Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sorry Typo 🔎
Siapin Tisu Karena Mengandung Bawang 😭
"Teruslah berjuang dan berjalan ke depan Erika, ada aku yang selalu setia menemani mu. Serapuh apapun kamu tetaplah kuat dan bangkit kembali. Walau kamu masih terluka begitu parah tapi kamu kuat. Maaf aku tak bisa mengatakan nya, karena itu bukan hak ku. Biarkan dia yang datang ke pelukan rapuh mu,"
Ertha Victorya Swan
Aku berjalan berdampingan dengan Kak Melody ke lift yang diikuti oleh 3 bodyguard kantor dan 3 bodyguard khusus dari belakang.
Saat lift tertutup aku membuka topeng pesta yang aku kenakan.
"Kalian tetap disini atau beristirahat? Waktu pertemuan meeting mendadak yang Miss Valia laksanakan nanti jam 2 siang," tanya Kak Melody ke mereka berenam.
"Kami tetap disini Miss Melody," jawab Zero mewakili yang lain.
"Baiklah kalau begitu," ucap Kak Melody.
Ting
Lift sampai di lantai 23 aku dan kak Melody keluar terlebih dahulu dan diikuti oleh 6 bodyguard.
Aku masuk ke ruangan ku dan kak Melody sudah duduk di meja kerja nya.
"Semangat kerjanya kak," semangat ku ke Kak Melody.
"Adek juga," balas kak Melody dengan senyuman.
"Ya," ucapku singkat.
Aku pun duduk di kursi kebesaran ku dan menaruh topeng pesta di meja kerja ku.
"Tunggu pembalasanku Clara, Fitri dan Sarah," desis ku tertahan.
Aku mengusap wajahku dengan kasar mereka tidak tau kalau mereka berhadapan dengan siapa. Mereka tidak tau kalau 20 murid baru yang menjadi most wanted dadakan mulai kemarin itu adalah anggota Mafia dan Gangster yang aku pimpin.
Mereka berdua puluh hanya mendatangi ku meminta izin kepadaku untuk menjaga ku dan aku pun mengizinkan mereka untuk menjaga ku.
Aku takkan bisa menolak kemauan anggota Mafia dan gangster ku selama itu baik. Niat mereka baik untuk menjaga aku dari bahaya yang mengintai di sekolah atau dimana pun aku berada.
Aku termenung karena sangat merindukan Kakak sulungku yang aku tidak tau keberadaannya entah kakak sulungku sudah meninggal atau masih hidup.
Aku tidak bisa menerawang keberadaan nya dan juga aku tidak mendapat vision tentang dirinya. Ku buka laci meja kerja ku, didalam laci ada foto kak Adefa yang sedang memelukku dari belakang sedangkan aku tersenyum riang.
