01. Terbiasa

1.2K 177 17
                                    

Terhitung sudah 1 tahun Mashiho tinggal bersama keluarga barunya, dan sifat Mashiho semakin memburuk. Tapi dalam satu tahun itu, baru sekali Mashiho masuk ke club'.

Dan sekarang keluarga baru itu sedang ada di bandara, mereka akan pindah tempat tinggal. Mashiho tentunya sudah berbicara tentang hal itu pada Junkyu.

Kedua adik-kakak itu sama-sama saling berpelukan, bahkan mereka tampak tak mau dipisahkan. "Lo harus baik-baik disana, kalau lo sakit nanti gue kesana. Lo ngomong aja, ya?" ucap Junkyu.

Mashiho tersenyum, "Iya lah! Lo kan masih keluarga gue, nanti kalo gue sakit pasti gue ngomong kok sama lo. Sekarang juga gue lagi sakit, sakit batin." kata Mashiho diselingi dengan tawanya.

Junkyu ikut tertawa, "Btw nenek katanya rindu sama lo. Dia mau ketemu sama lo tapi nenek lagi sakit, kalaupun harus balik kesana gak mungkin soalnya jarak dari bandara ke rumah nenek itu jauh." ujar Junkyu.

Senyuman di wajah Mashiho tiba-tiba pudar. "Meskipun jarak rumah nenek ke bandara itu deket, gue gak mau pergi kesana." omong Mashiho.

Junkyu mengernyitkan dahinya heran, "Maksud lo? Kenapa?"

"Kalau gue kesana, peran gue sebagai cucu kandungnya dia bakal berubah jadi cucu tiri. Gue diperlakukan gak baik," jawab Mashiho.

Junkyu menghela nafasnya, "Ya udah. Gak papa. Lo baik-baik disana dan lo harus ngasih kabar sama gue, setiap hari! Setiap hari kita telponan, video call-an, oke?"

Mashiho mengangguk, "Oke!"

Hingga waktunya tiba, mereka terpisah. Mashiho dengan kakaknya dan Junkyu dengan adiknya, entah kapan mereka akan bertemu kembali.

Mashiho bersandar, Hyunsuk ada di sampingnya dan hubungan ia dengan Hyunsuk tak sebaik hubungannya dengan Junkyu. Hyunsuk selalu sabar menghadapi sikap Mashiho yang kadang tak sopan padanya.

Masih untung kakaknya Hyunsuk, gimana kalo kakaknya itu Jihoon?

"Mashi," panggil Hyunsuk.

"Hm."

"Nanti disana, lo mau sekolah dimana? Di kampus gue aja yuk? Biar kita sekampus nanti, sekalian pulang sama pergi bareng." ajak Hyunsuk.

Mashiho diam tak menanggapi ucapan Hyunsuk. Sampai Arul yang ada dibelakangnya menegur, "Mashi.. kakaknya ngomong tuh. Nyahut dong. Dia kakak kamu loh."

Mashiho berdecak, "Ck. Iya-iya! Terserah! Tapi kalo gue bikin ulah, kalian semua jangan pernah datang meski kalian dipanggil pihak kampus." kata Mashiho.

"Kok gitu, Mashi?" tanya Novi.

"Jangan pernah manggil pake nama itu, cuma Junkyu yang boleh." tegur Mashiho lalu ia menyamankan posisi duduknya dan tertidur.

Hyunsuk, Novi, dan Arul menghela nafasnya. Memang bahasa Mashiho pada mereka semua menggunakan 'gue-lo' sejak itu. Mau berapa kali Arul menegur sampai membanting kursi pun, Mashiho tetap mengulanginya.










...









Sesampainya di rumah baru, Mashiho tak banyak bicara. Ia langsung masuk kamar begitu Arul sudah memberi tahu letak kamarnya. "Gak ada Junkyu, gak ada yang usil, gak ada yang gangguin, hhh." lirih Mashiho mengusap wajahnya.

Lalu lelaki itu beres-beres kamar dan ia langsung tidur, akhir-akhir ini ia memang sering tidur dan ia pun agak susah untuk bangun pagi. Siapa yang mengajarkannya? Junkyu tentu saja.

Sementara anggota keluarga lain ada di bawah, mereka hanya berbincang ringan. "Gimana kuliah kamu? Suka kan kembali lagi kesini?" tanya Arul.

Hyunsuk tertawa kecil, "Ya seneng banget dong. Siapa yang gak seneng bisa pulang ke kampung halaman? Dan sekarang udah ada ayah sama adikku, Mashiho." jawab Hyunsuk.

Arul tersenyum kecut, "Maaf, ya, kalo Mashiho sikapnya kayak gitu sama kalian. Dia emang gak rela ayah sama ibumu nikah," kata Arul.

"Emang siapa gitu yang rela kalian berdua nikah, hah?" batin Hyunsuk, sementara di wajahnya hanya terlihat senyum manis yang selalu ia perlihatkan pada semua orang.

"Oh iya, hubungan Mashiho dan Junkyu itu sedekat apa, Mas?" tanya Novi.

Arul berdeham, "Ya gimana layaknya hubungan kakak sama adik. Mereka kalo disatuin tuh yang ada berantem terus. Tadi mereka akrab karena mau pisah aja." jawabnya.

Hyunsuk jadi iri dengan hubungan Mashiho dan Junkyu, ia juga ingin merasakannya. Namun ia tak dapat semua itu dari adik kandungnya atau adik tirinya. Hyunsuk selalu sendiri.

"Hyunsuk?" panggil Novi yang membuat Hyunsuk membuyarkan lamunannya. Hyunsuk hanya tersenyum kecil, "Hyunsuk ke kamar dulu."

Lelaki itu berjalan ke kamarnya. Saat ia melewati kamar Mashiho, lelaki itu melirik pintu kamar yang tertutup. Hyunsuk mengetuknya, "Mashiho. Besok berangkat sama gue, ya?" tanya Hyunsuk.

Mashiho mendengar itu, tapi ia terlalu malas untuk menjawab. Biasanya kalau Junkyu yang bertanya, Mashiho selalu menjawabnya seperti Junkyu jauh darinya dengan jarak 1 kilometer.

"Mashiho?" Hyunsuk kembali mengetuk pintunya. Lalu ia menghela nafas dan berjalan ke kamarnya.

Mashiho menoleh ke arah pintu, tak ada lagi ketukan. Lelaki itu berjalan dan berhenti dibalik pintu kamarnya, ia merapatkan telinganya dan tak ada suara sama sekali. Artinya Hyunsuk telah berlalu dari kamarnya.

"Sampai kapanpun, lo sama Tante Novi adalah orang asing bagi gue. Dan kalau gue berantem sama lo terus ayah bela lo, lo bukan siapa-siapa gue." kata Mashiho. Ia berjalan ke arah meja belajarnya untuk melanjutkan tulis menulis bosan.

"Gimana ya kabar Junkyu di Jakarta? Biasanya kalau ada dia, gue pasti di gangguin mulu. Padahal udah setahun pisah tapi tetep aja itu bayangan nempel terus." monolog Mashiho melirik ponselnya.

Hanya dilirik, ia bahkan tak tertarik untuk menggunakan ponsel itu karena wallpaper yang menyakitkan baginya. Ia hanya akan membuka ponsel miliknya kalau Junkyu mengirim pesan.











...










"Lo kok jadi nakal sih anjir? Gue gak didik lo bahasanya jadi kasar terus kelakuan lo jadi nakal ya, bangke."

Mashiho mengambil tasnya, "Halah. Ngomong sama gue buat gak make bahasa kasar tapi giliran lo ngomong ngatain gue bangke, asu."

Novi yang mendengar itu menoleh. Sementara Hyunsuk hanya diam, ia sedang sarapan. Dan bukan berarti ia tak mendengar itu semua.

"Ya biarin, gue udah 20 tahun. Lo 19, masih bocil! Mana pendek lagi, awokwokwok."

Mashiho mendengus, "Jangan bawa-bawa tinggi badan bisa? Mentang-mentang tinggi, cih."

"Btw lo kapan balik ke Jakarta?"

"Ekhm, kayaknya nanti kalo libur semester kalau bokap gak sibuk kerja. Gue masih takut naik pesawat kemarin, ngeri."

Junkyu tertawa diseberang sana, "Udah gue bilang buat tinggal di nenek aja. Rasain tuh."

"Ya maap. Nanti lagi nelpon nya, gue mau sarapan terus berangkat kuliah. Lo yang semangat disana! Jangan lemes gara-gara gak ada gue."

"Dih—"

Mashiho langsung mematikan telpon itu dan menyimpan ponselnya. Ia langsung duduk di hadapan Hyunsuk, ia hanya memakan roti. Ia tak memakan nasi.

Setelah selesai mengoles rotinya dengan selai, ia langsung berdiri dan meninggalkan Hyunsuk yang belum selesai makan. "Mashi, tungguin kakaknya dong." tegur Arul.

Mashiho melirik ayahnya dan mengangguk singkat, tak berucap sepatah kata pun.

Dan Arul sudah terbiasa dengan hal itu, mau marah pun Mashiho hanya akan diam tanpa berbicara lalu ia akan mengulangnya. Entah kapan Mashiho akan berubah.

Bahkan Hyunsuk dan Novi terkadang ikut emosi, tapi ya itu dulu. Sekali lagi mereka semua sudah terbiasa dengan sikap Mashiho yang tiba-tiba dingin.











×××

Hi hyung, aku kambek. Besok koala ultah y, g tau nih aku bakal up atau nggak.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang