51. INFORMASI

1.1K 82 12
                                    

3 Minggu kemudian (8 juli 2020)

Regal uring-uringan. Tak lama lagi tanggal 11 Juli, ulang tahun Irenne dan juga puncak masalahnya dengan Sora dan Gebi. Begitupun yang lain. Mereka juga sama gelisah nya dengan Regal.

"Gal, udah dong. Puyeng gue liat lo dari tadi muter-muter mulu kayak odong odong." kata Angga jengkel.

Regal berdecak membalas Angga. "Gue lagi pusing bego! Tiga hari lagi puncak masalah gue datang. Ada tiga nyawa yang jadi incarannya si mak lampir gimana gue nggak pusing coba."

"Lo kan bisa duduk sambil mikir! Nggak perlu muter-muter kayak gitu juga kali." tambah Bima.

Vander menatap jengkel Regal yang tak bisa diam itu. Dia memang cemas seperti Regal, tapi dia berusaha tenang. Se kuat apapun taktik Sora untuk melenyapkan Regal dan keluarga, pasti ada jalan untuk menembus rencana busuk itu.

"Menurut mimpi lo itu Gal, kemungkinan besar Sora itu bakal mengadakan perang di bekas kantor ayahnya dulu. Ledakan itu bisa dihasilkan dari bom waktu atau nggak Granat. Well, Senjata api Sora lebih komplit daripada gue. Kita kalah soal senjata, tapi kalau racun dan virus, kita yang memimpin." ujar Vander yang membuat Regal langsung terdiam.

Benar kata Vander, kita bisa bermain halus ketimbang bermain kasar. Ada benarnya juga mimpi Regal itu.

"Gedung itu kan letaknya di daerah keramaian, kalau disana kita perang apa nggak ketahuan polisi?" tanya Angga.

"Soal itu biar gue yang urus."

Regal jadi makin penasaran, siapa Vander sebenarnya? Dan siap Raydan?

"Gue mau nanya. Siapa Raydan?" Pertanyaan Regal sukses membuat Vander menegang. Cowok itu terlihat sedang menahan sesuatu.

"Jangan sebut nama itu lagi."

"Gue cuman nanya."

"Gue juga bakal jawab kalau udah saatnya."

Vander mengambil kertas yang ada di saku jeans nya lalu meletakkan kertas itu diatas meja. Kertas itu berisi sebuah gambaran gedung lengkap dengan seluk beluknya. Regal berpikir, si Evan mau jadi arsitek?

"Ini rancangan gedung ayahnya Sora. Menurut perkiraan gue, dia bakal masang jebakan di celah yang akan kita lalui. Contoh nya ini," Vander menunjuk salah satu jalan belakang yang dipenuhi rumput rumput berduri.

"Lalu ini," Vander menunjuk jalan sempit menuju ruangan CEO. "Ini, dan ini." Telunjuk Vander mengarah pada ruangan Meeting dan juga resepsionis.

"Ruang resepsionis kan tempatnya terbuka. Kenapa dia pasang disana?" tanya Haris.

Vander langsung menyeringai. "Pemikiran orang kayak Sora itu, memang aneh. Tapi prinsipnya Sora itu kayak gini. Banyak orang dalam bahaya, tapi hanya perlu satu orang untuk menyelamatkannya."

"Eem, gue nggak ngerti." ucap Anta kebingungan. Sabar Ta, otaknya Evan itu memang gitu.

"Kalau gue jelasin, lo tambah bingung. Mending nyimak aja."

"Gue punya seseorang buat di kenalin sama kalian." Vander berjalan menuju pintu. Saat pintu sudah terbuka, hanya ada tatapan tak percaya dari orang-orang.

"Arjuna? Bukannya dia udah mati?" Regal menjadi was-was saat Vander membawa masuk orang itu.

"Ini hanya dopleganger. Orang yang mirip sama Arjuna. Gue dapat informasi tadi itu dari dia." Vander melirik orang itu, "Kenalin diri dulu."

"Rengga." Rengga menjulurkan tangannya pada Regal.

"Regal."

Vander menyuruh Rengga untuk duduk. "Rengga, apa saja yang kau dengar dari Sora?"

REGALDIN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang