PROLOG

523 30 18
                                    

Selamat siang para reader's fia terchakep!

Fia beneran upload spin off yang fia janjiin di beberapa part sequel ARCLA.

Seneng banget ada yang nagih-nagih lewat chat/kolom komentar buat buruan update spin off ini!

Oke nggak usah banyak cincong, jangan lupa vote dam komentar excited kalian yak!

Happy reading!

🍊🍊🍊

“MAMA!!!”

“GIA!!!”

BUG, BRAK, DAG!

Kegaduhan itu mendominasi suasana pagi yang cerah. Keributan terjadi antara Clara dan Giana.

“PAPA!”

“ARFA!”

BRAKKK.

Arfa membuka pintu kamar mandi dengan kasar dan tergopoh-gopoh berlari menuju sumber suara.

ASTAGA! Ini rasanya seperti memiliki dua putri!

Begitu memasuki kamar Giana, Arfa melihat istri dan putrinya di sudut ruangan. Berdiri dan saling berpelukan diatas sofa. Mereka terlihat sibuk melemparkan beberapa benda ke arah seekor kecoa yang sudah terkapar lemah tak berdaya.

“Apa lagi kali ini?”

Giana Afsheen Leteshia.

Putri dari Arfa dan Clara, berlari menghampiri Arfa dengan wajah yang sudah penuh dengan ingus dan bekas air mata di pipinya.

“Kecoanya tadi… hiks…hinggap di kepala Gia…hiks… mama…bukannya bantuin Gia malah bikin kecoanya terbang…”

Clara turun dari sofa lalu menghampiri Giana.

“Mama cuman mau bantu kamu, tadi kamu sendiri yang minta mama bantuin usir kecoanya.”

“Tapi mama bukannya bantuin malah bikin kecoanya terbang sampe hinggap ke rambut Gia!”

“Ya kan itu diluar dugaan kalo kecoanya terbang ke kepala kamu.”

“Tapi mama bukannya bantu ngusir malah ketawain Gia!”

“Ya kan mama juga takut kecoa dan juga mama khilaf lihat muka kamu.” Clara mendekat dan tersenyum geli. “Konyol.” Lanjutnya dibarengi cekikikan.

Arfa mengusap kasar wajahnya.

Astaga... Giana benar-benar mewarisi hampir keseluruhan watak Clara. Dan Clara sendiri juga masih heboh dan absurd meskipun sikap kekanak-kanakannya sudah hilang setengah.

“Sudah! Sudah!” lerai Arfa.

Benar saja, perdebatan antara Clara dan Giana sontak berhenti. Clara menghela napas panjang melihat Giana memeluk Arfa sembari menangis tersedu-sedu.

Ya begitulah Giana jika merajuk. Ini semua gara-gara kecoa terbang!

Arfa belum sempat mengucapkan sepatah kata apapun tapi Clara sudah melangkah berjalan ke arahnya, melepaskannya dari pelukan Giana.

Clara membalikkan badan Giana dan menghapus air mata putrinya.

“Maafin mama yaa…”

Giana menarik baju Clara lalu mengelapkan ingusnya, Clara sendiri pasrah menerima perlakuan putrinya.

Benar kata pepatah, 'Buah jatuh tak jauh dari pohonnya'

Clara sadar bahwa Giana, putrinya ini sudah seperti cerminan dirinya saat muda. Benar-benar mirip dengannya!

“Ada syaratnya tapi, Ma.”

“Apa?”

“Kasih Giana duit buat beli tas, sepatu sama komik.”

Wajah ke-ibuan Clara yang sempat terlihat langsung berubah menjadi datar. “Ini namanya pemerasan,” katanya, sedikit sebal.

Giana mengendikkan bahunya acuh. “Ya kalo gitu, Giana nggak mau maafin mama.” ancamnya.

“Oh ya? Wah beneran dong kalo gitu, mama jadi irit penggeluaran.” Balas Clara enteng.

Dengusan kasar terdengar, Giana yang tadinya memasang wajah arogan berubah menjadi cemberut dan melirik sinis Clara.

“Gia. Kamu ini sudah mau masuk SMA loh. Kok masih baca komik, sih?” tanya Arfa, lembut.

Giana semakin merengut. “Yah… Gia kan pengepul komik, pa. Gia juga hobi baca, katanya buku itu jendela dunia.”

“Buku yang di maksud jendela dunia itu bukan komik sayang…”

Clara mendengus, sekarang Arfa malah sibuk berdebat dengan Giana.

“Iya, iya… mama kabulkan syaratnya. Tapi mama juga ada syarat buat kamu.”

Dengan binar bahagianya Giana menoleh menatap Clara bahkan sampai memeluk lengan mamanya dengan berjingkat-jingkat kecil dan mengangguk. “Apa? Apa?” tanyanya excited.

“Keluarnya sama Dares.”

“OKE!” jawab Giana lantang dengan penuh semangat.

Giana langsung mencium pipi Clara dan mengkode Arfa agar sedikit membungkuk lalu mencium pipi Arfa juga, “Terimakasih, ma! Pa! Giana siap-siap dulu!”

Belum sempat Giana melewati pintu ia berhenti dan berbalik menatap kedua orangtuanya.

“Mohon maaf sebelumnya, ini kan kamar Gia, ya?”

Arfa dan Clara mengangguk.

“Terus kenapa Gia keluar kamar ya? Gia mau siap-siap dimana?”

Arfa dan Clara mengendikkan bahunya bersamaan.

Dengan menyengir kuda Giana kembali masuk ke kamarnya dan langsung ngancir ke kamar mandi dengan wajah merah karena malu.

Teringat akan sesuatu Giana di kamar mandi langsung berteriak.

“PAPA! ITU RESLETING CELANA PAPA BELUM KETUTUP!”

🍊🍊🍊

Gimana? Gimana?

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang