Iqbaal kembali ke perkebunan teh untuk mencari Enka. Dia berjalan sendirian di tengah kegelapan malam. Iqbaal yang fobia terhadap gelap kini harus memberanikan diri melawannya. Berbekal senter, Iqbaal terus berjalan mencari keberadaan Enka. Sedangkan Enka, ia masih terlelap dalam tidurnya.
Sudah 30 menit Iqbaal mencari Enka di perkebunan teh milik keluarganya, tapi sampai detik ini ia belum juga menemukannya. Iqbaal mulai khawatir terhadap Enka.
"Haduh, nih cewek bikin susah aja sih. Nggak tau gue capek apa? Mana ini udah malem lagi? Ntar kalau ada apa-apa sama dia kan gue juga yang disalahin. Gue harus nyari ke mana lagi nih?", gumam Iqbaal.
Iqbaal mencoba untuk terus mencari Enka, hingga ia sampai di bawah rumah pohon. Namun Iqbaal tidak melihat akan keberadaan rumah pohon tersebut. Ia terus berjalan mengelilingi perkebunan teh untuk melanjutkan pencariannya.
---
Satu jam kemudian, Iqbaal belum juga menemukan keberadaan Enka. Iqbaal melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Iqbaal mulai mengantuk, tapi ia takut untuk pulang karena pasti akan kena marah orang tuanya dan orang tua Enka.
"Udah jam 9 tapi Enka belum juga ketemu. Mana gue udah ngantuk lagi. Apa gue tidur di kebun teh aja yah? Eh tapi kan dingin"
Iqbaal mengarahkan cahaya dari senternya ke berbagai arah, sampai akhirnya cahaya senter itu mengarah ke rumah pohon.
"Emang sejak kapan ada rumah pohon di situ? Hm, apa gue tidur di situ aja kali ya? Oke deh, daripada gue tidur di bawah kayak gembel"
Iqbaal mulai menaiki satu persatu anak tangga yang ada. Dan sampailah ia di rumah pohon itu. Ketika ia baru ingin duduk, ia mendengar ada suara orang kedinginan. Iqbaal mulai panik, ia merasa ketakutan.
Akhirnya Iqbaal memberanikan diri untuk melihat siapa yang ada di belakang sana. Dengan langkah yang sangat perlahan Iqbaal mendekati orang tersebut. Saat sudah berada di dekatnya, Iqbaal mengarahkan cahaya senternya untuk bisa melihat wajah orang tersebut. Betapa terkejutnya Iqbaal saat ia mengetahui seseorang itu siapa.
"Enka!", pekik Iqbaal lalu duduk jongkok di sebelah Enka.
"Enka, bangun Enka! Lo nggak papa kan?", tanya Iqbaal sambil menepuk pelan pipi Enka.
Enka mulai membuka matanya.
"I.. Iqbaal", lirih Enka.
"Enka, badan lo panas. Kayaknya lo demam deh. Kita pulang aja yuk!", ajak Iqbaal.
"Nggak Baal, aku nggak papa kok. Aku mau di sini aja dulu", ucap Enka menolak.
"Udah deh, jangan ngebantah ucapan gue. Lo tuh sakit. Kalau lo tetep di sini, yang ada malah tambah parah keadaan lo. Kita pulang sekarang, nggak ada tapi-tapian", tegas Iqbaal
"Yaudah terserah kamu", balas Enka dengan suara lemasnya.
"Lo masih bisa turun kan?", tanya Iqbaal sambil membantu Enka bangun dari posisi berbaringnya.
"Bisa kok", jawab Enka.
Iqbaal dan Enka mulai menuruni tangga di rumah pohon itu. Saat mereka akan berjalan menuju villa, tiba-tiba Enka pingsan.
"Enka! Enka! Lo kenapa? Bangun Enka! Ya ampun badannya makin panas lagi. Gue harus apa? Atau gue gendong dia aja ya biar cepet sampe di villa? Iya deh, nggak ada pilihan lain", ucap Iqbaal.
Iqbaal memutuskan untuk menggendong Enka. Cukup dengan satu hentakan, kini Enka sudah berada dalam dekapan Iqbaal. Iqbaal berjalan pulang tanpa menggunakan senter karena ia bingung harus diletakkan di mana senternya. Perlahan demi perlahan Iqbaal mulai berjalan pulang ke villa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)
Teen FictionApa kamu tau aku ada di bumi? - DNNR Aku tau kamu ada. Tapi aku mengenalmu dengan nama SoniQ, bukan namamu sendiri. - IDR - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Happy reading guys! Don't forget to vote, comment, and share to y...