Prolog

42.6K 2K 80
                                    

NOTE: CERITA INI BELUM DIREVISI, MOHON MAAF APABILA BANYAK TYPO DAN TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN EYD, TERIMAKASIH.

HAPPY READING! 🤍

"Jangan sedih lagi, Senja. Kalau kamu sedih, hanya akan membuat kakak tersiksa di sini." Lelaki berjubah putih itu mengelus pelan punggung sang adik yang berada di pelukannya. Adit, dia mencoba menguatkan adik kesayangannya agar bisa tetap tegar menghadapi kejamnya dunia.

"Aku gak bisa, Kak! Mereka jahat ...." Gadis yang dipanggil Senja itu menangis terisak dipelukan kakak laki-lakinya.

"Kamu bisa, karena kamu kuat, Senja! Buktikan bahwa kamu tidak pernah bersalah!" Laki-laki itu melepaskan pelukannya kepada adik kecilnya itu.

"Tapi, Kak---" Ucapan Senja terpotong saat orang yang dipanggilnya kakak itu mencium dahinya lembut.

"Jangan buat Kakak kecewa Senja!" Setelahnya, perlahan tubuh lelaki itu berjalan mundur secara perlahan.

Senja menggeleng keras, "Nggak, Kak ... jangan tinggalkan Senja!"

Samar-samar suara hinaan itu datang kembali mengiringi langkah kakinya  mengejar Adit yang tubuhnya kini mulai menjauh.

"Kamu bukan anak saya lagi!"

"Anak saya hanya Bintang dan Adit!"

"Pembunuh!"

"Kakak!"

Senja berteriak saat tersadar dari mimpinya. Butiran-butiran keringat dengan suka rela membanjiri wajah cantiknya. Senja melirik ke arah jam yang menggantung di dinding.

02.45 am.

Sial! Almarhum kakaknya yang bernama Adit itu sering datang ke mimpinya saat tengah malam. Lelaki yang sudah sejak lama meninggalkannya itu pergi karena kecelakaan, bukan karena Senja.

"Gue bukan pembunuh ... gue bukan pembunuh!" Senja menarik rambutnya sambil menangis terisak di tengah gelapnya malam. Sudah kebiasaan sejak lama, Senja lebih suka kegelapan, karena baginya kegelapan bisa menyembunyikan lukanya. Isakannya semakin menjadi saat umpatan, kutukan, dan ujaran kebencian dari orang-orang di sekitarnya berputar terus-menerus di dalam otaknya hingga kian menjadi.

Perlahan, Senja menurunkan kakinya menapak lantai lalu berjalan menuju toilet. Ditatapnya lekat pantulan dirinya dicermin lalu matanya tak sengaja menangkap sebuah benda kecil dan tajam yang terletak di atas pinggiran wastafel. Senja memejamkan matanya perlahan, hingga detik selanjutnya tangan kanannya yang gemetar itu menggores luka-luka yang menurutnya kecil di sekujur lengan kirinya. Darah mengalir deras saat benda tajam itu bersentuhan dengan kulit halusnya, namun Senja tidak peduli. Yang gadis itu pedulikan, tentang rasa perih di hatinya yang terlampiaskan.

"Kak Adit ..., jemput Senja ...," kata Senja lirih meluruhkan tubuhnya di lantai kamar mandi.

Bersambung ....
Haii aku bawa cerita baru hehe.
Jujur, cerita ini aku awalnya terinspirasi dari cerita The Scar tentang self injury. Di situ ceritanya feelnya kena bangett. Aku tidak akan membuat cerita ini sama persis dengan cerita The Scar. Jadi, harap bijak untuk membaca, ya 🤗

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang