10 menit kemudian, Enka dan Iqbaal sampai di sebuah perkebunan teh yang sangat luas. Suasananya panas dan sepi, sangat sepi. Karena tidak terlihat ada satu orangpun selain mereka berdua.
"Kok sepi Baal?", tanya Enka penasaran.
"Ini kan udah siang, waktunya istirahat. Jadi para pekerja pulang dulu ke rumahnya masing-masing", jawab Iqbaal.
"Oh gitu. Btw ini perkebunan milih siapa Baal? Kok luas banget?"
"Ini perkebunan teh milih keluarga gue. Turun temurun dari nenek moyang gue. Dan setau gue ini emang perkebunan teh paling luas di daerah sini"
"Waw, keren!"
"Duduk yuk! Gue capek", ajak Iqbaal
"Iya sama", balas Enka
"Lo duduk di bawah kayak gini, emangnya nggak takut kotor?", tanya Iqbaal setelah Enka duduk di sampingnya dengan beralaskan hamparan rerumputan hijau.
"Hahahha, ya nggak lah Baal. Apaan sih? Justru aku seneng bisa duduk di sini sambil liat pemandangan di kebun teh ini", jawab Enka sambil terkekeh karena menurutnya pertanyaan Iqbaal begitu konyol.
Lo cewek yang beda Enka. Gue baru ketemu cewek kayak lo, yang mau gue ajak naik sepeda dan mau duduk di bawah kayak gini. Coba kalau ini sama Rena, mana mau dia kayak gitu. Jalan dikit aja udah ngeluh. Aduh, gue kok malah banding-bandingin mereka sih. Inget Baal, Rena itu pacar lo, sedangkan Enka itu cuma fans lo. Inget itu! Batin Iqbaal.
"Baal! Kok diem?", tanya Enka sambil menatap Iqbaal.
"Nggak papa. Hubungan lo sama Iqqi gimana?", tanya Iqbaal.
"Hubungan apa? Aku sama Iqqi cuma temenan kok"
"Tapi gue sering liat lo sama Iqqi berduaan. Setiap ke sekolah juga selalu bareng kan?"
"Ya kan emang aku sama Iqqi satu sekolah. Jadi wajar aja sih kalau kita berangkat bareng. Kamu sendiri gimana hubungannya sama Iqqi?", tanya Enka balik membuat Iqbaal bingung.
"Maksud lo?"
"Kamu kenapa nggak pernah nganggep Iqqi sebagai adik kembar kamu? Dia kan-"
"Itu bukan urusan lo!", sahut Iqbaal dengan tegas.
"Apa kamu nggak kasian sama Iqqi, Baal? Dia tuh sayang sama kamu. Selama ini dia selalu ngalah demi kamu, karena dia pengen kamu bahagia. Kamu harus ngerti itu Baal, kamu-"
"Enka! Gue udah bilang ini bukan urusan lo! Jadi lo jangan ikut campur. Ngerti?", sahut Iqbaal lagi dengan suara yang meninggi.
"Aku nggak bermaksud ikut campur Baal. Aku kasian aja ngeliat Iqqi. Lagipula kita ini temen kan? Baal, Iqqi itu orang baik tapi kenapa kamu seolah-olah nganggep dia nggak ada?"
"Lo mau tau kenapa alasannya? Karena gue benci sama dia"
"Benci kenapa? Emang Iqqi salah apa sampe-sampe kamu bersikap kayak gitu ke dia?"
"Udahlah, sekalipun gue jelasin lo juga nggak bakalan ngerti kok. Percuma"
"Tapi Baal, Iqqi itu-"
"Stop! Gue udah muak sama lo. Gue muak sama sikap sok peduli lo itu. Lo itu bukan siapa-siapa buat gue, jadi berhenti buat ngatur hidup gue. Terserah gue, ini hidup gue, gue yang ngejalanin. Dan lo, jangan lo pikir selama ini cuma Iqqi yang gue anggep nggak ada, tapi lo juga. Asal lo tau, sejak pertama kali gue ngeliat lo, gue udah nggak suka sama lo. Bagi gue, lo tuh nggak lebih dari seorang fans. Gue nggak pernah nganggep lo itu sebagai temen, karena bagi gue lo nggak pantes berteman sama artis terkenal kayak gue. Lo itu-", ucap Iqbaal sambil menatap tajam pada Enka.
"Udah Baal, cukup. Nggak usah diterusin lagi, aku udah ngerti kok. Asal kamu tau, aku udah ngefans sama kamu 5 tahun lebih. Awalnya aku pikir, ngefans sama kamu itu suatu anugrah tersendiri. Tapi sekarang, buat aku, ngefans sama artis sombong kayak kamu itu suatu penyesalan. Mungkin kalau waktu bisa diulang, aku bakal milih buat nggak ngefans sama kamu, cuma buang-buang waktu aja. Dan satu lagi, mulai detik ini, aku nggak akan pernah mau kenal lagi sama orang kayak kamu. Kamu egois, sombong, dan nggak pernah mau peduli sama orang lain. Aku janji, suatu hari nanti kamu akan menyesal dengan perbuatan kamu ini. Aku janji, Baal", sahut Enka.
Tanpa Enka sadari, sejak tadi air matanya sudah menetes dan membasahi kedua pipinya.
"Udah selesai ngomongnya? Lo denger ya, apapun yang lo omongin barusan nggak akan ngerubah apapun buat gue. Lo itu cuma fans yang nggak berguna buat gue. Dan gue harap, lo nggak pernah muncul lagi di depan muka gue. Gue udah enek liat muka lo", sarkas Iqbaal membuat Enka semakin terisak.
Iqbaal segera berdiri dan mengambil sepedanya lalu pergi meninggalkan Enka sendirian.
Enka melirik jam tangannya, terlihat masih pukul 2 siang. Kini mulai terlihat beberapa pekerja yang sudah kembali ke kebun teh.
Enka melihat dari arah kejauhan, ada sebuah pohon yang cukup besar dan di atas pohon tersebut, ada sebuah rumah pohon. Ia memilih untuk ke rumah pohon itu. Ia mulai menaiki satu persatu tangga yang akhirnya membawanya sampai di rumah pohon itu. Dari atas, Enka bisa melihat pemandangan kebuh teh yang begitu indah.
"Mungkin di sini aku akan merasa lebih baik. Hm, kenapa ya Iqbaal bisa setega itu? Aku nggak nyangka dia bisa ngomong kasar gitu ke aku. Orang yang selama ini aku idolain, yang selalu aku puji ternyata sifat aslinya jauh dari yang selama ini aku bayangin", gumam Enka.
Saat Enka kembali mengingat setiap ucapan Iqbaal tadi, air matanya kembali menetes.
"Aku sayang sama kamu, aku juga cinta sama kamu Baal. Tapi, tapi kenapa kamu nganggep aku cuma sekedar fans doang? Apa ini yang dinamakan fanszone? Sakit Baal, mungkin ini jauh lebih sakit dari yang namanya friendzone"
Lama-kelamaan karena Enka merasa lelah, akhirnya ia tertidur di rumah pohon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)
Teen FictionApa kamu tau aku ada di bumi? - DNNR Aku tau kamu ada. Tapi aku mengenalmu dengan nama SoniQ, bukan namamu sendiri. - IDR - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Happy reading guys! Don't forget to vote, comment, and share to y...