Keesokan paginya Enka dan kedua orang tuanya berkunjung ke rumah sakit untuk melihat bagaimana kondisi ayah Iqbaal.
"Permisi", ucap ayah Enka mewakili.
"Eh, ada pak Tio sekeluarga. Silahkan masuk pak!", ucap bunda.
"Terimakasih bu", ucap ayah Enka.
"Gimana keadaan pak Herry?", tanya ibu."Alhamdulillah udah mendingan bu Yani. Silahkan duduk!", jawab bunda.
"Iya"
"Oh ya tante, ini kita bawain buah-buahan buat om Herry", ucap Enka sambil menunjukkan buah yang dibawanya.
"Makasih ya Enka, maaf udah ngerepotin", ucap ayah Iqbaal.
"Nggak repot kok. Kita kan tetanggaan pak Herry, jadi udah sepatutnya menjenguk tetangga yang sedang sakit. Iya nggak bu?", balas ayah.
"Iya yah"
"Yaudah, sini Enka, biar gue yang naruh", ucap Iqqi.
"Ini Qi", Enka memberikan buah itu pada Iqqi.
"Oh ya, buat tante, Iqqi sama Iqbaal, kita juga bawain makanan. Ini, silahkan dimakan. Dijamin enak kok", ucap Enka setelah mengambilalih paper bag yang dibawakan oleh sang ibu.
"Wah, makasih banyak ya", ucap bunda menerimanya.
"Sama-sama tante", balas Enka.
"Ini tuh sebenernya idenya Enka. Dia yang minta buat bawain makanan, katanya takut kalau kalian nggak sempet sarapan. Terus ini yang masak Enka sendiri lho. Dia rela bangun pagi-pagi buat masakin kalian", ucap ibu membuat Enka menatapnya seolah memberikan kode 'Jangan dikasih tau dong bu'.
"Ibu apaan sih? Nggak segitunya juga kok", sahut Enka.
"Kalau Enka yang masak, pasti enak nih. Gue cobain ya?", ucap Iqqi.
"Silahkan Qi. Aku harap kalian suka", ucap Enka.
Iqqi memakan makanan dari Enka. Sedangkan Iqbaal yang melihatnya merasa tidak suka. Entah sejak kapan, yang jelas kini Iqbaal sudah mengepalkan tangannya.
"Wih, bener kan dugaan gue. Masakan Enka enak banget. Ntapps Enka!", puji Iqqi sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Hehehe, makasih Qi"
"Eh, Qi, gue juga mau kali. Gue kan laper. Sini bagi!", seru Iqbaal.
"Lo mau?", tanya Iqqi.
"Ya mau lah. Namanya juga laper", jawab Iqbaal.
"Eh, nggak bisa. Ini punya gue. Lo nggak boleh minta, titik!", ucap Iqqi.
"Pelit amat lo. Minta nggak. Gue laper Qi, beneran deh"
Semua orang di ruangan itu langsung tertawa melihat ulah Iqbaal dan Iqqi. Ayah Iqbaal dan bunda merasa senang melihatnya. Karena kan sekian lama mereka tidak melihat perdebatan konyol antara dua saudara kembar itu.
"Hahhaha, udah Qi, bagi aja sama Iqbaal makanannya. Itu kan masih banyak. Nggak mungkinkan kamu bisa ngabisin itu sendirian?", ucap Enka.
"Siapa bilang? Kalau lo yang masakin mah gue pasti abis", balas Iqqi.
"Iqqi, jangan pelit gitu dong. Kasian tuh Iqbaal, sampe mau nangis", canda bunda.
"Iya deh bun, kasian. Tuh tuh, airmatanya mau netes. Cup cup cup", canda Iqqi.
"Siapa juga yang nangis. Nggak ada tuh", sahut Iqbaal dengan ngegas.
"Hahahha, yaudah nih Baal, buruan makan. Sebelum gue berubah pikiran", ucap Iqqi.
"Gitu dong dari tadi", ucap Iqbaal yang langsung memakan makanan itu. Entah karena doyan atau memang benar-benar lapar.
---
"Enka", panggil Iqbaal.
"Kenapa Baal?", tanya Enka.
"Habis ini lo mau ke mana?", tanya Iqbaal.
"Nggak ke mana-mana. Emang kenapa?"
"Ikut gue yuk!", ajak Iqbaal.
"Ke mana?", tanya Enka.
"Ketemu Rena", jawab Iqbaal.
"Hah?"
"Udah, ikut aja ya, please!", pinta Iqbaal.
"Lo ngapain mau ketemu Rena tapi ngajak-ngajak Enka?", tanya Iqqi penasaran.
"Ya kan gue mau mutusin Rena, jadi gue butuh temen. Ikut ya Enka!", jawab Iqbaal.
"Apa? Jadi kamu ngajak aku buat nemenin kamu mutusin Rena? Yang bener aja Baal. Ntar kalau Rena ngira kamu mutusin dia gara-gara aku gimana? Aku dikira jadi PHO lagi. Nggak mau ah", ucap Enka menolak.
"Iya Baal, kamu ada-ada aja. Masa mau mutusin cewek ngajak cewek lain", ucap bunda yang tidak mengerti jalan pikiran sang anak.
"Nggak papa bun, sekali-kali. Ya Enka! Boleh kan, om tante?", tanya Iqbaal meminta persetujuan kedua orang tua Enka.
"Kok nanya kita? Tanya Enka tuh mau apa nggak", jawab ibu.
"Jangan mau Enka!", seru Iqqi.
"Jangan kompor lo, Qi. Please ya Enka, sekali ini aja!", ucap Iqbaal memelas.
"Yaudah iya aku mau nemenin kamu ", putus Enka.
"Nah gitu dong. Yaudah yuk kita berangkat sekarang!", ajak Iqbaal.
"Gue-"
"Kali ini lo nggak boleh ikut", seru Iqbaal memotong ucapan Iqqi.
"Tapi kan-"
"Nggak pakek tapi-tapian. Lo di sini aja, nemenin bunda sama ayah. Gue pergi dulu. Ayah, bunda, tante, om, aku pergi dulu", pamit Iqbaal.
"Aku juga pergi dulu ya", pamit Enka.
"Assalamu'alaikum", ucap Enka bersamaan dengan Iqbaal
"Bunda, aku ngikutin mereka ya. Aku takut Enka kenapa-napa", ucap Iqqi.
"Nggak usah Qi, kamu di sini aja. Kan ada Iqbaal yang bakal jagain Enka", balas bunda.
"Iya, Qi. Ayah mau kamu tetep di sini, nemenin ayah. Jangan pergi ya, Qi!", pinta ayah.
"Yaudah, aku bakal tetep di sini", pasrah Iqqi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)
Dla nastolatkówApa kamu tau aku ada di bumi? - DNNR Aku tau kamu ada. Tapi aku mengenalmu dengan nama SoniQ, bukan namamu sendiri. - IDR - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Happy reading guys! Don't forget to vote, comment, and share to y...