18. PDKT COLONGAN

269 50 0
                                    

Iqbaal membantu membawakan koper Enka sampai depan kamarnya. Setelah itu, Iqbaal langsung menuju ke kamarnya. Enka membawa kopernya ke dalam kamar. Lalu ia segera mandi karena merasa tubuhnya gerah. Selesai mandi, Enka merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa. Jadi ia memilih menuju depan villa untuk mencari udara segar.

"Huft.. Udara di sini enak banget, asri, nggak ada polusi", gumam Enka.

"Lo ngapain di sini?", tanya seseorang membuat Enka menoleh.

"Iqbaal! Kamu ngapain di sini?", bukannya menjawab, Enka malah balik tanya

"Ya terserah gue lah. Ini kan villa keluarga gue", jawab Iqbaal dengan angkuh.

"Lo sendiri ngapain ada di sini?", tanya Iqbaal mengulang pertanyaan sebelumnya.

"Oh, aku cuma pengen jalan-jalan aja. Habisnya bosen di kamar terus", jawab Enka.

Tiba-tiba datanglah ibu Enka dan bunda Iqbaal menghampiri kedua anaknya tersebut.

"Enka, Iqbaal, kalian ngapain di sini?", tanya ibu.

"Aku pengen jalan-jalan aja bu, pengen liat daerah sini", jawab Enka

"Aku juga tante, soalnya udah lama nggak ke sini", jawab Iqbaal

"Yaudah Baal, kamu ajakin Enka jalan-jalan ya. Kan kasian kalau Enka jalan-jalan sendiri, dia kan nggak tau daerah sini", ucap bunda.

"Tapi bun-"

"Nggak ada penolakan Baal! Kalau kamu males jalan, tuh di belakang ada sepeda, kamu bisa naik itu", tegas bunda.

"Bunda!", seru Iqbaal.

"Iqbaal!", seru bunda.

"Nggak papa tante kalau Iqbaal nggak mau nemenin, aku bisa sendiri kok", sahut Enka yang lagi-lagi merasa tidak enak pada Iqbaal.

"Nggak Enka, ntar kalau kamu tersesat gimana? Emangnya Iqbaal mau tanggung jawab?"

"Oke fine, aku bakal nemenin Enka", putus Iqbaal membuat bunda senang.

"Yuk Enka! Kita ambil sepeda dulu, baru ntar gue temenin lo jalan-jalan. Bunda, tante aku pergi dulu ya.  Assalamu'alaikum", pamit Iqbaal.

"Ibu, tante, aku juga pergi dulu. Assalamu'alaikum", pamit Enka.

"Wa'alaikumsalam"

"Semoga dengan adanya Enka di kehidupan Iqbaal bisa membawa pengaruh positif ya. Saya pengen Iqbaal berubah. Selama ini dia udah dibutakan sama popularitas dan cintanya Rena", ucap bunda sambil menatap kepergian Iqbaal dan Enka.

"Aamiin. Saya do'ain yang terbaik buat Iqbaal. Saya juga seneng kalau Enka bisa sama Iqbaal", balas ibu.

"Iyaa, saya juga. Mereka berdua keliatan cocok banget", ucap bunda yang diangguki oleh ibu.

---

Enka mengikuti langkah kaki Iqbaal. Kini mereka sudah berada di belakang villa. Terlihat di pojok dinding ada sebuah sepeda yang masih bagus, walaupun kelihatannya jarang digunakan.

"Ini sepedanya cuma ada satu nih?", tanya Iqbaal.

"Aku nggak tau", jawab Enka.

"Gue nggak nanya sama lo", seru Iqbaal.

"Lah kan di sini cuma ada aku sama kamu. Masa iya kamu nanya sama rumput?", balas Enka.

"Diem lo! Gue lagi nggak pengen bercanda", tegas Iqbaal membuat nyali Enka menciut.

"Lo bisa bawa sepeda kan?", tanya Iqbaal kemudian.

Enka tidak menjawab pertanyaan Iqbaal. Ia hanya diam saja.

"Heh! Kalau gue nanya tuh dijawab, jangan malah diem aja", kesal Iqbaal.

"Kan tadi kamu yang nyuruh aku buat diem", ucap Enka dengan polosnya.

"Haduhh, lo tuh, telmi amat sih. Jadi lo bisa bawa sepeda nggak?", tanya Iqbaal lagi.

"Bisa", jawab Enka.

"Yaudah kalau gitu lo yang bawa sepeda, gue yang jalan kaki", ucap Iqbaal.

"Kenapa?", bingung Enka.

"Lo liat sendiri kan sepedanya cuma satu. Emang lo mau satu sepeda sama gue?"

Kalau boleh jujur sih, aku mau-mau aja Baal. Mau banget malah. Sekalian kan bisa PDKT. Hehehe, PDKT colongan maksudnya. Jawab Enka dalam hatinya.

"Kebiasaan lo nggak ilang-ilang ya? Setiap gue ajak ngomong pasti bengong mulu", ucap Iqbaal.

"Sorry sorry. Kenapa nggak kamu aja yang naik sepeda terus aku yang jalan kaki?", tanya Enka.

"Ya nggak bisa gitu dong. Ntar kalau ayah sama bunda tau, gue bisa kena marah. Yaudah deh, gue lagi males debat sama lo. Gini aja, kita satu sepeda, gue bonceng lo. Gimana?", usul Iqbaal.

"Terserah deh", pasrah Enka.

"Terus aku harus naik di mana?", tanya Enka setelah Iqbaal menaiki sepeda dan ia masih berdiri di sampingnya.

"Ya di belakanglah. Lo berdiri"

"Takut", cicit Enka.

"Takut kenapa?", tanya Iqbaal menautkan kedua alisnya.

"Takut jatuhlah. Aku nggak biasa naik sepeda di belakang. Ntar kalau jatuh gimana? Kan sakit Baal"

"Oke fine, lo duduk di depan sini. Kalau lo takut jatuh, lo bisa pegangan sepedanya. Kali ini nggak ada penolakan!", tegas Iqbaal.

"Yaudah oke"

Dengan segera Enka naik sepeda tersebut. Posisinya adalah duduk di depan Iqbaal. Jaraknya dengan Iqbaal begitu dekat, sangat dekat sampai Enka bisa merasakan setiap hembusan nafas Iqbaal.

"Kita mau jalan-jalan ke mana Baal?", tanya Enka setelah Iqbaal mulai mengayuh sepeda meninggalkan villa.

"Muter-muter daerah sini aja. Atau lo mau ke kebun teh?"

"Kebun teh?", beo Enka.

"Iya. Mau nggak?", tanya Iqbaal.

"Mau mau! Dari dulu aku pengen banget ke kebun teh", jawab Enka dengan antusias.

"Oke, gue ajak lo ke kebun teh. Nggak jauh kok dari sini, 10 menit juga nyampe"

"Oke"

Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang