11. IQQI DHIAFAKHRI RAMADHAN

306 54 0
                                    

Keesokan harinya Enka bangun tepat pukul 04.30. Ia segera mengambil air wudhu lalu melaksanakan shalat shubuh di dalam kamarnya. Setelah selesai shalat, ia pergi ke dapur, menuju kulkas untuk mengambil roti kesukaannya. Kulkas yang tadinya belum terisi oleh apapun, kini sudah penuh dengan bahan-bahan untuk memasak, minuman yang menyegarkan, roti, dan buah-buahan yang masih segar. Enka memilih untuk memakan roti dengan selai cokelat kesukaannya.

---

Setelah mengisi perut, ia pergi keluar rumah untuk berjalan-jalan di sekitar komplek. Sepengetahuannya, di samping rumah Iqbaal terdapat sebuah taman jadi ia memutuskan untuk ke taman itu.

Saat Enka berjalan ke arah taman yang otomatis melewati rumah Iqbaal, ia melihat kalau rumah tersebut masih sangat sepi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.

"Masa jam segini belum ada yang bangun sih?", gumam Enka.

Tiba-tiba saat Enka masih berjalan sambil melihat ke arah rumah Iqbaal, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Saat ia hampir jatuh, ternyata orang itu langsung menangkapnya.

"Sorry aku nggak liat-liat tadi", ucap Enka yang menunduk karena ragu untuk menatap orang yang ditabraknya tersebut.

"Iya nggak papa", balas orang itu.
Mendengar suara yang ia kenal, membuat Enka langsung mendongak dan tatapannya bertemu dengan tatapan orang itu.

"Sorry Baal, tadi aku bener-bener nggak sengaja", ucap Enka lagi.

"Gue bukan Iqbaal", ucap orang itu.

"Hah?", bingung Enka.

"Kenalin gue Iqqi Dhiafakhri Ramadhan, panggil aja Iqqi. Gue adik kembarnya Iqbaal. Lo Enka kan? Yang waktu itu ketemu di konser CJR", ucap Iqqi mengulurkan tangannya dan segera Enka menerimanya.

"Jadi bener Iqbaal punya kembaran?", tanya Enka melepas pagutan tangannya.

"Yaa gitu deh. Emang sih nggak banyak yang tau. Dan gue mohon sama lo, jangan kasih tau ini ke comate-comate yang lain", pinta Iqqi.

"Emang kenapa?", tanya Enka penasaran akan alasannya.

"Iqbaal bilang dia malu kalau punya kembaran kayak gue", jawab Iqqi membuat Enka mengingat ucapan Iqbaal semalam.

"Btw lo mau ke mana?", tanya Iqqi kemudian mengalihkan pembicaraan.

"Mau ke taman. Bosen di rumah terus hehe", jawab Enka

Entah mengapa, saat ia bersama Iqqi, ia merasa tidak terlalu canggung. Mungkin karena kenangan di Surabaya waktu itu. Hm, entahlah.

"Ke taman bareng yuk! Gue juga lagi bosen di rumah", ajak Iqqi.

"Yuk!", kata Enka menerima ajakan Iqqi.

Enka dan Iqqi berjalan bersama menuju ke taman tersebut.

---

"Denger-denger dari bunda, lo tetangga baru gue ya?", tanya Iqqi setelah mereka duduk di salah satu bangku taman.

"Iyaps. Ngomong-ngomong kamu kapan balik dari Bandung?", giliran Enka yang bertanya.

"Kok lo tau kalau gue dari Bandung?", tanya Iqqi balik.

"Semalam Iqbaal yang ngomong", jawab Enka.

"Oh. Gue baru nyampe sekitar sejam yang lalu", ucap Iqqi.

"Terus tadi kamu habis dari mana?", tanya Enka lagi.

"Jalan-jalan aja sekitar rumah. Terus gue ngeliat lo, yaudah gue samperin. Eh taunya lo malah nabrak gue"

"Sekali lagi maaf ya Iqqi. Aku nggak sengaja"

"Its okay Enka. Nggak papa kok".

"Sifat kamu sama Iqbaal beda ya", celetuk Enka tiba-tiba.

"Beda gimana?", tanya Iqqi.

"Kamu ramah, baik, peduli sama orang lain. Tapi Iqbaal? Dia sombong, sok jaim, nggak kayak yang aku kira", jawab Enka dengan ekspresi kecewanya.

"Iqbaal sebenernya cowok yang baik kok. Cuma mungkin karena gue aja dia jadi kayak gini", ucap Iqqi.

"Kenapa kamu malah nyalahin diri kamu sendiri?", bingung Enka.

"Dulu gue sama Iqbaal bener-bener kayak saudara. Ke mana-mana kita selalu bareng. Dulu kita juga satu sekolah. Tapi sejak pindah ke Jakarta dan Iqbaal jadi artis, dia mulai berubah. Dia pernah bilang kalau dia berubah itu gara-gara gue. Dia malu punya saudara kembar kayak gue. Dia bilang gue ini jelek, sok pinter, sok pendiem, sakit-sakitan, dan selalu jadi anak kesayangan ayah sama bunda"
Enka tertegun mendengar penjelasan Iqqi. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Iqbaal yang selama ini ia idolakan, ternyata sifat aslinya sangat buruk.

"Aku pikir Iqbaal orangnya baik dan nggak sombong", ucap Enka tersenyum miris.

"Sorry Enka, gue nggak ada maksud buat ngejelek-jelekin Iqbaal. Lo jangan ilfeel sama dia gara-gara hal ini ya", pinta Iqqi.

"Gimana nggak ilfeel, Qi? Orang yang selama ini aku idolakan, yang aku kira cowok baik-baik dan sholeh, tapi ternyata? Dia aja nggak nganggep kamu sebagai adik kembarnya. Aku bener-bener nggak nyangka dia setega itu"

"Yaudahlah Enka, gue juga udah biasa diperlakuin kayak gitu sama Iqbaal", ucap Iqqi tersenyum.

"Huft.. Kamu yang sabar ya Qi. Semoga suatu saat nanti Iqbaal bisa berubah", ucap Enka berharap.

"Aamiin", seru Iqqi.

"Kalau gitu aku balik dulu ya Qi. Mau bantuin ibu masak soalnya", pamit Enka.

"Kapan-kapan boleh dong gue main ke rumah lo?", tanya Iqqi.

"Boleh boleh. Dengan senang hati kamu boleh ke rumahku. Duluan ya Qi! Daa..", Enka melambaikan tangannya pada Iqqi.

"Daa..", balas Iqqi yang ikut melambaikan tangannya.

Enka berjalan pulang menuju ke rumahnya. Setiap langkahnya terasa begitu berat. Ia masih memikirkan semua ucapan Iqbaal semalam dan Iqqi barusan.

Aku benar-benar kecewa sama Iqbaal. Tapi bagaimanapun juga, aku tetep nggak bisa membencinya. Aku pengen banget ngelupain Iqbaal. Tapi Iqbaal kan cinta pertamaku dan aku nggak mungkin bisa ngelupain dia secepat itu. Apalagi sekarang aku tetanggaan sama dia. Haduuhh, gimana nih? Ucap Enka dalam hatinya.

Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang