?" Daffa bertanya sambil membaca berkas-berkas di mejanya.

"Resto Pelangi saat makan siang nanti."

Daffa mengangguk melirik  jam tangannya sebentar lalu menghadap Tea. "Masih ada sekitar setengah jam sebelum dimulai. Bersihkan wajahmu! Lalu ikut kakak," perintah Daffa.

Tea membesarkan pupilnya. "Maksudnya? Aku harus ikut, Pak?" tanya Tea heran.

"Ada satu hal yang harus kamu ketahui saat ini, jangan bersikap formal saat kita sedang berbicara seperti ini meski di jam kantor."

Tea memutar bola matanya malas. "Terserah Kak Daffa, tetapi aku nggak mau ikut, ya" ucapnya memelas.

Ia tak mungkin pergi menemani Daffa rapat dengan muka kusut seperti ini.

Daffa menggeleng. "Tugas seorang asisten adalah menemani bosnya kemana-mana. Jadi, segera bersihkan wajahmu lalu kita berangkat!" perintah Daffa tegas.

Tea mendengkus berjalan keluar ruangan Daffa sambil menghentakkan kakinya kesal. Ia bahkan sudah melupakan etika sopan santun untuk sekedar pamit pada bosnya.

Daffa hanya terkekeh sepertinya dalam waktu dekat ia akan kembali dekat dan akrab dengan Tea. Melihat sifat pecicilan Tea yang sudah mulai tampak tadi membuat ia semakin semangat mengejar dan menjadikan Tea miliknya.

                                          **********

Tea menatap malas  Daffa yang duduk di samping kemudi. Setelah melakukan pertemuan dengan klienyang memakan waktu hampir satu setengah jam kini keduanya sedang berkeliling  jalanan ibukota.

Tea mengatakan berkeliling karena sedari tadi Daffa tak pernah mengantarnya balik ke rumah,  padahal hari sudah mulai malam.
Tidak mungkin bukan, Daffa mengantarnya kembali ke kantor di saat jam kantor telah selesai sore tadi.

"Kak kita mau ke mana, sih?" tanya Tea malas.

Tea sudah mulai kembali menggunakan panggilan biasanya untuk Daffa, bukan karena keinginan pria itu melainkan hanya tak ingin berdebat dengannya dan berakhir dengan senyum kemenangan Daffa.

Something(Sekuel you Are Mine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang