17. HOLIDAY

275 49 0
                                    

Dua bulan telah berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, sudah dua bulan pula kehidupan Enka di Jakarta, mulai dari menjadi siswi baru di SMA Merah Putih, mendapatkan teman-teman baru seperti Jeni dan Iqqi, dan menjadi tetangga idolanya sendiri.

"Iqbaal apa kabar ya? Udah seminggu aku nggak ketemu sama dia. Kok aku jadi kangen gini ya sama dia. Haduh, kapan sih aku bisa berhenti mikirin Iqbaal? Kapan?", gumam Enka.

Tiba-tiba ayah dan ibu mengetok pintu kamar Enka.

"Enka, ayah sama ibu boleh masuk nggak?", tanya ayah dari balik pintu.

"Masuk aja yah, pintunya nggak aku kunci kok", jawab Enka.

"Kok kamu belum siap-siap Enka?", tanya ibu setelah membuka pintu dan melihat anaknya masih duduk bersila di kasurnya dengan baju rumahannya.

"Emang kita mau ke mana bu?", tanya Enka balik.

"Kamu ini lupa atau gimana? Beberapa hari ke depan kamu kan libur sekolah, jadi ayah sama ibu mau ngajak kamu ke puncak sama keluarganya Iqbaal", jawab ibu.

"Apa? Berarti ada Iqbaal dong?", kaget Enka.

"Iyalah Enka. Bukannya kemarin ibu udah ngasih tau kamu ya?"

"Aku lupa bu"

"Haduh! Yaudah sekarang kamu siap-siap dulu, sejam lagi kita berangkat. Udah packing barang-barang yang mau dibawa kan?", tanya ibu.

"Belum bu, kan aku lupa", jawab Enka.

"Kalau gitu sekarang kamu mandi dulu biar ibu yang packing barang-barang kamu. Kamu mau bawa apa aja?", tanya ibu kemudian.

"Emang kita berapa hari di sana?", tanya Enka lagi.

"2 hari kan yah?", tanya ibu pada ayah untuk memastikan.

"Iya bu", jawab ayah.

"Oh, biar aku aja bu yang packing. Ayah sama ibu tunggu di bawah aja", ucap Enka.

"Apa nggak sebaiknya ibu aja yang packing Enka? Ntar kamu malah buru-buru terus ada yang ketinggalan lagi"

"Nggak akan bu. Udah, aku mau mandi dulu habis itu baru siap-siap"

"Ayah sama ibu ke bawah dulu ya, inget jangan lama-lama"

"Siap yah!"

Yes! Akhirnya aku bisa ketemu Iqbaal. I miss you so much, Baal. Batin Enka penuh kebahagiaan.

---

Satu jam kemudian, Enka, ayah, ibu, dan keluarga Iqbaal sudah berkumpul di depan rumah Iqbaal.

"Tante om, Iqqi nggak ikut?", tanya Enka pada kedua orang tua Iqbaal.

"Iqqi nggak bisa ikut. Soalnya hari ini dia ada konser di Solo dan besoknya di Jogja", jawab ayah Iqbaal.

"Konser apa om?", tanya Enka lagi karena belum mengerti.

"Jadi Iqqi itu gantiin posisinya Iqbaal, ya kan Baal?", sahut bunda melirik Iqbaal.

"Iya bun. Yaudah buruan berangkat! Udah panas nih", ucap Iqbaal sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Iya Baal, sabar", ucap bunda.

"Ayah sama bunda satu mobil sama bunda, bu Yani dan pak Tio. Kamu satu mobil sama Enka ya Baal", ucap ayah Iqbaal.

"Ya nggak bisa gitu dong yah. Aku kan nggak mau", balas Iqbaal ngegas.

"Mobil ayah kan lagi ada di bengkel Baal. Terus kalau semuanya pakek mobilnya pak Tio, nanti barang-barangnya mau ditaruh di mana? Mobil kamu kan cuma muat dua orang, terus bagasinya juga kecil kan? Nggak bakal muat buat naruh koper", ucap ayah mengingatkan.

"Tapi yah-"

"Nggak ada tapi-tapian Baal. Ini udah keputusan ayah dan nggak bisa diganggu gugat!", tegas ayah Iqbaal

"Ayo pak Tio kita berangkat!", ajak ayah Iqbaal kemudian.

"Iya pak Herry", balas ayah Enka.

"Enka, barang-barang kamu taruh dimobil ayah aja sama barang-barang Iqbaal juga", ucap ibu sambil melirik Enka dan Iqbaal secara bergantian.

"Iya bu", balas Enka.

Setelah semua barang sudah masuk dalam mobil, tiba saatnya untuk berangkat. Mobil ayah Enka melaju terlebih dahulu. Enka melangkahkan kaki dengan ragu ke dalam mobil Iqbaal.

---

Kini Iqbaal sudah melajukan mobilnya mengikuti mobil ayah Enka. Suasana begitu hening. Selalu seperti ini saat Enka berdua dengan Iqbaal.

"Harusnya bukan gue yang ikut ke puncak", ucap Iqbaal memulai percakapan.

"Maksud kamu?", tanya Enka.

"Ayah sama bunda yang maksa gue buat ikut ke puncak. Padahal gue ada jadwal manggung. Harusnya Iqqi yang ikut, buat gue", jawab Iqbaal.

Enka memilih untuk diam, tidak menanggapi ucapan Iqbaal. Karena dia bingung harus merespon gimana. Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara, sepertinya keduanya sama-sama memilih untuk diam dan larut dalam pikiran masing-masing.

---

Akhirnya, sekitar jam setengah 11 kedua keluarga itu sampai di puncak dengan selamat. Selama di puncak mereka akan tinggal di villa keluarga Iqbaal.

"Alhamdulillah akhirnya sampe juga", ucap bunda Iqbaal.

"Iya bun. Oh ya, untuk keluarga pak Tio, selamat datang di villa keluarga kami. Di sini tempatnya saat indah, asri, dan tentunya bebas dari polusi", ucap ayah Iqbaal.

"Terimakasih pak Herry sekeluarga telah mengizinkan kami tinggal di sini", balas ayah Enka.

"Tidak perlu berterimakasih kasih pak Tio, kami sekeluarga juga senang bisa berlibur bersama keluarga pak Tio", ucap ayah Iqbaal.

"Ngobrolnya dilanjut nanti aja, sekarang kita masuk dulu terus istirahat. Pasti pada capek kan habis perjalanan yang cukup jauh?", ucap bunda.

"Iya bun, aku juga capek banget. Aku ke kamar dulu ya", pamit Iqbaal.

"Kamu nggak mau bantuin Enka, Baal? Kasian tuh dia bawa koper sendirian", tanya bunda sambil melirik Enka yang tengah menenteng koper dengan tangan kanannya.

"Nggak papa kok tante, aku bisa sendiri", sahut Enka.

"Buruan Baal bantuin Enka!", seru bunda mengabaikan ucapan Enka.

"Aelah bun, yaudah iya. Sini Enka, biar gue yang bawa", dengan terpaksa Iqbaal mengambil alih koper Enka.

"Makasih", ucap Enka dengan merasa tidak enak pada Iqbaal.

"Hm", balas Iqbaal dengan acuh.

Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang