34. RENCANA JAHAT & BAD FEELING

253 52 1
                                    

Setelah kurang lebih 10 menit Rena menunggu, akhirnya Jeni sampai di taman tersebut.

"Sorry Ren, lo udah nunggu lama ya?", tanya Jeni.

"Nggak kok Jen", jawab Rena.

"Yaudah ayo masuk!", ajak Jeni.

"Iya"

Rena segera masuk ke mobil Jeni. Namun saat Jeni akan melajukan mobilnya untuk pergi dari taman, Rena melarangnya.

"Bentar Jen, gue mau ngomong dulu sama lo", ucap Rena.

"Ngomong apa Ren? Kenapa kita nggak omongin sambil jalan aja?", tanya Jeni.

"Nggak bisa Jen, soalnya ini penting banget", jawab Rena.

"Emang apaan sih Ren? Jangan bikin gue penasaran dong"

"Lo kenal Enka kan?"

"Ya kenal lah Ren. Dia kan temen sekolah gue. Kenapa?"

"Tadi Iqbaal mutusin gue gara-gara tuh cewek Jen"

"Kok bisa?", kaget dan bingung Jeni.

"Ya bisalah. Enka kan cewek murahan plus PHO lagi. Dia coba ngelakuin berbagai macam cara buat misahin gue dari Iqbaal", jawab Rena.

"Bantuin gue ya Jen", pinta Rena kemudian.

"Gue nggak nyangka Enka kayak gitu orangnya. Lo tenang aja Ren, gue pasti bantuin lo kok buat balikan sama Iqbaal", ucap Jeni.

"Beneran lo mau bantuin gue?", tanya Rena memastikan.

"Iya, lo kan sepupu gue Ren", jawab Jeni dengan yakin.

"Kalau gitu sekarang aja lo bantuin gue", ucap Rena.

"Sekarang? Emang gue harus bantuin apa?", tanya Jeni.

"Kita habisin Enka sekarang juga", lima kata dari mulut Rena mampu membuat Jeni membulatkan matanya.

"APA? Lo udah gila Ren? Nggak gitu juga keles. Ntar kalau kita ditangkep polisi gimana?"

"Lo tenang aja, nggak bakal ada yang tau kok. Mumpung taman lagi sepi. Ya Jen, please! Gini deh, coba lo pikirin kalau seandainya kita berhasil ngabisin Enka, Iqbaal pasti bisa balik lagi ke pelukan gue dan Iqqi? Dia pasti mau nerima cinta lo", bujuk Rena.

"Kenapa sekarang bawa-bawa Iqqi?", bingung Jeni.

"Setau gue, Iqqi itu sukanya sama Enka, bukan sama lo. Jadi kalau Enka udah nggak ada, pasti kan Iqqi bisa jadi milik lo tuh. Masa lo nggak mau sih jadi pacarnya Iqqi?"

"Gue sih mau. Tapi-"

"Tapi apa lagi Jeni? Lo dengerin gue ya! Nggak bakal ada yang tau kalau kita yang ngelakuin. Nanti kita tabrak Enka terus kita cabut deh. Udah, beres"

"Gue takut Ren. Ntar kalau Enka mati beneran gimana?"

"Ya kan emang itu tujuan utama kita. Oke kalau lo nggak mau ngelakuin, biar gue aja. Sini, biar gue yang nyetir. Gue yang tanggung jawab"

"Yaudah deh, gue setuju. Tapi bener ya, kalau Enka udah nggak ada, Iqqi bisa jadi milik gue?"

"Iya Jen, gue pastiin hal itu"

Rena dan Jeni segera bertukar posisi. Jadi kini yang menjadi pengemudi adalah Rena ya.

---

Iqqi mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Enka. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk Iqqi bisa sampai di taman. Ia segera meletakkan motornya di tempat parkir dan setelah itu ia langsung mencari di mana keberadaan Enka dan Iqbaal.

Di tempat Enka dan Iqbaal berada, ada sesuatu yang aneh yang dirasakan oleh Enka.

"Enka, lo kenapa?", tanya Iqbaal saat menyadari perubahan raut wajah Enka.

"Feeling aku kok nggak enak ya Baal? Aku ngerasa bakal ada hal buruk yang terjadi. Aku takut Baal", jawab Enka.

"Mungkin itu cuma feeling lo doang. Positive thinking aja Enka", ucap Iqbaal.

"Iya Baal, semoga ini cuma perasaan aku aja", balas Enka.

"Kalau gitu kita pulang sekarang ya! Gue harus balik ke rumah sakit soalnya buat nemenin ayah", ajak Iqbaal.

"Iya Baal. Aku juga mau pulang. Kayaknya aku kecapekan makanya pikiran aku lagi agak kacau"

"Gue anterin lo ya", ucap Iqbaal.

"Nggak ada penolakan!", tegasnya kemudian.

"Yaudah terserah kamu Baal"

---

Kini Rena dan Jeni sudah menunggu di jalanan depan taman. Jalanan saat itu cukup sepi. Tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang.

"Kita tunggu Enka di sini. Bentar lagi mereka pasti ke sini", ucap Rena.

"Kalau Enka di dalam mobil gimana? Kan tadi kata lo dia sama Iqbaal. Iqbaal kan biasanya naik mobil atau nggak motor deh. Jadi gimana Enka bisa ke jalan ini?"

"Lo tenang aja. Tadi ban mobil Iqbaal udah gue kempesin semua. Jadi mau nggak mau mereka pasti ke jalan buat nyari taksi. Terus pas Enka lewat kita langsung tabrak dia"

"Kalau salah sasaran gimana? Maksudnya, gimana kalau bukan Enka yang ketabrak, tapi malah Iqbaal"

"Gue pastiin nggak bakal salah sasaran. Gue jamin itu"

Iqqi masih mencari-cari keberadaan Enka dan Iqbaal. Tadinya ia berpikir untuk menelfon Enka, tapi handphonenya ketinggalan di rumah sakit.

"Ini taman yang terlalu luas atau emang mereka yang udah pulang? Oh ya, kenapa gue nggak nyoba nyari di parkir mobil? Tadi kan Iqbaal ke sini naik mobil. Kalau mobilnya masih ada, berarti mereka masih di sini. Iya bener. Gue ke sana aja", gumam Iqqi.

Tempat parkir mobil dan motor di taman itu memang berbeda ya.

---

"Kok bisa ya semua ban mobil gue kempes?", heran Iqbaal ketika mengetahui hal tersebut.

"Aku juga nggak ngerti Baal", sahut Enka.

"Yaudahlah kita pulang baik taksi aja ya. Ntar gue telfon orang bengkel buat ngambil mobil gue", ucap Iqbaal
"Oke"

Iqbaal dan Enka berjalan meninggalkan taman. Mereka mencoba mencari taksi yang lewat di jalan tersebut. Iqqi melihat kepergian mereka dari arah kejauhan. Ia pun langsung menyusulnya.

"Nah itu mereka. Tapi kok mereka jalan, kan itu ada mobilnya Iqbaal. Gue ikutin mereka aja deh"

"Kok nggak ada taksi yang lewat ya Baal?", tanya Enka.

"Jalanan sini emang biasanya sepi Enka, jarang ada taksi lewat. Biasanya tuh di jalan seberang sana yang rame jadi pasti banyak taksi yang lewat", jawab Iqbaal.

"Jadi kita harus nyebrang ke sana?", tanya Enka sambil menunjuk.

"Terpaksa Enka. Tapi nggak jauh kok", jawab Iqbaal.

"Yaudah deh. Yang penting bisa cepet pulang", ucap Enka.

Rena merasa senang saat melihat sang target sudah di depan mata.

"Eh Jen, tuh Enka. Kita jalanin misi kita sekarang", ucap Rena

"Lo yakin Ren?", tanya Jeni.

"100% gue yakin. Lo siap?"

"Si-siap Ren", jawab Jeni terlihat ada keraguan.

"Oke. Dalam hitungan 3 kita tabrak Enka. Satu.. Dua.. Tiga.."

Posisi mobil Jeni sudah berada di tengah jalan. Sedangkan Enka? Ia sudah sampai di pinggir karena ia memang berlari. Tapi Iqbaal, ia masih di tengah-tengah jalan. Karena capek, ia memutuskan berhenti sejenak. Saat melihat Iqbaal lah yang di depannya, membuat Rena langsung panik. Namun karena ia melajukan mobilnya dengan kencang, jadi ia tidak bisa memberhentikannya. Iqqi yang melihat Iqbaal akan tertabrak oleh mobil, membuatnya langsung berlari untuk menyelamatkan sang saudara kembar.

"IQBAAAALLLLLLL, AWAS!", teriak Iqqi.

Fanszone VS Friendzone (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang